di Yogyakarta
Abstrak
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota multietnis di Indonesia, yang mayoritas
para pendatangnya adalah mahasiswa yang kuliah di UPN “Veteran” Yogyakarta.
Para mahasiswa tersebut memiliki perbedaan budaya dengan budaya yang ada di
Yogyakarta, yang sering kali menyebabkan masalah komunikasi antarbudaya. Tujuan
penelitian ini adalah; (1) untuk mengetahui pola komunikasi antarbudaya mahasiswa
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta; (2)
untuk mengidentifikasi masalah-masalah komunikasi antarbudaya mahasiswa suku
Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan teori etnosentrisme dan konsep-konsep komunikasi antarbudaya. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang berusaha menggambarkan suatu gejala
sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang
tengah berlangsung pada saat studi. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data dengan wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini
mendeskripsikan pola budaya yang berbeda antara mahasiswa suku Batak di UPN
“Veteran” Yogyakarta dan masyarakat asli Yogyakarta. Mahasiswa suku Batak di UPN
“Veteran” Yogyakarta memiliki pola budaya Low Context dan Masculinity, sedangkan
masyarakat asli Yogyakarta memiliki pola budaya High Context dan Femininity. Pola
komunikasi yang terjalin antara mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
dengan masyarakat asli Yogyakarta telah memasuki tahap komunikasi antarbudaya
yang dinamis, karena telah melalui tahap interaktif dan transaksional. Masalah
komunikasi antarbudaya yang terjadi yaitu, dalam penggunaan bahasa, persepsi,
bentuk-bentuk komunikasi non verbal, makanan dan interaksi sosial, tetapi keduanya
mampu memaknai dan memahami bentuk kebudayaan yang berbeda.
sekolah tinggi, 8 politeknik dan 61 akademi. suatu hal, sedangkan mahasiswa suku
Salah satu perguruan tinggi swasta yang Batak di UPN ”Veteran” Yogyakarta
terdapat di Yogyakarta adalah Universitas sebagai bagian dari masyarakat Batak
Pembangunan Nasional “Veteran” memiliki karakteristik yang sangat
Yogyakarta. Dari jumlah mahasiswa bertolak belakang yaitu logat berbicara
yang ada di Universitas Pembangunan yang keras dan tegas, lebih agresif dan
Nasional “Veteran” Yogyakarta, terdapat sifat yang lebih terbuka dengan orang lain.
mahasiswa yang berasal dari luar Dari segi makanan khas, masyarakat asli
daerah Yogyakarta. Ada yang berasal Yogyakarta lebih suka dengan makanan
dari pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, yang berasa manis dan tidak terlalu
Sulawesi bahkan Papua. Hal inilah yang pedas, sedangkan masyarakat Batak
menjadikan multietnis dapat terjadi di lebih menyukai makanan yang berasa
Universitas Pembangunan Nasional pedas. Yang terakhir adalah bahasa,
“Veteran” Yogyakarta. Adanya multietnis bahasa keseharian yang digunakan
di Universitas Pembangunan Nasional masyarakat asli Yogyakarta adalah
“Veteran” Yogyakarta dikhawatirkan bahasa Jawa, sedangkan masyarakat
dapat menimbulkan culture shock bagi Batak menggunakan beberapa bahasa
para mahasiswa pendatang saat proses Batak, yaitu: bahasa Karo, bahasa Pakpak-
awal menyesuaikan diri di lingkungan Dairi, bahasa Angkola-Mandailing, bahasa
barunya di Yogyakarta, selain itu Simalungun, dan bahasa Toba. Bahasa Batak
dikhawatirkan pula dapat menimbulkan yang digunakan berbeda-beda tergantung
konflik antar mahasiswa yang memiliki daerah yang didiami, karena orang Batak
latar belakang budaya yang berbeda. terdiri dari Batak Karo, Batak Pakpak-
Penelitian ini mengungkapkan pola Dairi, Batak Simalungun, Batak Angkola-
komunikasi antarbudaya yang terjadi dan Mandailing, dan Batak Toba (Kozok,
masalah komunikasi antarbudaya dari 1999:15). Bahasa yang digunakan oleh
masyarakat yang memiliki latar belakang mahasiswa Suku Batak di UPN ”Veteran”
budaya yang berbeda, yaitu mahasiswa Yogyakarta dengan sesama orang Batak
pendatang suku Batak yang kuliah di menggunakan bahasa daerah asalnya,
UPN ”Veteran” Yogyakarta dengan sedangkan bahasa yang di gunakan saat
masyarakat asli Yogyakarta. Dari latar berinteraksi di Yogyakarta menggunakan
belakang budaya mahasiswa suku Batak bahasa Indonesia.
di UPN ”Veteran” Yogyakarta memiliki Dalam penelitian ini penulis me
perbedaan yang sangat mencolok ngambil informan dari beberapa
dengan masyarakat asli Yogyakarta. mahasiswa suku Batak yang kuliah
Karakteristik, makanan khas dan bahasa di UPN “Veteran” Yogyakarta ang
merupakan beberapa unsur dari sekian katan 2007, 2008 dan 2009. Penulis
banyak unsur atau nilai budaya yang memilih informan mahasiswa suku
secara langsung dapat mempengaruhi Batak berdasarkan angkatan karena
seseorang saat tinggal di tempat yang mahasiswa yang telah tinggal antara
baru, yang memiliki budaya berbeda. tiga hingga lima tahun di Yogyakarta
Dari karakteristiknya masyarakat asli pasti memiliki pengalaman yang lebih
Yogyakarta memiliki sifat lemah lembut, dalam berinteraksi dengan masyarakat
halus, sopan, tidak suka berterus terang asli Yogyakarta. Pada penelitian ini
dan menyembunyikan perasaannya pada penulis mengungkapkan tentang
kelompok etnik atau ras akan memiliki umum dipercaya bahwa orang-orang
sikap etnosentrisme atau rasisme yang berperilaku sedemikian rupa sebagai
tinggi. Sikap etnosentrisme dan rasisme hasil dari cara mereka yang mempersepsi
itu berbentuk prasangka, stereotip, dunia sedemikian rupa pula. Perilaku-
diskriminasi dan jarak sosial terhadap perilaku ini dipelajari sebagai bagian
kelompok lain. dari pengalaman budaya. Baik dalam
Menurut DeVito (1997:479) menilai kecantikan atau melukiskan
komunikasi antarbudaya mengacu salju, seseorang memberikan respon
pada komunikasi antara orang-orang kepada stimuli tersebut sedemikian
yang memiliki kepercayaan, nilai cara rupa sebagaimana yang budaya telah
berperilaku kultural yang berbeda. ajarkan kepadanya. Seseorang cenderung
Penerimaan budaya baru bergantung memperhatikan, memikirkan dan
pada faktor budaya. Individu yang memberikan respon kepada unsur-unsur
datang dari budaya yang mirip dengan dalam lingkungan yang penting bagi
budaya tuan rumah akan teralkulturasi dirinya (Mulyana dan Rakhmat, 2006:25).
lebih mudah. Selain itu, individu yang
lebih muda dan terdidik lebih cepat b. Proses-Proses Verbal
terakulturasi daripada individu yang Proses-proses verbal tidak
tua dan tidak berpendidikan. Faktor hanya meliputi bagaimana seseorang
kepribadian juga berpengaruh, individu berbicara dengan orang lain namun
yang berpikiran terbuka umumnya lebih juga kegiatan-kegiatan internal berpikir
mudah teralkulturasi. dan pengembangan makna bagi kata-
Disimpulkan bahwa komunikasi kata yang digunakan. Proses-proses
antarbudaya mengacu pada komunikasi ini(bahasa verbal dan pola-pola berpikir)
antar orang-orang dengan budaya yang secara vital berhubungan dengan persepsi
berbeda, atau orang-orang yang memiliki dan pemberian serta pernyataan makna
keprcayaan, kebiasaan, nilai, bahasa, dan (Mulyana dan Rakhmat, 2006:30). Secara
cara pikir yang berbeda. Banyak aspek sederhana bahasa dapat diartikan sebagai
budaya turut menentukan perilaku suatu sistem lambang terorganisasikan,
komunikatif. Berikut ini adalah beberapa disepakati secara umum dan merupakan
unsur sosiobudaya yang berhubungan hasil belajar, yang digunakan untuk
dengan persepsi, proses verbal dan proses menyajikan pengalaman-pengalaman
non verbal (Mulyana dan Jalaluddin dalam suatu komunitas geografis atau
Rakhmat. 2006:24). budaya. Bahasa merupakan alat bagi
orang-orang untuk berinteraksi dengan
a. Persepsi orang lain dan juga sebagai alat untuk
berpikir. Maka bahasa berfungsi sebagai
Persepsi adalah proses internal
suatu mekanisme untuk berkomunikasi
yang seseorang lakukan untuk memilih,
dan sekaligus sebagai pedoman
mengevaluasi dan mengorganisasikan
untuk melihat realitas sosial, karena
rangsangan dari lingkungan eksternal.
bahasa dapat mempengaruhi persepsi,
Dengan kata lain, persepsi adalah
menyalurkan dan turut membentuk
cara seseorang mengubah energi-
pikiran.
energi fisik lingkungannya menjadi
pengalaman yang bermakna. Secara
tentang perbedaan orientasi nilai yang valid. Triangulasi data dari penelitian
berkaitan dengan pekerjaan, yaitu Budaya ini diperoleh dengan meng-cross check
Masculinity dan Budaya Femininity. informasi antara informan yang satu
Penelitian tentang pola komunikasi dengan informan yang lain. Untuk itu
lintasbudaya sudah banyak dilakukan, penulis menganalisis data dari obyek
antara lain Bahari, Yohanes (2008:1-12) penelitian melalui tiga sudut pandang
menemukan pola atau model komunikasi yang berbeda. Pertama dari penafsiaran
lintasbudaya dalam resolusi konflik atau interpretasi dari penulis. Kedua,
antara etnik Melayu dan Madura di sudut pandang dilihat dari artikel-artikel
Kalimantan Barat. Pola komunikasi yang berisi tentang kebudayaan Batak
lintasbudaya ini melibatkan nilai-nilai dan Jawa. Ketiga, Melalui wawancara
budaya Melayu dan Madura, prasangka langsung dengan informan, mengenai
social, dan resolusi konflik melalui interaksi, hubungan dan kehidupan sosial
pranata adat kedua belah pihak melalui mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
musyawarah. Yogyakarta dengan masyarakat asli
Yogyakarta.
Metode Penelitian Dalam penelitian kualitatif,
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data dilakukan sejak awal
metode penelitian deskriptif kualitatif penelitian dan selama proses penelitian
dengan beberapa metode pengumpulan dilaksanakan. Data diperoleh dan
data : wawancara mendalam, observasi kemudian dikumpulkan untuk diolah
dan studi pustaka. secara sistematis. Analisis data dimulai
dari reduksi data, pemaparan data dan
Subjek penelitian ini terdiri dari 12
penarikan kesimpulan.
mahasiswa suku Batak yang kuliah di UPN
“Veteran” Yogyakarta dari 50 mahasiswa
Hasil Penelitian dan Pembahasan
yang tercatat mengikuti KBMB (Keluarga
Besar Mahasiswa Batak) UPN. Informan Pola budaya mempengaruhi
terdiri dari enam mahasiswa suku Batak pola komunikasi seseorang dalam
Karo dan enam mahasiswa suku Batak berkomunikasi dan pola komunikasi
Toba yang kuliah di UPN “Veteran” mempengaruhi pola budaya seseorang.
Yogyakarta. Sedangkan masyarakat asli Hal tersebut dikarenakan pola budaya
Yogyakarta adalah terdiri dari enam dan pola komunikasi saling berhubungan
orang penduduk asli Yogyakarta yang dan saling berkaitan satu sama lain. Pola
pernah berinteraksi secara langsung budaya setiap kelompok masyarakat
dengan beberapa mahasiswa suku Batak berbeda-beda dalam menjalankan
di UPN “Veteran” Yogyakarta yang aturan, cara berinteraksi, bahasa, nilai
terdiri dari teman mahasiswa suku di dan norma. Perbedaan pola budaya
Batak UPN “Veteran” Yogyakarta. seseorang akan terlihat sangat mencolok
saat terjadi komunikasi antarbudaya,
Dalam penelitian ini menggunakan
karena orang-orang yang terlibat dalam
Triangulasi Data agar dapat
komunikasi antarbudaya tersebut secara
membandingkan antara data yang
tidak langsung akan menunjukkan pola
sama, namun diperoleh dari sumber
budaya yang dimilikinya saat komunikasi
yang berbeda yang memungkinkan
antarbudaya berlangsung. Hal ini
untuk menangkap realitas yang lebih
yang disebut sebagai pola komunikasi
antarbudaya, yaitu pola komunikasi yang merasa kurang yakin dengan prestasi
terjadi antara orang-orang yang memiliki kerja dan tidak terlalu ambisius.
budaya yang berbeda.
2. Pola Komunikasi
1. Pola Budaya Pola budaya dan pola komunikasi
Kebudayaan tidak lepas dari saling berhubungan, seperti halnya
komunikasi dan komunikasi tidak lepas kebudayaan dengan komunikasi,
dari kebudayaan. Penulis sependapat karena kebudayaan adalah komunikasi
dengan pendapat Edward T. Hall dan komunikasi adalah kebudayaan.
bahwa kebudayaan adalah komunikasi Pola komunikasi dapat dimaknai
dan komunikasi adalah kebudayaan. sebagai bentuk saat terjadinya proses
Apabila berbicara mengenai pola budaya, penyampaian pesan dari komunikator
maka tidak akan bisa lepas dari pola kepada komunikan. Pola komunikasi
komunikasi, sama halnya komunikasi yang dimiliki oleh seseorang akan
dan budaya yang saling berhubungan. berbeda dengan pola komunikasi yang
Penulis menginterpretasikan bahwa pola dimiliki oleh orang lain yang berasal dari
komunikasi antarbudaya membangun kelompok lain. Hal ini seperti komunikasi
suatu harapan kedalam sistem yang terjadi antara mahasiswa suku
kelompok suatu masyarakat, karena Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
setiap kelompok masyarakat terdapat dengan masyarakat asli Yogyakarta.
perbedaan budaya. Dalam setiap Pola komunikasi antarbudaya memiliki
kebudayaan biasanya akan membentuk beberapa tahap, yang dimulai dari tahap
sebuah pola, yang sering disebut sebagai interaktif, tahap transaksional, hingga
pola budaya. Hal ini seperti pola budaya tahap yang dinamis.
yang dimiliki mahasiswa suku Batak Proses komunikasi antarbudaya
di UPN “Veteran” Yogyakarta dan yang terjalin antara mahasiswa suku
masyarakat asli Yogyakarta terdapat Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
perbedaan. dengan masyarakat asli Yogyakarta
Pola budaya yang dimiliki oleh tentunya juga melalui beberapa tahap
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” komunikasi tersebut, yang diawali
Yogyakarta adalah budaya Low Context dengan tahap pola komunikasi yang
dan budaya Masculinity, karena interaktif, yaitu komunikasi yang
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” dilakukan oleh komunikator dua arah/
Yogyakarta memiliki karakteristik dalam timbal balik(two way communication)
suatu pertemuan tatap muka tanpa basa- namun masih berada pada tahap rendah.
basi dan langsung pada tujuan, sedangkan Tahap pola komunikasi yang interaktif
dalam dunia kerja lebih berambisi dan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
merasa yakin dengan prestasi kerja. Pola
budaya yang dimiliki oleh masyarakat
asli Yogyakarta adalah budaya High
Context dan budaya Femininity, karena
masyarakat asli Yogyakarta memiliki
karakteristik lebih suka berkomunikasi
tatap muka, jika perlu dengan basa-basi
dan ritual, sedangkan dalam dunia kerja
Gambar 2 menunjukkan bahwa Batak hanya sesekali saja, tetapi sudah sering
adalah mahasiswa suku Batak di UPN dilakukan, sehingga terjadilah pertukaran
“Veteran” Yogyakarta, sedangkan Jawa budaya saat komunikasi berlangsung.
adalah masyarakat asli Yogyakarta. Saat Proses komunikasi antarbudaya
Batak dan Batak berkomunikasi, yang yang terjalin antara mahasiswa suku
memiliki pola budaya yang sama, maka Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
keduanya merasa nyaman dan terbuka. dengan masyarakat asli Yogyakarta yang
Hal yang sama juga terdapat pada Jawa, telah mencapai tahap pola komunikasi
saat Jawa dan Jawa berkomunikasi, yang dinamis, karena mahasiswa suku
yang memiliki pola budaya yang sama, Batak UPN “Veteran” Yogyakarta sebagai
maka keduanya merasa nyaman dan pendatang telah mampu mengerti,
terbuka. Kemudian saat Batak dan memahami dan mempelajari kebudayaan
Jawa berkomunikasi, yang memiliki yang ada di lingkungan barunya yaitu
pola budaya yang berbeda hal tersebut di Yogyakarta, selain itu sudah dapat
sudah tidak membuat keduanya merasa berbaur dan menyatu dengan masyarakat
tidak nyaman dan tidak terbuka lagi asli Yogyakarta, sebagai proses adaptasi.
saat berkomunikasi. Keduanya merasa Tahap pola komunikasi yang dinamis
nyaman dan terbuka saat berkomunikasi, tersebut dapat dilihat pada gambar 3.
karena komunikasi yang terjadi tidak
oleh pata informan, bahwa ternyata mata angin(utara, selatan, timur, barat),
tidak seutuhnya benar tentang persepsi sedangkan mahasiswa suku Batak di
orang Batak yang kasar dan keras dalam UPN “Veteran” Yogyakarta terbiasa
berbicara. Mahasiswa suku Batak di menentukan arah saat berpergian ke
UPN “Veteran” Yogyakarta ternyata suatu tempat dengan menggunakan arah
orangnya ramah, bersahabat, dan dalam lurus, belok kiri ataupun belok kanan,
berbicarapun tidak keras. Hal tersebut sehingga sering mangalami kesulitan saat
dikarenakan mahasiswa suku Batak di akan bepergian, karena masih bingung
UPN “Veteran” Yogyakarta telah mampu dalam menentukan arah.
menyesuaikan diri dengan budaya yang
ada di Yogyakarta, walaupun masih ada 4. Makanan
beberapa yang belum bisa menyesuaikan Mengenai makanan yang ada di
diri. Yogyakarta berbeda dengan makanan
yang ada di daerah asal mahasiswa suku
3. Bentuk Komunikasi Nonverbal Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta. Di
Bentuk komunikasi non verbal yang Yogyakarta makanan cenderung bercita
dipahami oleh mahasiswa suku Batak rasa manis, sedangkan di daerah asalnya
di UPN “Veteran” Yogyakarta berbeda makanan bercita rasa pedas. Inilah yang
dengan yang ada di daerahnya, selama mempengaruhi kehidupan komunikasi
tinggal di Yogyakarta mahasiswa suku antarbudaya mahasiswa suku Batak
Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta di UPN “Veteran” Yogyakarta dalam
memperoleh pemahaman baru mengenai beradaptasi hidup di Yogyakarta.
bentuk komunikasi non verbal yang ada Walaupun merasa tidak cocok dengan
di Yogyakarta. Bentuk-bentuk tersebut makanan yang ada di Yogyakarta,
antara lain cara menyapa orang lain, akhirnya seiring berjalannya waktu
simbol-simbol kematian yaitu bendera mampu beradaptasi dengan makanan
kematian dan dalam menentukan arah. yang ada di Yogyakarta. Selain itu ada
Saat menyapa orang lain di Yogyakarta pula beberapa mahasiswa suku Batak
sudah terbiasa menyapa dengan di UPN “Veteran” Yogyakarta yang
tersenyum dan menundukkan kepala cenderung cocok dengan makanan
atau badan saat berjumpa orang lain, yang ada di Yogyakarta, karena tidak
walaupun orang tersebut tidak dikenal, menyukai makanan yang pedas.
tetapi kalau di daerahnya tidak perlu
melakukan hal tersebut. Simbol-simbol 5. Interaksi Sosial
kematian pun berbeda, bagi mahasiswa Interaksi yang terjadi antara
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
didaerahnya biasa memaknai simbol Yogyakarta dengan masyarakat asli
bendera warna merah untuk menandakan Yogyakarta tidak mengalami masalah
bahwa ada orang yang meninggal, yang yang berarti, hanya pernah mengalami
dipasang di depan rumah, sedangkan miss komunikasi karena penggunaan
di Yogyakarta mengggunakan simbol bahasa dan beda pendapat dalam forum
bendera warna putih. Dalam memaknai diskusi. Konflik belum pernah terjadi,
arah di Yogyakarta menggunakan arah