PENDAHULUAN
1
2
berbeda suku bangsa dan budaya namun tetap menjadi bagian dari negara
kesatuan Republik Indonesia.
Setiap manusia memerlukan interaksi dalam kehidupannya untuk
memenuhi kebutuhan. Perbedaan latar belakang budaya, bahasa, dan kebiasaan
menyebabkan munculnya berbagai hambatan saat berkomunikasi antara etnis
Jawa dan Sunda, namun dengan adanya interaksi antara keduanya mampu
menciptakan hubungan yang kian harmonis antara keduanya. Setiap pendatang
memiliki caranya masing-masing untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan
barunya, begitu pula sebagai host culture, tentu saja memiliki pandangan masing-
masing terhadap para pendatang ketika awal mula terjadi interaksi.Tidak dapat
kita hindari bahwa hidup dan beraktifitas pada lingkungan budaya yang berbeda
membawa setiap orang yang mengalaminya pada situasi yang penuh dengan hal
baru. Komunikasi antar budaya menurut Charley H Dood merupakan komunikasi
yang melibatkan diri secara personal dan kelompok dengan tekanan atau batasan
perbedaan latar belakang kebudayaan. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa
mahasiswa beretnis batak yang berkuliah di universitas pasundan semuanya
menjalani proses komunikasi antar budaya. Perbedaan budaya didapati sebagai
hal mengarah pada pembatasan dan informan dituntut untuk bisa menyesuaikan
atas perbedaan budaya untuk menjalani hidupnya di Bandung serta memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan.
Interaksi sosial pada umumnya juga terjadi dalam lingkup Perguruan
Tinggi khususnya pada mahasiswa. Mahasiswa berasal dari beragam etnik dan
budaya. Perbedaan budaya tersebut dapat menyebabkan perbedaan pola interaksi
sosial yang berpotensi pada disharmonisasi dalam menjalin relasi dengan
lingkungan sosialnya. Salah satu fenomena yang muncul yaitu keberadaan
masyarakat pendatang etnis Jawa di perguruan tinggi Universitas Pasunsan. Di
Universitas Pasundan Bandung terdapat banyak mahasiswa yang berasal dari
etnis jawa, khususnya di Fakultas Ilmu Komunikasi, lebih dari 10 remaja yang
berasal dari jawa.
3
Untuk meneliti bagaimana interaksi simbolik yang terjadi antara etnis jawa dan
sunda di Universitas Pasundan, maka dirumuskan beberapa pertanyaan seperti
berikut:
1. Kegunaan Teoritis
- Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
untuk membangun mahasiswa/i antar etnis, terkhusus etnis jawa dan
sunda.
- Bisa menjadi rujukan perpustakaan atau penelitian selanjutnya mengenai
harmonisasi antar etnis atau pun interaksi simbolik dalam proses
komunikasi.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan untuk membangun kehidupan bersosial
didalam etnis, manajemen konflik antar etnis dan membangun pola fikir
masyarakat untuk menghargai keberagaman adat istiadat dan bahasa.
BAB II
5
Menurut Fisher, interaksi simbolik adalah teori yang melihat realitas sosial
yang diciptakan manusia. Sedangkan manusia sendiri mempunyai kemampuan
untuk berinteraksi secara simbolik, memiliki esensi kebudayaan, saling
berhubungan, bermasyarakat, dan memiliki buah pikiran.
Interaksi simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara
manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi
yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka
ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada
beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu
berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan
ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan
“simbol”.
9
Interaksi simbolik ada karena ide- ide dasar dalam membentuk makna
yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan
hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi,
serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu
tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto
(2007: 136), makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk
membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain
melalui interaksi.
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara
lain:
1. Pikiran (Mind) adalah kemampuan
untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana
tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan
individu lain,
2. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari
penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme
simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan
tentang diri sendiri (The-Self) dan dunia luarnya
3. Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan,
dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap
individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan
sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses
pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
”Mind, Self and Society”
merupakan karya George Harbert Mead yang paling terkenal (Mead. 1934
dalam PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
West-Turner. 2008: 96), dimana dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga
tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai
teori interaksi simbolik.
10
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi
simbolik antara lain:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
2.2.2 Makna Interaksi Simbolik
a) Jumlah pelaku lebih dari satu orang, artinya dalam sebuah interaksi sosial,
setidaknya ada dua orang yang sedang bertemu dan mengadakan hubungan.
c) Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang
menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung, artinya dalam proses interaksi
dibatasi oleh dimensi waktu sehingga dapat menentukan sifat aksi yang se-dang
dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam interaksi.
d) Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan oleh pengamat, artinya dalam sebuah interaksi so-sial,
orang-orang yang terlibat didalamnya memiliki tujuan yang diinginkan oleh
mereka. Apakah untuk menggali informasi, atau sekedar beramah-tamah
atau yang lainnya.
4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan
yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama, maka sifatnya ala kooperatif.
Pada saat dua individu bertemu, interaksi sosial sudah mulai terjadi.
Walaupun kedua individu itu tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun
sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar
15
akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masing-
masing. Hal ini sangat dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu, seperti bau
minyak wangi atau bau keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang
berjalan dan hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain.
Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu kesatuan bukan
sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Contohnya:
permusuhan antara Indonesia dengan Belanda pada zaman perang fisik.
a). Imitasi
Imitasi berasal dari bahasa inggris, imitation yang artinya tiruan atau
peniruan. Faktor imitasi mempunyai peran yang sangat penting dalam prosesi
interaksi. Imitasi adalah proses meniru perilaku dan gaya seseorang yang
menjadi idolanya. Tindakan meniru dilakukan dengan belajar dan mengikuti
perbuatan orang lain yang menarik perhatiannya. Imitasi dapat terjadi
16
contohnya cara berpakaian, model rambut, gaya bicara, cara bertingkah laku,
dan sebagainya. Imitasi dapat bersifat positif jika mendorong seseorang untuk
mempertahankan, melestarikan, serta mentaati norma dan nilai yang berlaku.
b). Sugesti
c). Identifikasi
d). Simpati
e). Motivasi
f). Empati
Selain karena faktor kebutuhan yang timbul dari dalam dirinya yang tercakup
dalam kebutuhan mendasar, kebutuhan sosial, dan kebutuhan integratif, manusia juga
18
mempunyai naluri untuk selalu hidup berkelompok atau bersama dengan orang lain.
Hal ini disebut dengan naluri gregariousness. Dengan demikian, faktor-faktor yang
mendorong manusia untuk hidup bersama dengan orang lain adalah sebagai berikut:
d. Dorongan untuk hidup bersama yang di wujudkan dalam bentuk hasrat untuk
menjadi satu dengan manusia sekelilingnya, dan hasrat untuk menjadi satu dengan
suasana alam sekitarnya.
2.3 Etnisitas
Menurut Asmore, etnisitas menggambarkan karakteristik atau ciiri khas
budaya yang dimiliki suatu etnis yang membedakan dengan etnis lain. tetapi
hubungan antar etnisitas dan kebudayaan sangat kompleks maka dari itu hubungan
keduanya bukanlah hubungan satu lawan satu, dimana suatau kelompok yang
memiliki budaya tertentu, otomatis menjadi satu kelompok etnis tertentu.
Etnis sunda adalah bagian dari masyarakat suku bangsa yang tinggal di bumi
nusantara sunda. Seperti penjelasan Koentjaraningrat, mengatakan suku sunda
ialah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu serta dialek
bahasa sunda sebagai bahasa ibu yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari
dari penjelsan tersebut merupakan bagian antropologi budaya.
Selain itu masyarakat sunda mempunyai sikap saling mengenal, saling atau
gotong royong yang menjadi ciri dari masyarakat sunda. Bahkan dikenal dengan
sistem kekerabatannya yang erat. Untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau
bersama masyarakat sunda agar dapat melaksanakan tugas secara bersama-sama,
relasi sosial ini menjadi hal utama digunakan sebagai medianya.
Etnis sunda ini memiliki prisinsip “cageur, bageur, bener, tur singer”, prinsip
tersebut merupakan filosofi kehidupan orang sunda sebagai pedoman pada
penerapan sistem pendidikan dan pengetahuan. Menjadi pedoman dalam
penerapan sistem pengetahuan atau pendidikan. Kata Cageur memiliki arti sehat
rohani dan jasmani. Bageur memiliki makna berprilaku baik, ramah, bertata krama
sopan, dan santun. Bener yang berarti jujur, amanah, takwa, dan penyayang. Pinter
yang berarti memiliki pengetahuan yang luas. Singer mempunyai makna kreatif
dan inovatif tidak terbatas pada kondisi dan situasi yang dihadapi. Dari makna
filosofi tersebutlah meraka memperoleh informasi dengan bermodalkan prinsip
pinter dan singer. Masyarakat sunda cenderung menyukai informasi yang dapat
dicerna oleh akal atau bersifat rasional daripada informasi yang irasional.
Masyarakat sunda memiliki ciri yang khas seperti perkenalan pribadi, gaya
dan ragam bahasa termasuk logat bicara, cara bicara, bahasa tubuh, cara menyapa,
dan ekspresi wajah. Hal tersebut menjadi ciri masyarakat sunda mengutamakan
sikap ramah dalam proses interaksi atau komunikasi agar dapat membangun
hubungan yang harmonis dalam masyarakat.
Memiliki karakter yang ramah dan terbuka itulah yang menjadikan para
pendatang merasa nyaman hidup berdampingan dengan masyarakat sunda
20
meskipun berbeda latar belakang individu baik itu secara etnis, budaya, agama,
dan sosial mereka dapat langsung menyatu dalam kehidupan bermasyarakat.
Suku jawa terkenal dengan perilaku gotong royong. Hal tersebut dapat
dilihat dari prinsipnya “saiyeg saekopraya gotong royong” dan “hapanjang-
hapunjung hapasir-wukir loh-jinawi, tata tentrem kertaraharja”. Prinsip-prinsip
tersebut mengajarkan hidup saling tolongmenolong sesama masyarakat atau
keluarga. Masyarakat jawa merasa dirinya bukan persekutuan orang-perorangan
melainkan suatu kesatuan bentuk “satu untuk semua dan semua untuk satu
(Hurusatoto 2008).Daripada itu prinsip hidup orang jawa banyak pengaruhnya
terhadap ketentraman hati yaitu ikhlas (nrima). Dengan prinsip ini orang jawa
merasa puas dengan nasibnya (Wijayanti and Nurwianti 2010).
Penelitian ini menggunakan teori Interaksi Simbolik, teori ini merupkan teori
yang mencerminkan kegiatan interaksi yang terjadi di dalam penelitian ini, dalam
21
teori ini, informasi yang didapatkan bisa diolah menjadi sebuah definisi – definisi
yang merujuk kepada pola komunikasi yang terjadi. Teori Interaksi Simbolik ini
ada karena beberapa ide – ide dasar yang membentuk makna yang berasal dari
pemikiran manusia (Mind), mengenai diri kemudian merefleksikan makna dari
pikiran yaitu (Self), dan hubungan di tengah interaksi sosial bersama masyarakat
(Society) yang ikut membentuk suatu makna baru atau memberi makna baru
didalamnya.
kepada tiga poin tersebut yang dipaparkan diatas danasumsi yang dibutuhkan
untuk menyusn diskusi mengenai teori interkasi simbolik.
Society
Mind (Pikiran) Self (Diri)
(Masyarakat)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Subjek penelitian adalah memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal
atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan
Arikunto (2016:26). Subjek penelitian ini merupakan salah satu yang niatnya menjadi
sumber informasi yang dapat mengungkapkan fakta atau pertanyaan dalam penelitian.
Maka dari itu, subjek penelitian merupakan hal yang krusial karena menjadi bagian
dalam memberikan informasi,tanggapan dan masukan kepada peneliti.
Jenis data pada penelitian terdapat dua bagian yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunkan jenis data kualitatif. Data kualitatif
adalah data yang dikumpulkan dari pertanyaan yang diajukan penulis pada informan
melalui teknik wawancara. Bentuk dari data kualitatif seperti ungkapan, kalimat atau
kata-kata disajikan melalui catatan, gambar/foto dan rekaman video.
Umumnya data penelitian kualitatif merupakan data yang berisikan kata, kalimat,
ungkapan dan tindakan. Tindakan dan ungkapan kata-kata orang atau subjek yang
sedang diteliti merupakan data yang utama pada penelitian kualitatif (Farida Nugrahani
2014).
Sumber data terbagi menjadi dua bagian yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. (1).Data Primer yaitu data yang didapat dan dikumpulkan dari sumbernya
langsung narasumber atau informan. Teknik penelitian yang tepat untuk
mengumpulkan data primer yaitu teknik Observasi. (2). Data Sekunder merupakan
sumber data tambahan yang diambil tidak secara langsung dilapangan melainkan dari
sumber yang telah ada atau dibuat orang lain seperti jurnal ilmiah, buku dan lain-lain.
(Jamaludin 2018).
Sumber data pada penelitian ini melalui wawancara mendalam dengan tokoh
Mahasiswa/i yang berada di Universitas Pasundan mengenai bagaimana proses
interaksi simbolik antara kedua etnis tersebut dengan berbeda latar belakang sehingga
terjalinnya hubungan yang harmonis antara etnis sunda dan etnis jawa di Universitas
Pasundan.
28
Pada sumber data sekunder penulis menambahkan data penelitian dari beberapa
arsip atau dokumen, jurnal dan skripsi yang berhubungan dengan judul penelitian
penulis.
3.3.1. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan jika berkaitan dengan
perilaku manusia, seperti proses kerja, gejala-gejala alam dan sebagainya. Observasi
merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dengan observasi
penulis dapat mendokumentasikan secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi
subjek penelitian. Semua yang dilihat dan didengar pada saat proses observasi dapat
dicatat dan direkam untuk keperluan dalam penelitian.
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek
dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya,
untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitian.
Tahapan observasi meliputi pengamatan secara umum dan lebih luas berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi
wilayah yang akan diteliti. Kemudian setelah melakukan identifikasi pada wilayah atau
29
a. Observasi Berperan
Pada teknik ini, peneliti menggali informasi mengenai perilaku dan kondisi lingkungan
penelitian menurut kondisi yang sebenarnya. Observasi berperan ini dapat dilakukan
baik secara formal atau informal, dengan melibatkan peneliti sebagai kelompok
masyarakat yang diteliti.
Pada observasi ini, peneliti tidak terlibat dengan subjek yang diamati tetapi hanya
berperan sebagai pengamat. Dengan teknik ini tidak akan didapat data yang mendalam
sampai makna atau nilai- nilai dibalik perilaku yang terlihat dan tercap dari subjek yang
diteliti. Observasi berperan karena lokasi penelitian termasuk daerah tempat kuliah
penulis jadi memungkinkan untuk terlibat secara langsung dan mengetahui kondisi
lingkungan tempat penelitian serta mengetahui proses interaksi mahasiswa dan
mahasiswi yang ada di Universitas Pasundan.
3.3.2. Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik penggalian data melalui percakapan yang
dilakukan dengan maksud tertentu dari beberapa pihak. Sebagaimana dijelaskan oleh
Lincoln dan Guba (1985:266) wawancara dapat dilakukan untuk mengkontruksi
kejadian, motivasi, organisasi kegiatan , tuntutan, dan lain-lain. Teknik ini dipilih
penulis untuk memperoleh data yang lebih banyak, mendalam dan akurat, bisa juga
menggunakan teknik wawancara mendalam.
Jenis wawancara mendalam dilakukan dengan santai dan terbuka serta tidak
berbentuk non-formal. Wawancara dilakukan berulang pada informan atau
30
Adapun informan atau partisipan yang penulis wawancari mengenai penelitian ini:
informan kunci yaitu Anisa Fitriani (FISIP), AnisaNurjanah (FKIP), dan Nuriyah
Puadah (FKIP).
Adapun beberapa sumber bacaan yang dijadikan referensi oleh penulis yaitu buku
Ambo Upe (2017) : Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post
Positifistik, dan Jurnal Ilmu Sosial (2012) : Interaksionisme Simbolik Dalam
Kehidupan Bermasyarakat. Itulah beberapa sumber bacaan yang digunakan sebagai
acuan utama sebagai penambahan informasi mengenai penelitian penulis.
Bogdan berpendapat tentang analisis data kualitatif bahwa : “Analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difaharni,
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Proses pengumpulan data merupakan bagian dari analisis data, proses ini hal
terpenting dalam metode ilmiah karena digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian. Konsep analisis data kualitatif yaitu mengelompokan dan memilah data
menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola (Farida Nugrahani
2014). Proses analisis data kualitatif terdiri dari tahapan-tahapan berikut :
a. Reduksi Data
Reduksi data ini merupakan unsur utama dalam data kualitatif. Pada reduksi data
peneliti melakukan proses pemilihan, penyederhanaan serta pemfokusan dari semua
jenis informasi yang mendukung data penelitian pada saat observasi. Tujuan dari
reduksi data ini untuk memperjelas, menggolongkan serta mengorganisasikan data agar
dapat menemukan data yang valid.
b. Sajian Data
Sajian data yaitu kumpulan informasi dalam bentuk deskripsi yang lengkap
disusun berdasarkan pokok-pokok temuan yang ada pada reduksi data serta disusun
menggunakan bahasa peneliti yang sistematis, logis, dan agar mudah dipahami. Tujuan
sajian data ini untuk menjawab permasalahan penelitian serta dapat merumuskan
penemuan –penemuan dalam proses penelitian dan mengemukakan simpulan akhir.
c. Penarikan Simpulan/Verivikasi
Penarikan simpulan adalah bentuk penafsiran terhadap hasil analisis data. Pada
tahapan ini dilakukan verifikasi ulang meliputi pemeriksaan data yang terkumpul
dilapangan, reduksi data yang dibuat berdasarkan catatan lapangan, dan simpulan
sementara yang telah dirumuskan.
TAHUN 2023
Kegiatan Maret April
1 2 3 4 1 2
Pembentukan 17
Kelompok Maret
Konfirmasi 21
Judul Maret
Obsevasi 28
Maret
Penyusunan 3 April
BAB I
Penyusunan 3 April
BAB II
Penyusunan 3 April
BAB III
Pengumpulan 5 April
Proposal