Anda di halaman 1dari 24

‘Teori’ – berasal dari kata theoria dalam bahasa Latin yang berarti‘perenungan’, yang pada

gilirannya berasal dari kata thea dalam bahasa Yunani yang berarti ‘cara atau hasil
pandang’-- adalah suatu konstruksi di alam ide imajinatif manusia tentang realitas-realitas
yang ia jumpai dalam pengalaman hidupnya.
Ketika kita membahas sebuah teori, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah memahami
apa teori itu. Beberapa ahli berbeda pandangan tentang teori. Apalagi jika hal itu ditanyakan
kepada kalangan ilmuwan sosial maupun ilmuwan eksak. Jawaban yang dikemukakan akan
sangat berbeda, tergantung pada kebutuhan para ahli, kepercayaan tentang dunia sosial, dan
pengalamannya. Berikut ini adalah definisi teori menurut para ahli:

 Teori menurut Turner (1998)

“Cerita tentang bagaimana dan mengapa sesuatu itu telah terjadi. Para ahli
biasanya memulai dengan asumsi menyeluruh, termasuk seluruh bidang sosial
yang dibentuk oleh aktivitas manusia, menyatakan landasan kepastian dan
proses serta sifat dasar yang menerangkan pasang surutnya peristiwa dalam
proses yang lebih khusus.”
Definisi teori menurut Bowers dan Courtright (1984)

“Teori adalah seperangkat pernyataan yang menyatakan hubungan


antarvariabel”

Teori menurut Bailey (1982)

“Teori harus bisa memberikan jalan bagi usaha pemahaman untuk


mengerti dunia sosial, maka baginya teori itu “Penjelasan dan
pemprediksian fenomena sosial yang berhubungan dengan subjek
ketertarikan kepada fenomena yang lain”
Dennis McQuail (1987) memberikan beberapa jenis, dari
teori-teori komunikasi Massa sebagai berikut:

1. Teori Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Scientific Theory)

2. Teori Normatif (Normative Theory)

3. Teori Praktis (Operational Theory)

4. Teori Akal Sehat ( Commonsense Theory)


1. Teori Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Scientific Theory)
Teori ini berdasarkan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
sifat dasar, cara kerja, dan pengaruh komunikasi massa yang
bersumber dari observasi sistematis yang sedapat mungkin
diupayakan bersifat objektif. Sumber teori ini merupakan kenyataan
tentang media. Dalam penerapaanya jenis teori ini sering bergantung
pada ilmu lainnya.

Contohnya: teori yang menerangkan hubungan antara televisi


dengan perilaku agresif
 HYPHODERMIC NEEDLE’S THEORY
› Media dipandang sebagai “serum” yang disuntikkan ke
dalam pembuluh darah audiens
 Audiens akan bereaksi persis seperti yg diharapkan
› Asumsi dasar:
 Masyarakat modern merupakan agregasi individu-individu yang
terisolasi, bertindak atas kepentingan pribadi, dan tidak
tterpengaruh oleh kendala dan ikatan sosial
 Media massa seolah-olah melakukan kampanye untuk memobilisasi
perilaku sesuai dengan tujuan dari berbagai kekuatan yang ada
dalam masyarakat.
 Teori Jarum Hipodermic
› Pesan dipersiapkan dan didistribusikan secara sistematik
dalam skala luas
› Secara serempak pesan tersedia bagi sejumlah besar
individu, bukan pada orang per orang
› Pengunaan teknologi untuk produksi dan distribusi pesan
dapat meningkatkan jumlah penerimaan dan response
audiens
› Seluruh individu yang menerima pesan dianggap
sama/seimbang
 Jadi, hanya dikenal agregasi konsumen, suporter, dll
› Pesan media pasti menimbulkan efek
 Individu yg tidak terjangkau media tidak akan terpengaruh
 CULTIVATION THEORY
Dime nsi pe rc e ptua l
Hubunga n a nta ra piha k
1. Someone
M
ya ng be rkomunika si da n
ke ja dia n ya ng diliha tnya 2. Perceives an
event
E 3. And reacts
E1 Se le ksi konte k ke te rse d ia a n
Peristiwa
4. In a situation
5. Through some
means
6. To make
Dime nsi a la t kontrol
Hubunga n a nta ra piha k available
ya ng be rkomunika sida n
produk ya ng dikomunika sika n
materials
7. In some form
8. And context
9. Conveying
S E2 content
10. With some
concequences
 CULTIVATION THEORY George Gerbner
 Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan
keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindak kekerasan. Teori
ini  dikemukakan oleh George Gerbner, mantan Dekan dari Fakultas (Sekolah Tinggi)
Komunikasi Annenberg Universitas Pennsylvania,yang juga pendiri Cultural Environment
Movement, berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi  yang dikaitkan
dengan materi berbagai program   televisi yang ada di Amerika Serikat.

  Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy
viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat
menakutkan” . Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di
televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka
yakini terjadi juga dalam  kehidupan sehari-hari”.

 Dalam hal ini, seperti Marshall McLuhan, Gerbner menyatakan bahwa televisi merupakan
suatu kekuatan yang secara dominan dapat mempengaruhi masyarakat modern. Kekuatan
tersebut berasal dari kemampuan televisi melalui berbagai simbol untuk memberikan
berbagai gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-
hari.Televisi mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di layar
kaca
, dipandang sebagai sebuah kehidupan yang nyata, kehidupan sehari-hari. Realitas yang
tampil di media dipandang sebagai sebuah realitas objektif.    
2. Teori Normatif (Normative Theory)

Teori berkenaan dengan masalah bagaimana seharusnya media berperan ketika

serangkaian nilai sosial ingin diterapkan dan dicapai sesuai dengan sifat dasar nilai-nilai

sosial tersebut. Jenis teori ini begitu penting karena berperan dalam membentuk institusi

media. Bahkan media berpengaruh besar dalam membentuk apa yang diharapkan oleh

publik media, organisasi serta pelaksana organisasi sosial itu sendiri.


 Teori Otoriter
Prinsip utama teori ini adalah Media tunduk pada penguasa, sensor dibenarkan, isi
media tidak bertentangan dengan nilai dan norma, media tidak mengancam dan merusak
wewenang yang ada, kecaman/kritik terhadap penguasa & kebijakan resmi dapat
dipidana, dan wartawan atau ahli media tidak bebas dalam organisasi media.

 Teori Pers Bebas


 Publikasi bebas dari sensor
 Penerbitan dan distribusi terbuka untuk individu dan
kelompok
 Kecaman tidak dapat dipidana tanpa ijin
 Tidak ada kewajiban untuk mempublikasikan segala hal
 Publikasi “kesalahan” = “publikasi kebenaran” bila
menyangkut opini dan keyakinan
 Tidak ada batas hukum dalam pengumpulan informasi
 Tidak ada batasan import-ekspor pengiriman-
penerimaan pesan diseluruh dunia
 Wartawan memiliki otonomi professional
 Teori Media Pembangunan
 Media menerima dan melaksanakan tugas pembangunan positif
sesuai dengan kebijakan nasional.
 Kebebasan media dibatasi oleh prioritas dan kebutuhan
pembangunan masyarakat
 Memprioritaskan isi tentang kebudayaan dan Bahasa nasional
 Media memprioritaskan informasi tentang negara yang
sedang berkembang
 Wartawan dan karyawan media memiliki tanggung jawab dan
kebebasan dalam mengumpulkan informasi dan penyebar luasan.
 Negara campur tangan dalam membatasi media untuk
kepentingan pembangunan negara, seperti operasi medis, sensor, subsidi
otoritas dan pengendalian langsung dapat dibenarkan
Teori Demokratif Partisipan
 Individu atau kelompok memiliki hak untuk pemanfaatan media
(hak berkomunikasi) dan hak untuk dilayani oleh media
 Organisasi dan isi media tidak tunduk pada pengendalian
politik, yang dipusatkan atau pengendalian birokrasi negara
 Media untuk khalayak bukan untuk organisasi media, para ahli
atau nasabah media tersebut
 Kelompok, organisasi, dan masyarakat lokal memiliki media
sendiri
 Bentuk media dalam skala kecil, interaktif, dan partisipasi lebih
baik daripada media berskala besar, satu arah, dan diprofesionalkan
 Kebutuhan sosial tertentu berkaitan dengan media massa tidak
cukup diungkapkan melalui tuntutan konsumen perseorangan, negara dan
berbagai lembaga utamanya
 Komunikasi terlalu penting untuk diabaikan oleh para ahli
3. Teori Praktis (Operational Theory)
Pada awalnya teori ini dikembangkan oleh para praktisi media. Teori ini
menyuguhkan penuntun tentang tujuan media, cara kerja yang seharusnya
diharapkan agar seirama dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan sosial
yang sifatnya lebih abstrak, serta cara-cara pencapaian beberapa sasaran
tertentu. Sebuah teori masuk dalam rumpun teori praktis karena bisa
membantu menemukan jawaban masalah, misalnya, “Apa yang dapat
menyenangkan publik?”, “Faktor apa sajakah yang dapat membuahkan
hasil”, berita seperti apa yang berharga atau mempunyai nilai berita (news
value)?”, dan “ Bagaimana tanggung jawab wartawan dan media tertentu
dalam situasi tertentu pula?”
Formula Lasswell memperkenalkan unsur-unsur komunikasi dan
bidang-bidang riset komunikasi

Who Message Channel Audience Effect

Control Content Media Audience Effect


Research Analysis Research Research Analysis
Formula Lasswell

Seorang ahli ilmu politik Amerika Serikat pada tahun 1948 mengemukakan suatu
ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan
yang merupakan cara sederhana untuk memahami proses komunikasi massa adalah
dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:

• Siapa (Who)
• Berkata apa (Says what)
• Melalui saluran apa (in which Channel)
• Kepada siapa (to Whom)
• Dengan efek apa (with what Effect)
Ungkapan dalam bentuk pertanyaan yang dikenal sebagai Formula Lasswell ini, meskipun
sangat sederhana atau terlalu menyederhanakan suatu fenomena komunikasi massa, telah
membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian terhadap komunikasi
massa. Selain dapat menggambarkan komponen-komponen dalam proses komunikasi
massa, Lasswell sendiri menggunakan formula ini untuk membedakan berbagai jenis
penelitian komunikasi.
4. Teori Akal Sehat (Commonsense Theory)
Teori ini merupakan pengetahuan dan gagasan yang dimiliki oleh setiap
orang dengan begitu saja atau melalui pengalaman langsung dengan
masyarakat. Setiap pembaca surat kabar atau penonton televisi mempunyai
teori sendiri (artinya mempunyai seperangkat gagasan) tentang media
tersebut.

Misalnya:
Gagasan tentang bagaimana keberadaan media, kegunaan media, peran
media dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana seharusnya membaca
koran atau menonton televisi, dan lain-lain. Masing-masing orang
memiliki teori berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya tanpa ada
usaha atau melalui pengalamannya sehari-hari.
 Dennis McQuail menyederhanakan teori-teori komunikasi massa yang ada menjadi 4
jenis yaitu:
1. Teori Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Scientific Theory)bersumber dari
observasi sistematis yang sedapat mungkin diupayakan bersifat objektif.
Sumber teori ini merupakan kenyataan tentang media.
2. Teori Normatif (Normative Theory)  Media berpengaruh besar dalam
membantu apa yang diharapkan oleh publik media, organisasi, serta
pelaksananya itu sendiri.
3. Teori Praktis (Operational Theory)  Sebuah teori masuk dalam rumpun teori
praktis karena bisa membantu menemukan jawaban masalah, misalnya, “Apa yang
dapat menyenangkan publik?”, “Faktor apa sajakah yang dapat membuahkan hasil”,
berita seperti apa yang berharga atau mempunyai nilai berita (news value)?”, dan “
Bagaimana tanggung jawab wartawan dan media tertentu dalam situasi tertentu
pula?”
4. Teori Akal Sehat (Commonsense Theory)  Teori ini merupakan pengetahuan
dan gagasan yang dimiliki oleh setiap orang dengan begitu saja atau melalui
pengalaman langsung dengan masyarakat

 Setiap teori mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, semua itu


didasarkan pada setiap sudut pandang suatu masalah.

 Penggunaan suatu teori didasarkan pada kebutuhan dan situasi yang sedang terjadi.
 Nurudin, M.Si., Pengantar Komunikasi Massa, Rajawali Pers,
Jakarta, 2007.
 Elvinaro Ardianto, M.Si, Drs.; Lukiati Komala, M.Si., Dra.;
Siti Karlinah, M.Si., Dra., Komunikasi Massa, Suatu
Pengantar, Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama Media,
Bandung, 2007.
 http://Teori –teori Dasar Komunikasi Massa. Blog Mahasiswa
Kupu-kupu.com
 http://Nurudin Teori Kultivasi.blogspot.com
 http://Teori Kultivasi<< Slamet Mulyana.com

Anda mungkin juga menyukai