Anda di halaman 1dari 14

Volume 8 No.

2 Tahun 2019
DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN SANTRI
LAKI-LAKI ETNIS JAWA, SUNDA DAN BETAWI DI PONDOK
PESANTREN AN-NADWAH BUNTET ASTANAJAPURA CIREBON

MUHAMMAD FAHRUROZI

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon 45132

Email: Rozifahru59@gmail.com

ABSTRAK

Muhammad Fahrurozi. 1415302053. Dinamika Komunikasi


Antarbudaya di Kalangan Santri Laki-Laki Etnis Jawa, Sunda dan Betawi di
Pondok Pesantren An-Nadwah Buntet Astanajapura Cirebon. Skripsi Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.
Pondok Pesantren An-Nadwah Buntet Astanajapura Cirebon merupakan
Pondok Pesantren salafi, dengan santri-santrinya berasal dari berbagai daerah
yang berbeda, begitupula dengan keberagaman budaya yang berasal dari
daerahnya masing-masing, Keberagaman kehidupan di Pondok Pesantren An-
Nadwah Buntet Astanajapura Cirebon dengan berbagai budaya yang berbeda pula
tidak jarang terjadi berbagai konflik dan kesalah pahaman dalam kehidupannya
sehari-hari. Sebagai salah satu jalan keluar untuk meminimalisir kesalahpahaman-
kesalahpahaman akibat perbedaan budaya adalah dengan mengerti atau paling
tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain, mengetahui prinsip-
prinsip komunikasi lintas budaya dan mempraktikannya dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan
proses Komunikasi Antarbudaya yang terjalin. (2) Untuk mengetahui dan
mendeskripsikan karakteristik-karakteristik Komunikasi yang digunakan dalam
Komunikasi Antarbudaya. (3) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan-
hambatan komunikasi Antarbudaya yang terjadi. (4) Untuk mengetahui upaya
yang digunakan dalam meningkatkan faktor-faktor pendukung efektifitas
komunikasi antarbudaya.
Dalam penelitian ini metodologi penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data
melalui metode observasi pastisipan, wawancara secara mendalam, dan
dokumentasi. Dan untuk teknik analisis data yang digunakan ialah model
Creswell, yang terdiri dari enam tahap, yakni (1) Mengelola dan mempersiapkan
data untuk dianalisis. (2) Membaca keseluruhan data. (3) Menganalisis lebih detail
dengan meng-coding data. (4) Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan
sering, orang-orang, kategori-kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis. (5)
Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam
narasi/ laporan kualitatif. (6) Menginterprestasi atau memaknai data.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut : (1) Prilaku Komunikasi
Antarbudaya dikalangan santri laki-laki etnis Jawa, Sunda dan Betawi itu dapat
dilihat dari dua konteks, yakni konteks Sosial dan Kemanusiaan. (2) Pola
komunikasi antarbudaya dikalangan santri laki-laki etnis Jawa, Sunda dan Betawi
terdapat dua pola komunikasi antarbudaya yakni pola skuler dan linier. (3)
Hambatan yang terjadi di Komunikasi Antarbudaya dikalangan Santri laki-laki
etnis Jawa, Sunda dan Betawi adalah termasuk dalam hambatan sosiologi,
antropologis dan hambatan sematis. (4) Upaya pendukung terjalinnya Komunikasi
Antarbudaya dikalangan santri laki-laki etnis Jawa, Sunda dan Betawi ialah Saling
memahami dan menghargai satu-sama lain.
Kata Kunci : Santri, Etnis, Komunikasi Antarbudaya

PENDAHULUAN penyimpangan-penyimpangan
terhadap norma-norma tersebut
Hubungan sosial dalam
gejala abnormal yang merupakan
masyarakat tidak selalu berjalan
termasuk kedalam masalah sosial.
mulus seperti yang diinginkan.
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak
Banyak sekali terjadi masalah-
bisa hidup tanpa bantuan orang lain,
masalah atau konflik sosial disekitar
sikap saling ketergantungan ini tidak
kita. Masalah-masalah sosial tersebut
dapat berjalan dengan baik tanpa
dapat berdampak buruk pada
adanya komunikasi yang baik pula.
keberlangsungan hidup
Semua kebutuhan manusia dapat
bermasyarakat.
terpenuhi jika manusia
Setiap masyarakat memiliki
berkomunikasi dengan orang lain.
norma-norma yang bersangkut-paut
Komunikasi antar manusia termasuk
dengan kesejahteraan beragama,
komunikasi antarbudaya yang efektif orang. Sekelompok orang yang
sangat ditentukan oleh pemahaman pindah dari satu lingkungan budaya
makna, terutama menaruh makna ke lingkungan budaya lainnya, pasti
tersebut dalam nilai kebudayaan akan mengalami proses sosial budaya
yang dapat diterima. yang dapat mempengaruhi mode
Setiap masyarakat memiliki adaptasi dan pembentukan
norma-norma yang bersangkut-paut identitasnya, kebudayaan daerah
dengan kesejahteraan beragama, tujuan telah memberi kerangka
penyimpangan-penyimpangan kultural baru yang karenanya turut
terhadap norma-norma tersebut memberikan definisi-definisi dan
gejala abnormal yang merupakan ukuran nilai-nilai bagi kehidupan
termasuk kedalam masalah sosial. sekelompok orang. Dalam proses
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak adaptasi timbal balik, identitas yang
bisa hidup tanpa bantuan orang lain, menandai masing-masing kelompok
sikap saling ketergantungan ini tidak mungkin berubah. Namun, yang
dapat berjalan dengan baik tanpa menjadi fokus adalah apa yang
adanya komunikasi yang baik pula. terjadi pada kelompok-kelompok
Semua kebutuhan manusia dapat minoritas sebagai akibat memasuki
terpenuhi jika manusia masyarakat pribumi, alih-alih
berkomunikasi dengan orang lain. sebaliknya (Mulyana dan
Komunikasi antar manusia termasuk Rakhmat,2010:152).
komunikasi antarbudaya yang efektif Pondok Pesantren An-
sangat ditentukan oleh pemahaman Nadwah Buntet Astanajapura
makna, terutama menaruh makna Cirebon merupakan Pondok
tersebut dalam nilai kebudayaan Pesantren salafi, dengan santri-
yang dapat diterima. santrinya berasal dari berbagai
kehidupan di Pondok daerah yang berbeda, begitupula
Pesantren juga biasanya dapat dengan keberagaman budaya yang
menjalin ikatan persaudaraan yang berasal dari daerahnya masing-
kuat sehingga dapat mengurangi masing ada yang berasal dari etnis
tingkat kekhawatiran hidup di kota Jawa yang meliputi dari berbagai
daerah diantaranya, Cirebon, budaya Jawa. Dalam hal aktifitas
Indramayu, Brebes, Tegal, keseharian, tentu saja masing-masing
Pemalang, Purbalingga, Kebumen, melaksanakannya sesuai dengan
Bumiayu dan Wonosobo. Kemudian nilai-nilai dan patokan-patokan yang
ada yang berasal dari etnis Sunda, mencerminkan budayanya sendiri,
diantaranya Kuningan, Subang, dan keadaan tersebut terkadang berakhir
Cianjur. Ada pula yang berasal dari dengan terjadinya disintegrasi.
etnis Betawi diantaranya Jakarta,
Dari fenomena tersebut peneliti
Bekasi dan Tangerang.
tertarik untuk meneliti tentang
Intensitas komunikasi “Dinamika Komunikasi Antarbudaya
antarbudaya di Pondok Pesantren di Kalangan Santri Laki-Laki Etnis
An-Nadwah Buntet Astanajapura Jawa, Sunda dan Betawi di Pondok
Cirebon bisa dibilang cukup tinggi Pesantren An-Nadwah Buntet
karena dalam kehidupan sehari-hari Astanajapura Cirebon”.
mereka tinggal dalam kobong atau Adapun jenis penelitian pada
kamar yang sama dengan jumlah penyusunan penelitian ini ialah
santri kurang lebih 40 santri. Dengan kualitatif, yang mana membahas
latar belakang budaya yang berbeda, tentang proses komunikasi
tidak jarang terjadi kerancuan dan antarbudaya dikalangan santri laki-
ketidak kesinambungan dalam laki etnis Jawa, Sunda dan betawi
menjalankan komunikasi, karena dalam kehidupan dipondok pesantren
para individu sejak kecil sudah An-Nadwah Buntet Astanajapura
terbiasa dengan nilai-nilai budaya Cirebon.
yang ada dilingkungannya masing- Penelitian kualitatif merupakan
masing, nilai-nilai budaya yang penelitian yang lebih mengutamakan
sudah tertanam pada diri mereka pada masalah proses dan
masing-masing sangatlah sulit untuk makna/persepsi, di mana penelitian
digantikan dengan budaya baru yang ini diharapkan dapat mengungkap
ada di pesantren, dimana budaya berbagai informasi kualitatif dengan
yang diterapkan di pesantren adalah deskripsi-analisis yangteliti dan
penuh makna, yang juga tidak yang selanjutnya disebut kasus
menolak informasi kuantitatif dalam adalah hal yang aktual (real-life
bentuk angka maupun jumlah. Pada events), yang sedang berlangsung,
tiap-tiap obyek akan dilihat bukan sesuatu yang sudah lewat
kecenderungan, pola pikir, ketidak (Rahardjo, 2017: 3).
teraturan, serta tampilan perilaku dan Lokasi pada penelitian ini
integrasinya sebagaimana dalam adalah Pondok pesantren an-Nadwah
studi kasus genetik (Muhadjir, 1996: Prof. Dr. KH. MA. Fuad Hasyim
243). yang masuk ke dalam wilayah Buntet
Pendekatan yang digunakan pada pesantren Desa Mertapada kulon
penelitian ini ialah dengan kecamatan Astanajapura Kabupaten
menggunakan pendekatan studi Cirebon, yang terletak di sekitar
kasus dengan tujuan untuk Pondok Buntet Pesantren. Lokasi
menjelaskan proses, karakteristik tersebut sangat strategis, karena
komunikasi antarbudaya, hambatan, lingkungan masyarakat di sekitarnya
dan upaya penyelesaian masalah telah terbentuk sedemikian rupa
dalam komunikasi antarbudaya dengan falsafah pendidikan
dikalangan santri laki-laki etnis kepesantrenan yang kental.
Jawa, Sunda dan betawi dalam Penelitian ini dilakukan
kehidupan di pondok pesantren. secara bertahap mulai dari bulan
november 2018 secara garis besar
Studi kasus ialah suatu
terbagi menjadi 3 tahap.
serangkaian kegiatan ilmiah yang
Diantaranya: (1) Tahap Persiapan:
dilakukan secara intensif, terinci dan
tahapan ini meliputi pengajuan judul
mendalam tentang suatu program,
dan pembuatan proposal. (2) Tahap
peristiwa, dan aktivitas, baik pada
Penelitian: Tahap ini adalah semua
tingkat perorangan, sekelompok
kegiatan yang berlangsung di
orang, lembaga, atau organisasi
lapangan yakni pengambilan data.
untuk memperoleh pengetahuan
(3) Tahap Penyelesaian: Tahap ini
mendalam tentang peristiwa tersebut.
adalah kegiatan analisis data dari
Biasanya, peristiwa yang dipilih
penyusunan laporan. Tahap ini
dilaksanakan setelah tahap pendidikan dalam pesantren, beliau
penelitian. hanya memfasilitasi santri yang ingin
Sejarah Singkat Pondok Pesantren tinggal dan mengaji di Buntet dengan
An-Nadwah menempatkan mereka di pondok
Pondok Pesantren An- yang hanya terbuat dari bilik bambu.
Nadwah berdiri pada tahun 2012 M. Beliau juga mengadakan pengajian
Pesantren tersebut didirikan oleh DR. sekaligus pembacaan Manaqiban
KH. Muhammad Abbas Fuad Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dan
Hasyim, MA di buntet pesantren beliau hanya mengajar santrinya
cirebon. Latar belakang berdirinya pada bulan ramadhan saja dengan
Pondok Pesantren An-Nadwah mengajarkan kitab Tafsir Al-Jalalain,
diawali oleh pemikiran DR. KH. kondisi demikian diadakan karena
Muhammad Abbas Fuad Hasyim, kesibukan beliau dalam dakwah baik
MA yang melirik akan pentingnya didalam maupun diluar negri. Tetapi
keberadaan pesantren sebagai wadah sekalipun demikian, para santri tetap
masyarakat untuk menimba ilmu menjalani pendidikan pesantren ngaji
disamping punya tujuan sebagai sorogan (santri membaca kitab
media untuk putra-putrinya dalam kosongan tanpa makna dan gurunya
mengamalkan ilmunya ketika dewasa menyimak) dan wetonan (guru yang
nanti, hal ini ditujukan ketika putra membaca dan para santri yang
dan putri beliau telah selesai memaknai) di rumah-rumah kiyai
menjalani pendidikannya maka maupun asrama-asrama yang
sudah ada wadah lembaga mengadakan pengajian Al-Qur’an
pendidikan untuk mengamalkan serta maupun pengajian kitab kuning,
memanfa’atkan ilmu yang telah di dikarenakan buntet merupakan
dapat selama menimba ilmu di luar lingkungan yang didominasi
daerah. banyaknya pesantren, maka banyak
DR. KH. Muhammad Abbas juga kiyai yang membuka pengajian
Fuad Hasyim, MA pada awal dirumahnya masing-masing.
berdirinya Pondok Pesantren An- Keberlangsunan Pondok
Nadwah, tidak membuka jalur Pesantren An-Nadwah, menurut
informasi yang di himpun oleh beliau sendiri langsung terjun
penulis, diperkirakan sekitar tahun menjadi pengajar di pondok
2013 M, pondok pesantren tersebut pesantren, dan hasil dari pada itu
mengalami kemajuan yang sangat terciptalah kontrol pendidikan
pesat, hal ini diindikasikan dengan langsung oleh pengasuh pondok
bertambah banyaknya santri yang pesantren. Selain itu pula, di tahun
datang untuk mengaji dan menetap di 2014 M. DR. KH. Muhammad
pesantren, sehingga dibutuhkan Abbas Fuad Hasyim, MA
asrama baru untuk para santri yang menerapkan budaya akhlak Rasul
semakin meningkat. Berdasarkan hal bagi seluruh santri yang menetap di
itu, atas kerja keras serta dukungan pondok pesantren An-Nadwah,
dari berbagai pihak maka di tahun dimana akhlak-akhlak tersebut
2014 M. Dibangunlah pondok mengacu pada sikap/akhlak kepada
pesantren An-Nadwah dengan sang guru.
bangunan permanen yang dimana Pada tahun 2019 M, DR. KH.
didirikan Saung sebagai pusat Muhammad Abbas Fuad Hasyim,
pengajian, dari bangunan tersebut MA, membuka pendaftaran bagi
pondok pesantren An-Nadwah santri perempuan di pondok
terkenal hingga sekarang dengan pesantren, karena semenjak
sebutan pondok saung An-Nadwah/ berdirinya pondok pesantren An-
Saung Kang Babas. Nadwah belum pernah membuka
Sistem yang di berlakukan pendaftaran bagi santri putri, hal ini
oleh DR. KH. Muhammad Abbas di karenakan belum adanya tempat
Fuad Hasyim, MA antara lain adalah yang di khususkan bagi santri putri.
segala kegiatan pengajian yang Pondok pesantren An-
mulanya dilaksanakan diluar pondok Nadwah terus mengalami kemajuan,
pesantren, berubah menjadi baik dalam segi pembangunan fisik
semuanya dilaksanakan didalam maupun mental, terutama dari hal
pondok pesantren dengan memanggil fisik sebagai bentuk utama kemajuan
beberapa Asatidz untuk mengajar di pondok pesantren sehingga sekarang
pondok pesantren An-Nadwah, serta masih terus menjalani proses
pembangunan, seperti penambahan Data Sekunder
kamar bagi santri, penambahan aula Adapun sumber data
pondok untuk santri laki-laki dan sekunder, peneliti menempatkan
santri perempuan. Adapun dari hal gambar/ foto, dokumen tertulis
mental, DR. KH. Muhammad Abbas dllsebagai sumber data sekunder.
Fuad Hasyim, MA, menerapkan Karena, data-data yang dihasilkan
peraturan-peraturan yang ketat untuk bertujuan untuk melengkapi data-
santri yang menetap di pondok data yang telah diberikan oleh
pesantren dan agar lebih terorganisir informan seperti santri, ustadz dan
dibentuklah kepengurusan di pondok, pimpinan ataupun pengasuh pondok
baik pondok putra maupun putri. pesantren sebagai sumber data
Perkembangan Pondok primer.
Pesantren terus dilanjutkan hingga Teknik pengumpulan data
sekarang demi menciptakan santri- merupakan langkah yang paling
santri yang berkualitas dan demi utama dalam penelitian, karena
mencetak lulusan yang berakhlakul tujuan utama dari penelitian adalah
karimah dan nantinya bisa mendapatkan data. Dalam penelitian
mengamalkan ilmunya ketika sudah ini teknik pengumpulan data yang
berada di kampong halaman masing- dilakukan oleh peneliti adalah
masing. dengan melalui tiga metode, yaitu:
Sumber Data Observasi
Data Primer Observasi atau pengamatan adalah
Dalam menentukan sumber data metode pengumpulan data yang
primer, peneliti mempunyai digunakan untuk menghimpun data
pertimbangan, yaitu orang-orang penelitian melalui pengamatan dan
yang berkaitan langsung dengan pengindraan (Bungin, 2007: 118).
proses penelitian dan memiliki Observasi digunakan untuk
kedudukan yang paling tinggi, pencatatan dan pengamatan dengan
seperti santri, ustadz dan pimpinan sistematik fenomena-fenomena yang
ataupun pengasuh pondok pesantren. diselidiki yaitu proses, variabel-
variabel Komunikasi, hambatan yang
dihadapi dan upaya penyelesaian komunikasi antarbudaya di kalangan
masalah dalam Komunikasi santri laki-laki etnis Jawa, Sunda dan
antarbudaya di kalangan santri laki- Betawi di Pondok Pesantren An-
laki etnis Jawa, Sunda dan Betawi di Nadwah Buntet Astanajapura
Pondok Pesantren An-Nadwah Cirebon.
Buntet Astanajapura Cirebon. Bentuk wawancara yang
Jenis observasi yang digunakan oleh peneliti adalah
digunakan adalah jenis participant bentuk wawancara bebas terpimpin,
observation atau pengamat berperan dimana informan diberikan
serta yakni peneliti terlibat langsung kesempatan untuk mengungkapkan
didalam setiap kegiatan atau aktivitas pendapat serta jawaban seluas-
keseharian para santri yang sedang luasnya. Adapun yang menjadi
diteliti, untuk mendekatkan diri informan adalah para santri laki-laki,
antara peneliti denganyang diteliti. ustadz maupun pengasuh Pondok
Pesantren An-Nadwah Buntet
Wawancara Secara Mendalam Astanajaura Cirebon yang dianggap
Mulyana mendefinisikan kompeten dan relevan dalam
wawancara merupakan bentuk penelitian ini
komunikasi antara dua orang, Dokumentasi
melibatkan seseorang yang ingin Dokumentasi merupakan
memperoleh informasi dari salah satu metode pengumpulan data
seseorang lainnya dengan yang digunakan dalam metodelogi
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, penelitian sosial (Bungin, 2007:124).
berdasarkan tujuan tertentu Peneliti mencari dan
(Mulyana, 2013: 180). mendokumentasikan segala
Wawancara digunakan untuk informasi yang ada di Pondok
memperoleh Informasi yang Pesantren yang dapat mendukung
diselidiki yaitu proses, karakteristik- fokus penelitian, dapat berupa
karakteristik komunikasi, hambatan gambar/ foto, dokumen tertulis dll.
yang dihadapi dan upaya
penyelesaian masalah dalam
lnforman Penelitian siapapun yang dipilih menjadi
Informan dalam penelitian responden akan menghasilkan data
kualitatif berkaitan dengan yang relatif sama.
bagaimana langkah yang ditempuh Menurut Creswell (2010) ada
peneliti agar data atau informasi enam langkah analisis data dalam
dapat diperoleh. Jenis informasi penelitian kualitatif yakni: (1)
dalam penelitian study kasus ini Mengelola dan mempersiapkan data
adalah dengan prosedur kuota. untuk dianalisis. Langkah ini
Dalam prosedur kuota, peneliti melibatkan transkripsi wawancara,
merumuskan saat merancang men-scanning materi, mengetik data
penelitian, berapa banyak orang lapangan, atau memilah-memilih dan
dengan karakteristik yang diinginkan menyusun data tersebut ke dalam
untuk dimasukkan sebagai informan. jenis-jenis yang berbeda tergantung
Kerangka yang dipilih pada sumber informasi (Creswell,
memungkinkan peneliti untuk fokus 2010: 278). (2)Membaca keseluruhan
pada orang yang diperkirakan paling data. Pada tahap ini, peneliti
mungkin memiliki pengalaman, tahu kualitatif terkadang menulis catatan-
tentang dan memiliki wawasan catatan khusus atau gagasan-gagasan
kedalam topik penelitian.(Bungin, umum tentang data yang diperoleh
2007: 107-108). (Creswell, 2010: 278). (3)
Menurut Moleong (1989: 90), Menganalisis lebih detail dengan
infoman adalah orang yang meng-coding data. Rossman dan
dimanfaatkan untuk memberikan Rallis (1998:171) mengatakan bahwa
informasi tentang situasi dun kondisi Coding merupakan proses mengolah
latar penelitian. Dalam penelitian ini materi/ informasi menjadi segmen-
penentuan responden baik responden segmen tulisan sebelum
kunci maupun responden penunjang memaknainya. (4) Terapkan proses
dilakukan secara purposive sampling. coding untuk mendeskripsikan
Hal itu memungkinkan dilaksanakan sering, orang-orang, kategori-
karena katakteristik dari responden kategori, dan tema-tema yang akan
yang cenderung homogen, sehingga dianalisis.
Deskripsi ini melibatkan makna yang berasal dari
usaha penyampaian informasi secara perbandingan antara hasil penelitian
detail mengenai orang-orang, lokasi- dengan informasi yang berasal dari
lokasi, atau pristiwa-pristiwa dalam literatur atau teori (Creswell, 2010:
setting tertentu (Creswell, 2010: 283).
282). (5) Tunjukkan bagaimana Setelah mendeskripsikan dan
deskripsi dan tema-tema ini akan menganalisis data pada bab-bab
disajikan kembali dalam narasi/ sebelumnya, yakni terdapat
laporan kualitatif. Pendekatan yang keragaman dan dinamika dalam
digunakan adalah dengan berkomunikasi antarbudaya yang
menerapkan pendekatan naratif dilakukan oleh enam santri laki-laki,
dalam menyampaikan hasil analisis. dua santri laki-laki etnis Jawa, dua
Pendekatan ini bisa meliputi santri laki-laki etnis Sunda, dan dua
pembahasan tentang kronologi santri laki-laki etnis Betawi yang
pristiwa, tema-tema tertentu (lengkap bertempat di Pondok Pesantren An-
dengan subtema-subtema, ilustrasi- Nadwah Astanajapura Cirebon.
ilustrasi khusus, perspektif- Maka dalam bab penutup ini peneliti
perspektif, dan kutipan-kutipan) atau mengambil kesimpulan mengenai
tentang keterhubungan antar tema. beberapa fokus penelitian yakni
Peneliti juga menggunakan visual- tentang prilaku dan pola ataupun
visual, gambar-gambar, atau tabel- proses, hambatan dan pendukung
tabel untuk membantu menyajikan Komunikasi Antarbudaya dikalangan
pembahasan ini (Creswell, 2010: Santri laki-laki etnis Jawa, Sunda dan
283). (6) Menginterprestasi atau Betawi di pondok pesantren An-
memaknai data. Pelajaran ini dapat Nadwah Astanajapura Cirebon.
berupa interprestasi pribadi peneliti, (1) Prilaku Komunikasi
dengan berpijak pada kenyataan Antarbudaya dikalangan santri laki-
bahwa peneliti membawa laki etnis Jawa, Sunda dan Betawi di
kebudayaan, sejarah, dan Pondok Pesantren An-Nadwah
pengalaman pribadinya kedalam Astanajapura Cirebon dapat dilihat
penelitian atau bisa juga berupa dari dua konteks, yakni konteks
Sosial dan Kemanusiaan. Jika dilihat berhasil atau gagal. Sedangkan pola
dari konteks sosial bahwa santri laki- Komunikasi linier dalam praktiknya
laki etnis Jawa, Sunda dan Betawi hanya ada pada komunikasi
adalah mereka saling menghormati bermedia, tetapi dalam komunikasi
satu sama lain dan menghargai tatap muka juga dapat dipraktikkan,
budaya masing-masing. Dan apabila yaitu apabila komunikasi pasif, hal
dilihat dari konteks kemanusian, ini biasanya terjadi saat pengajian
mereka terapkan kedalam kehidupan kitab, di mana Pak Kyai
sehari-hari ialah saling menjaga membacakan makna kitab, para
sikap dan etika satu sama lain, santri mendengarkan dan tidak ada
walaupun pola berfikir, etika, adat satupun santri yang berkomentar
istiadat mereka berbeda. maka komunikasi pasif semacam ini
termasuk dalam pola komunikasi.
(2) Pola komunikasi antarbudaya
(3) Hambatan yang terjadi di
dikalangan santri laki-laki etnis
Komunikasi Antarbudaya dikalangan
Jawa, Sunda dan Betawi terdapat dua
Santri laki-laki etnis Jawa, Sunda dan
pola komunikasi antarbudaya yakni
Betawi di Pondok Pesantren An-
pola skuler dan linier. Dimana pola
Nadwah Astanajapura Cirebon
skuler Para pelaku komunikasi di sini
adalah termasuk dalam hambatan
memiliki peran ganda, dalam arti
sosiologi, antropologis dan hambatan
pada suatu saat bertindak sebagai
sematis. Dikarenakan sikap tidak
pengirim pesan, namun pada waktu
saling pegertian antara satu individu
yang lain berlaku sebagai penerima
dengan individu yang lainnya yang
pesan. Pola komunikasi ini
berbeda budaya, yakni melalui
menggambarkan proses komunikasi
bahasa.
yang dinamis, di mana pesan
(4) Upaya pendukung terjalinnya
transmit melalui proses encoding dan
Komunikasi Antarbudaya dikalangan
decoding. Umpan balik dalam
santri laki-laki etnis Jawa, Sunda dan
komunikasi ini sangat penting,
Betawi ialah Saling memahami dan
karena dengan adanya umpan balik
menghargai satu-sama lain dengan
dapat terlihat apakah komunikasinya
menerima tingkat kebudayaan yang
berbeda. Mempererat tali dan Praktik. Jakarta: PT
persaudaraan dengan sesama santri. Bumi Aksara.
Daftar Pustaka Meleong, J Lexy. 1989. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Ardiansyah, Mohammad. 2017.
Bandung: Remadja Karya
Dinamika Komunikasi
CV.
Antarbudaya Santri di
Kusdiana, Ading. 2014. Sejarah
Pondok Pesantren Al-Anwar
Pesantren. Bandung:
Paculgowang Diwek
Humaniora.
Jombang. Skripsi.
Ma’arif, Bambang S. 2010.
Surabaya:UIN Sunan Ampel.
Komunikasi Dakwah
Aripudin, Acep. 2011.
Pradigma Untuk Aksi.
Pengembangan Metode
Bandung: Simbiosa
Dakwah. Jakarta: PT.
Rekatama Media.
Rajawali Pers.
Masyhad, M sulton dan M
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian
Khusmudiro. 2004.
Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Manajemen Pondok
Creswell. Jhon W.2010. Research
Pesantren. Jakarta: Dina
Design: Pendekatan
Pustaka.
Kualitatif, Kuantitatif dan
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi
Mixed. Yogyakarta: Pustaka
Penelitian Kualitatif.
Pelajar.
Yogyakarta: RakeSarasin.
Effendy, Onong Uchjana. 2004.
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin
Dinamika Komunikasi.
Rackhmat. 2006. Komunikasi
Bandung: Rosdakarya.
Antarbudaya: Panduan
Fiske, John. 2012. Pengantar Ilmu
Berkomunikasi Dengan
Komunikasi. Jakarta:
Orang-Orang Berbeda
PT.RajaGrafindo Persada.
Budaya. Bandung: PT
Gunawan, Iwan. 2013. Metode
Remaja Rosdakarya.
Penelitian Kualitatif Teori
Mulyana, Deddy. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Masyarakat. Jakarta: PT
Rosdakarya. Bumi Aksara.
Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Qomar, Mujamil. 2008. Pesantren
Antarbudaya di Era Budaya dari Tranformasi Metodelogi
Siber. Jakarta: Kencana Menuju Demokrasi Intuisi.
Prenada Media Grup. Jakarta: Erlangga.
Rahardjo, Mudja. 2017. Studi kasus Sumber Rujukan Internet
dalam penelitian kualitatif: Aljauhari. Bustomy Rifa. 2017.
Konsep danprosedurnya. UIN perbedaan etnis dan suku
Maulana Malik Ibrahim: beserta contohnya. (Online),
Malang. (https://ilmugeografi.com/ilm
Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu u-sosial/ perbedaan-etnis-dan-
Sosial Budaya Dasar. suku. Diakses tanggal 4
Jakarta: PT Fajar Desember 2018 pukul 23.09
Interpratama Mandiri. wib).
Syifa. 2015.Keragaman Komunikasi Heru. Komunikasi Antarbudaya.
Antarbudaya Dalam (Online),(http://pakarkomuni
Keluarga “Sunda-Jawa” kasi.com/ komunikasi-antar-
(Studi Etnografi Komunikasi budaya. Diakses tanggal 2
Tentang Pelestarian Bahasa Januari 2019, pukul 22.19)
Daerah Pada Anak Di Desa S Subki. 2013. Integrasi Sistem
Karangsari Kecamatan Weru Pendidikan Madrasah dan

Kabupaten Cirebon). Skripsi Pesantren Tradisional (Studi


Kasus Pondok Pesantren al-
(Cirebon: IAIN Syekh
Anwar Kecamatan Sarang
Nurjati).
Kabupaten Rembang). Masters
Sihabudin, Ahmad. 2013.
thesis, IAIN Walisongo.
Komunikasi Antarbudaya:
(Online). (http://eprints.
Perspektif Multidimensi.
walisongo.ac.id/1484/4
Jakarta: PT Bumi Aksara. /105112054_Tesis_Bab2.pdf.
Widjaja, H.A.W. 2010. Komunikasi: Diakses tanggal 4 Desember
Komuikasi Dan Hubungan 2018, pukul 20.12 wib).

Anda mungkin juga menyukai