Anda di halaman 1dari 12

NAMA : DANTI HERLENA WATI

NIM : 2210128220025
KELAS : A1
MATKUL : Kearifan Lokal dan Etnopedagogi

Tradisi Ba’arian Sebagai Nilai Sosial Dalam Kearifan Lokal Masyarakat


Balangan
Danti Herlena Wati
e-mail: 2210128220025@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Penelitiaan ini dilatarbelakangi adanya salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat
di Kabupaten Balangan. Tradisi ba’arian masih sering dijumpai di perkampungan di Balangan.
Tradisi ba’arian adalah bentuk kearifan lokal yang berkembang di tengah masyarakat Balangan.
Ba’arian dapat diartikan sebagai bergantian bekerja atau memanen di kebun atau sawah dari
satu warga ke warga lain. Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang merupakan salah satu wujud
nyata dai semangat pesatuan masyarakat Indonesia. Nilai sosial adalah petunjuk-petunjuk
umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-
hari.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tradisi ba’arian di balangan
yang dulu dengan yang sekarang ini. Kemudian penelitian ini juga bertujuan untuk melihat nilai
sosial dari tradisi ba’arian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,dimana penelitian ini menggunakan
survei lapangan. Dengan maksud untuk mengetahui tradisi ba’arian itu apakah masih bertahan
sampai sekarang. Agar hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui maka akan
dilakukan dengan metode survey lapangan.
Hasil penelitian ini bahwa tradisi ba’arian di balangan masih bertahan sampai sekarang,
walaupun sudah memudar namun masyarakat balangan masih mempertahankan tradisi
ba’arian itu. untuk menanam padi warga masih menggunakan sistem gotong-royong, dengan
mengajak sanak saudara atau tetangga untuk dijadikan bergantian saat menanam padi.
Menanam padi dengan bergotong royong merupakan sebuah tradisi turun menurun sebagai
solidaritas para petani. Selain itu menambah bahwasannya kegiatan menanam opadi dengan
gotong royong adalah jalan mempererat tali persaudaraan dan tetap menjalin kerukunan di
antara warga.
Kata kunci : Ba’arian, Nilai Sosial, Kearifan Lokal.

1
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Nama Mata Kuliah-Kode Matakuliah
Contoh : Filsafat Ilmu-AKBK3402 (Setelah disesuaikan, hapus tulisan merah ini)

Abstarct
This rsearch is motivated by the existence of on the traditions carried by masyakat
in Blangan Regency. Ba’arian tradition is still often found in Blangan. Ba’arian tradition
is a form of lokal wisdom that developed among the Balngan people. Ba;arian can be
interpereted as taking tums working of emanating in Labun of Sabbath from one resident
to another. Tradition is something theat has been carried out for a long time and is part
of the life of community group which is one of the o the concrete manifestations of the
spirit of unity of the Indonesian pople. Social values are general peaks that have been
going on for a long time that direct behaviour in the context of everyday.
The Purpose of this research is to find out the differences between the Ba’arian
tradition in Blangan in the past and the present. Then this research also aims to uk what
social seals.
This research usues a qualitatitive approach where this research usesd field
survey. With the aim of knowing whwtwer the Ba’aarian tarsition still survibes to this
day. In order for the research result to be used to find out, fiels survey methd will be
carried out.
The sresult of this study show that the Blangan Ba’arian tradition in Blangan has
survives ti this day, even thought it has faded, the Blangan people still mountain the
Blngan tradition, To plain rice, the pepolple still use a mutual cooperation system, by
inviting relatives or neighbors to take turns when palanting rice Apaert from that, adding
to the response, the world waiting with mutual cooperation is a way ti strengthen kinship
ties and continue to forge frienships.
Keyword: Ba’arian, Sosial Value, Lokal Wisdom

2
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nama Penulis 1, Nama Penulis 2

Pendahuluan
Tradisi adalah kebiasaan, suatu aktivitas turun-temurun dari leluhur kita yang biasanya
dilakukan warga masyarakat dengan melakukan semacam ritual.Sesuatu yang telah dilakukan
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,informasi yang
diteruskan dari generasi dari ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini
suatu tradisi akan punah.Tradisi juga berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan
dari masa lalu ke masa kini.Shil mengatakan bahwa manusia tak mampu hidup tanpa adanya
tradisi meski mereka sering merasa tak puas tehadap tradisi mereka.Sungguh luar biasa
keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia,termasuk didalamnya ada sistem
religi maupun sistem kepercayaan yang hidup dan di hayati oleh masyarakat disetiap suku
bangsa.perlu disadari dan dipahami,konstribusi kepercayaan masyarakat bagi bangsa idnonesia
jelas tidak sedikit Selain merupakan salah satu akar bagi tumbuh kembangnya kebudayaan
Indonesia,kepercayaan masyarakat juga memberi ciri kebudayaan daerah setempat,yang lebih
hakiki lagi,dan memberikan kepercayaan-kepercayaan kepada masyarakat yang mengandung
makna dan nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Selain itu budaya juga
merupakan ekspresi, cipta, karya, dan karsa nya manusia yang berisikan dengan sebuah nilai-
nilai dan pesan religus, wawasan filosufis dan kearifan lokal.
Menurut istiah tradisi adalah suatu ketentun mengenai cara yang tiadaka ada
ketentuannya secara jelas.tradisi dan budaya merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dala
membangun kehidupan yang ideal.ilmu dan budaya juga berproses dari belahan otak
manusia.ilmu berkembang dari otak kiri yang berfungsi membangun kemampuan berpikir
ilmiah, kritis, dan teknologi.sepeerrti halnya dengan tradisi,termasuk kedalam salah satu
krbudayaan daeraah yang harus kita lestarikan.harapannya adalah agar tidak membiarkan
dinamika kebudayaan itu berlangsung tanpa arah,bisa jadi akan ditandai dengan munculnya
budya saingan atau bahkan budaya tandingan yang tidak sesuai dengan apa yang dicita-
citakan,sebab dengan terbengkalai nya pengembangan kebudayaan bisaa berakibat terjadinya
kegersangan dalam proses pengalihannya dari satu generasi ke generasi bangsaa selanjutnya.
Tradisi adalah kebiasaan sosial yang diturrunkan dari satu generasi ke generasi
lainnya melalui proses sosialisasi. Tradisi menentukan nilai-nilai dan hal apa yang benar dan
hal apa yang salaah menurut wrga masyarakat. Manusia dan lingkungan alam tidak dapat
dipisahkan satu sama lain yang saling membutuhkan.Perilaku manusia sangat mempengaruhi
perubahan lingkungan sekitar yang berdampak baik maupun negatif. Kebudayaan diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal, dan juga diartikan sebagai semua hasil karya, rasa,
dan cipta manusia atau masyarakat. Tidak ada satu masyarakat pun yang masih hidup yang
tidak mempunyai kebudayaan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa kebudayaan selalu berubah
sesuai dengan perubahan manusia dalam masyarakat, walaupun kadang-kadang masyarakat
tidak menyadari perubahan yang terjadi.

Perubahan kebudayaan disebabkan oleh hal-hal yang berasal dari masyarakat dan
kebudayaan itu sendiri, juga dapat disebabkan adanya perubahan lingkungan alam dan fisik
tempat manusia hidup. Jadi setiap kebudayaan akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan dalam masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tersebut, karena antara
kebudayaan dan masyarakat saling berhubungan dimana masyarakat itu yang menghasilkan
kebudayaan sedangkan kebudayaan itu menentukan corak masyarakatnya. Kebudayaan

3
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Nama Mata Kuliah-Kode Matakuliah
Contoh : Filsafat Ilmu-AKBK3402 (Setelah disesuaikan, hapus tulisan merah ini)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal, dan juga diartikan sebagai semua hasil
karya, rasa, dan cipta manusia atau masyarakat. Tidak ada satu masyarakat pun yang masih
hidup yang tidak mempunyai kebudayaan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa kebudayaan
selalu berubah sesuai dengan perubahan manusia dalam masyarakat, walaupun kadang-kadang
masyarakat tidak menyadari perubahan yang terjadi. Perubahan kebudayaan disebabkan oleh
hal-hal yang berasal dari masyarakat dan kebudayaan itu sendiri, juga dapat disebabkan adanya
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat manusia hidup. Jadi setiap kebudayaan akan selalu
mengalami perubahan sesuai dengan perubahan dalam masyarakat yang menjadi wadah dari
kebudayaan tersebut, karena antara kebudayaan dan masyarakat saling berhubungan dimana
masyarakat itu yang menghasilkan kebudayaan sedangkan kebudayaan itu menentukan corak
masyarakatnya.

Kearifan lokal merupakan modal utama masyarakat dalam membangun dirinya


tanpa merusak tatanan sosial yang adaptif dengan lingkungan alam sekitarnya. Kearifan local
dibangun dari nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi dalam struktur sosial massyarakat dan
memiliki fungsi sebagai pedoman,pengontrol,dan rambu-rambu untuk berperilaku dalam
berbagai demensi dalam kehidupan. Kearifan lokal akan abadi jika harus rerimplementasikan
dalam kehidupan nyata sehari hari sehingga mampu meresponsdan menjawabarus zaman yang
berubah. Kearifan lokal juga bisa dikatakan gagasan –gagasan lokal yang bercirikan seperti
penuh kearifan, nilai-nilai yang baik, yang ditanam dan dianut oleh masyarakat. Kearifan lokal
terdapat pada beberapa kelompok/masyarakat ada di Indonesia banyak mengandung nilai luhur
budaya bangsa yang masih kuat menjadi identitas karakter warga masyarakatnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,dimana penelitian ini
menggunakan survei lapangan. Dengan maksud untuk mengetahui tradisi ba’arian itu apakah
masih bertahan sampai sekarang. Agar hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui
maka akan dilakukan dengan metode survey lapangan. Berikutnya teknik analisis penelitian ini
melibatkan interpretasi dengan menggunakan pendekatankualitatif. Jenis dan sumber data
berasal dari hasil survie lapangan dan analisis secara indukatif untuk menemukan kenyataan –
kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data dan lebih dapat membuat hubungan
penelitian responden menjadi ekspilisit,dapat dikenal dan akuntabel.

4
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nama Penulis 1, Nama Penulis 2

Hasil dan Pembahasan


Tradisi ba’arian adalah bentuk kearifan lokal yang berkembang ditengan
masyarakat.prosesi ba’arian dapat di artikan sebagai bergantian bekerja atau memanen dikebun
atau di sawah dari satu arga ke warga lainnya. Ba’arian biasanya biisa ditemukan saat musim
tanam maupun panen. Tradisi ba’arian masih banyak dijumpai di desa Balangan, meskipun
tradisi Ba’arian ini mulai memudar diklangan masyarakat. Ba’arian menggambarkan budaya
kebersamaan,persaudaraan,gotong royong dan kerjasama. Biasanya Ba’arian sering digunakan
masyarakat Balangan dalam bercocok tanam,baik memasuki musim tanam maupun panen.
Tradisi ba’arian masih digunakan di Balangan walaupun tidak sebanyak dulu lagi.
Didalam tradisi ba’arian juga disiapkan makanan ringan seperti teh,kopi,kue dan
makan siang. Didalam tradisi ba’arian juga ada terdapat tradisi ba’arian mengatam yaitu yang
dilakukan saat panen tiba. Ini merupakan budaya khas banjar yang kini mulai ditinggalkan.
Ba’arian mangatam dapat di artikan sebuah tradisi mengerjakan lading yang dilakukan secara
bergantian atau bersama-sama pada musim padi telah tiba. Biasanya masyarakat saling bantu
membantu dari satu ladang ke ladang satunya secara bergantian.
Kepada Desa balida Sahridin menyampaikan,pihak mencoba membangkitkan tradisi
budaya ba’arian mengatam di Wisata Pasar Budaya Racah Mampulang Desa Balida. Tradisi
ba’arian mengatam yang diikuti sebanyak 48 petani dari laki laki maupun perempuan dan dari
yang muda maupun yang tua. Selain itu tradisi budaya lokal dimasyarakat untuk saling
membantu satu sama lain dalam memanen padi dalam suatu lahan. Ba’arian juga menyimpan
nilai-nilai lokal yakin perekat masyarakat dalam kehdupan sehari-hari. Hal tersebut
menyimpan kehidupan yang saling menjaga kekompakan, kedisiplinan, kerja keras, dan saling
peduli satu sama lain. Sikap sosial yang pencapaian komponen sikap dalam pembelajaran untuk
mengembangkan pengetahuan,sikap,dan ktererampilan.
Selanjutnya ada juga namanya tradisi be’arian menanam yaitu sebagian masyarakat
sekitar yang ternyata masih memegang tradisi gotong royong. Cara itulah yang masih melekat
di masyarakat Balida, dalam melakuknan tanam padi dengan carra bergantian dari satu tempat
ke tempat pemilik yang lain. Masyarakat balida telah terbiasa bergotong royong tanpa meminta
upah berupa uang.namun mereka hanya bergantian bertanam secara bergantian saja dan jika
menanam padi bergotong rooyng ke pemeliknya maka pemiliknya yang akan menyiapkan
makanan,minum dan lain lain. Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh Kelompok petani dalam
kehidupan masyarakat Merupakan suatu proses kebudayaan.
Kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok Masyarakat tertentu merupakan suatu
kesatuan Simbol yang mengandung makna. Cara petani Dalam menentukan hari-hari baik,
memilih jenis Benih unggul, serta melihat tanda-tanda alam Lainnya juga merupakan proses
kebudayaan. Keberadaan berbagai macam tanda-tanda alam Sekitar menjadi sesuatu hal yang
tak terpisahkan Dengan aktivitas keseharian masyarakat suatu Wilayah. Terkait dengan tanda-
tanda alam, hal Utama yang dilakukan oleh para petani yakni Melihat tanda-tanda alam yang
ada di daerah tersebut. Tanda-tanda alam dilihat dari adanya Pohon cendana dan pohon randuq.
Kedua pohon tersebut bila sedang terjadi musim kemarau Maka daunnya pasti berguguran dan
jika akan Segera masuk musim penghujan makan ranting-Ranting pohon mulai berdaun
kembali. Hal ituKemudian menjadi penanda bahwa bercocok Tanam padi akan segera dimulai
di daerah.Kalimantan Selatan melakukan tradisi Baarian atau tradisi secara bergantian saling
membantu untuk memanen padi.

5
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Nama Mata Kuliah-Kode Matakuliah
Contoh : Filsafat Ilmu-AKBK3402 (Setelah disesuaikan, hapus tulisan merah ini)

Tradisi ini dianggap mampu menyelesaikan panen padi dengan cepat. Seperti yang
nampak dilakukan para petani kecamatan Balangan Saat musim panen padi tiba, para petani
perempuan dan laki-laki sejak pagi hari telah ramai menuju sawah. Biasanya, ba,arian ini akan
berlangsung selama satu hari penuh. Bukan hanya memetik padi, tapi mereka juga memproses
padi hingga proses merapai (bairik/memisahkan bulir padi dari batangnya) dan biasanya
dilakukan oleh para pria.Peralatan memanen padi hingga merapai masih menggunakan alat
tradisional yang bernama Ranggaman. Sementara untuk merapai, para petani masih melakukan
secara manual, yakni dengan cara digiling dengan kaki.“Setelah selesai di sawah yang satu,
maka kita pindah ke sawah yang lainnya dan semuanya dilakukan secara gotong royong alias
tanpa upah,” Ia menambahkan, tradisi ba,arian ini sudah dilakukan sejak dulu dan hingga kini
masih dipertahankan oleh masyarakat. “Selain proses panen jadi cepat, juga mempererat tali
silaturahmi dan gotong royong,” Untuk wilayah Balangan telah memasuki masa panen padi.
Namun lantaran tahun ini sering turun hujan, maka para petani sering pula memanen padinya
di saat hujan.“Kalau hujannya deras maka akan membuat pohon padinya jadi roboh dan akan
sedikit sulit untuk dipanen, serta hama tikus juga akan lebih mudah memakan padinya. Jadi
harus cepat dipetik padinya,”
Nilai kebersamaan merupakan wujud Nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
Suatu kelompok masyarakat. Kebersamaan. Itu dapat tercipta jika timbul kesadaran
Bermasyarakat yang tinggi di dalam diri Setiap manusia. Nilai kebersamaan yang dapat Dilihat
dalam tradisi bercocok tanam padi Masyarakat Tapango, Polewali Mandar yakni Ketika
menyelenggarakan mandi bersama di Sungai. Seluruh masyarakat berendam di sungai Tersebut
dengan tujuan bahwa masyarakat Memahami betapa pentingnya keberadaan air di. Dalam
kehidupan kita. Dalam aktivitas mandi Bersama dapat pula menimbulkan kesadaran Kepada
masyarakat agar tidak membuang Sampah di sungai, menjaga kebersihan sungai, Selalu
menjaga kejernihan air sungai, dan air Sungai tetap lancar mengalir ke sawah-sawah
Masyarakat setempat agar tetap menikmati Hasil bumi yang melimpah.Selain itu juga, nilai
kebersamaan dapat Dilihat pada saat masyarakat mengadakan. Syukuran melalui ritual makan
bersama di Bawah pohon cenrana dengan membawa olahan Ayam kampung. Hal tersebut
dilakukan sebagai Wujud rasa syukur atas nikmat yang diperoleh Melalui hasil bumi yang
memadai. Dengan Adanya kegiatan mandi bersama dan upacara Kesyukuran tersebut dapat
meningkatkan Kesadaran bermasyarakat bahwa sebagaiSalah satu warga mengatakan, untuk
menanam padi warga masih menggunakan sistem gotong-royong, dengan mengajak sanak
saudara atau tetangga untuk dijadikan bergantian saat menanam padi.
Menanam padi dengan bergotong royong merupakan sebuah tradisi turun menurun
sebagai solidaritas para petani. Selain itu menambah bahwasannya kegiatan menanam opadi
dengan gotong royong adalah jalan mempererat tali persaudaraan dan tetap menjalin kerukunan
di antara warga. Tradisi ba’arian untuk bertani dilahan yang kering atau gunung. Manugal bisa
juga rangkaian proses dalam menanam padi namun menanamnya di lahan yang kering seperti
digunung.Manusia kita hidup secara berdampingan tanpa Ada celah antara manusia yang satu
dengan Manusia yang lainnya. Hingga saat ini, nilai Kebersamaan itu harus tetap dijaga dalam
Kehidupan sehari-hari baik dalam kebersamaan Dengan keluarga, lingkungan sekitar, dan
Masyarakat secara umum.

6
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nama Penulis 1, Nama Penulis 2

Cara menanam padi yang baik dan benar sangat penting untuk diketahui oleh para
petani guna meningkatkan hasil produksi padi setiap masa panen datang karena permintaan
beras yang tidak pernah menurun. Hal ini membuat para petani harus dapat melakukan berbagai
hal untuk menghasilkan panen padi yang melimpah. Tujuannya tentu saja demi terpenuhinya
seluruh kebutuhan pokok masyarakat dalam negeri. Untuk itu, para petani seharusnya memiliki
pengetahuan dasar terkait cara penanaman padi yang baik dan benar agar hasil panennya pun
sesuai dengan target.
Berikut cara menanam padi yang baik dan benar
1. Pilih Benih Padi yang Berkualitas
Benih padi yang berkualitas merupakan hal yang penting jika kita ingin meningkatkan
hasil budidaya padi. Saat ini di pasaran terdapat banyak varietas benih padi yang dapat
Anda cocokkan dengan kondisi lahan serta permintaan pasar. Beberapa ciri dari beras
varietas unggulan adalah:Tahan terhadap serangan hama dan penyakit, Toleran
terhadap kondisi lingkungan, Dapat mengasilkan panen yang berlimpah, Saat direndam
dengan larutan ZA 20 gr, benih tenggelam alias tidak mengapung.
2. Proses Penyemaian Benih Padi
Benih padi yang sudah siap dapat segera kita semai, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 1 – 2 m. Luas persemaian untuk lahan 1 hektar
adalah sekitar 400 m atau 4% dari luas lahan.
2. Tambahkan 2 kg bahan organik semisal kompos, pupuk kandang, sekam, atau abu. Jika
Anda berminat untuk mengolah kompos dari bahan sisa pertanian, silahkan pelajaricara
membuat pupuk kompos dari jerami padi.
3. Benih yang hendak disemai haruslah direndam dahulu sekitar 2 x 24 jam
4. Persemaian dilakukan selama 25 hari sebelum masa tanam, usahakan tempat menyemai
benih padi berdekatan dengan lokasi tanam agar pemindahan benih tersebut dilakukan
dengan cepat dan benih tetap segar.Benih yang disemai tidak harus terbenam
seluruhnya, karena justeru akan menyebabkan kecambah terinfeksi patogen dan
akhirnya membusuk.
Tanaman padi biasanya dikelompokkan ke dalam kelompok japonica dan indica.
Berdasarkan jejak arkeologi, padi japonica pertama kali didomestifikasi di lembah Yangtze,
China bagian selatan, sekitar 9.000 tahun lalu. Sementara itu, padi indica mulai dibudidayakan
di lembah Sungai Gangga sekitar 5.000 tahun. Masyarakat Indonesia pada masa kolonial
Belanda sedang menumbuk padi di kediamannya. Tanaman padi sendiri sudah ada di Nusantara
termasukIndonesiaribuantahunsebelummasehi. Keberadaan tanaman padi merupakan sesuatu
yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, nasi yang kita
konsumsi saat ini berasal dari tanaman tersebut.
Meskipun masyarakat Indonesia sudah mengenal padi, tak banyak yang tahu mengenai
asal muasal kedatangan tanaman tersebut di Nusantara terutama Indonesia. Robert Cribb dan
Audrey Kahin dalam buku Kamus Sejarah Indonesia mengatakan, tanaman padi atau yang
memiliki nama ilmiah Oryza sativa tersebut tumbuh liar secara alami di daratan utama Asia
Tenggara. Tanaman ini diperkirakan telah dibudidayakan sejak 6000 SM (Sebelum Masehi).

7
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Nama Mata Kuliah-Kode Matakuliah
Contoh : Filsafat Ilmu-AKBK3402 (Setelah disesuaikan, hapus tulisan merah ini)
Robert dan Audrey memperkirakan padi memasuki Nusantara jauh setelah masa tersebut.
Namun budidaya tertua ditemukan di Ulu Leang di Sulawesi sekitar 3500 SM. “Ini
kemungkinan karena varietas-varietas awal sangat sensitif terhadap perubahan iklim
(migrasi),” jelasnya.Padi diperkirakan menjadi sumber makanan pokok Sriwijaya tetapi
sayangnya tidak muncul dalam relief-relief Candi Borobudur. Hal ini menunjukkan adanya
makanan pokok lainnnya yang dikounsumsi waktu itu termasuk millet (sekelompok serealia
yang memiliki bulir berukuran kecil, red). Tanaman padi sudah banyak ditanam pada
pertengahan abad ke-13. Namun hingga abad ke-19, padi belum mencapai statusnya sebagai
makanan utama untuk mayoritas penduduk Nusantara.
Sekitar akhir abad ke-18 dan abad ke-19, pemerintah kolonial mensponsori ekspansi
besar-besaran pertanian padi untuk sawah. Hal ini dilakukan mereka melalui perluasan irigasi
dan pembukaan lahan. Lalu pada 1905, pemerintah memulai program berkelanjutan untuk
mencari varietas unggul.“Peningkatan produksi beras juga menjadi sasaran utama pemerintah
pendudukan Jepang pada Perang Dunia II,” ungkapnya.Semula, produksi padi ditargetkan terus
meningkat setelah Indonesia merdeka. Apalagi Pulau Jawa pernah mengekspor beras ke India
pada 1946. Namun pada 1950-an dan 1960-an, produksi beras tidak mampu mengikuti
pertumbuhan jumlah penduduk sehingga impor pun semakin banyak.Pemerintahan orde baru
memiliki program utama untuk meningkatkan produksi beras. Swasembada pada 1973 menjadi
sasaran rencana pembangunan lima tahun pemerintahan Presiden Soeharto. Namun serangan
hama wereng yang muncul pada 1974 dan 1975 menyebabkan panen padi hancur lalu
pemerintah Indonesia mulai mengimpor beras pada akhir 1970-an.Pada November 1985,
Soeharto mengumumkan swasembada beras di Indonesia sudah tercapai. Namun setelah itu,
produksi beras terus menurun dari waktu ke waktu. Kekeringan pada awal 1991 menyebabkan
pemerintah membatalkan kebijakan pelarangan impor beras untuk sementara waktu. Setelah
masa Presiden Soeharto selesai, produksi beras terus menurun. Bahkan, produksi beras pada
2001 4,45 persen lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini bisa terjadi karena
adanya penurunan area sawah dan produktivitas beras.
Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalam Tradisi Misalin antara lain nilai
religi, gotong royong, seni, sejarah, dan ekonomi. Nilai tradisi adalah sebagai tingkah laku dan
perbuatan manusia yang selalu berlanjut dari satu generasi kepada generasi berikutnya. [10.14,
Istilah kearifan lokal dapat ditemui dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam undang-undang tersebut, kearifan
lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain
melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Menurut Robert Sibarani dalam Kearifan Lokal: Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi
Lisan, kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang
berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Kearifan
lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana.Prabandani (2011)
menyimpulkan, kearifan lokal adalah nilai-nilai, norma, hukum-hukum dan pengetahuan yang
dibentuk oleh ajaran agama, kepercayaan-kepercayaan, tata nilai tradisional dan pengalaman-
pengalaman yang diwariskan oleh leluhur yang akhirnya membentuk sistem pengetahuan lokal
yang digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sehari-hari oleh masyarakat.

8
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nama Penulis 1, Nama Penulis 2

Menurut Saini, (2005), kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan
suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan
kepada komunitas tersebut daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas
itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah jawaban kreatif terhadap situasi geografis-
geopolitis, historis, dan situasional yang bersifat lokal. Sehubungan dengan itu, Wagiran
(2012) mengemukakan bahwa kearifan lokal adalah bagian dari budaya yang menjadi modal
dasar dalam peningkatan karakter, khususnya bagi peserta didik. Ciri-Ciri Kearifan Lokal
Terdapat sejumlah ciri-ciri kearifan lokal, yaitu:
1. Dapat bertahan terhadap budaya asing
Kearifan lokal berasal dari nilai-nilai budaya setempat yang telah bertahan secara
turun temurun diwariskan dan menjadi bagian dari kehidupan suatu masyarakat dan bangsa.
Hal ini membuat budaya asing yang masuk melalui berbagai media tidak akan membuat
kearifan lokal menjadi hilang dari masyarakat, kecuali memang dirasakan tidak dibutuhkan
lagi.
2. Memiliki kemampuan untuk mengakomodasi unsur budaya asing terhadap budaya asli
Kearifan lokal adalah sesuatu yang luwes dan fleksibel, sehingga adanya unsur
budaya asing dapat diakomodir tanpa merusak kearifan lokal yang ada di masyarakat tersebut.
3. Memiliki kemampuan mengintegrasi unsur budaya
Bagian hasil berisi bagian-bagian rinci berupa sub-topik yang berkaitan langsung
dengan fokus dan kategori penelitian.

9
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Nama Mata Kuliah-Kode Matakuliah
Contoh : Filsafat Ilmu-AKBK3402 (Setelah disesuaikan, hapus tulisan merah ini)
Kesimpulan
Tradisi adalah adat atau kebiasaan turun temurundari nenek moyang yang masih
dijalankan dalam masyarakat. Di Balangan ada salah satu tradisi yang masih dilaksanakan dan
dilakukan sampai sekarang ini adalah tradisi Ba’arian. Tradisi ini mempunyai arti yang sangat
penting dan terkandung nilai-nilai tersendiri yang dipahami oleh masyarakat itu sendiri. Yang
dimana tradisi ini hal yang sangat berharga bagi masyarakat Balangan walaupun sekarang
sudah mulai memudar karena majunya perkembangan zaman.

Tradisi Ba’arian ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang berkembang
ditengah masyarakat contoh salah satunya yaitu yang ada di Balangan. Ba’arian dapat di artikan
sebagai bergantian bekerja atau memanen dibekun atau disawah dari satu warga ke warga
lainnya. Tradisi Ba’arian di balangan bisa ditemukan saat musim tanam atau musim panen.
Kalau musim tanam itu biasanya dinamakan Ba’arian menanam padi yang biasanya salah satu
warga yang menanamkan pemilik sawahnya kemudian pemilik sawahnya itu bisa
membawakan makan siang,teh,kue, dan lain-lain.

Kemudian warga tersebut tidak mendapatkan upah mereka Cuma bergantian dari
warga salah satu ke warga lainnya.tradisi Ba’arian di balangan Biasanya terdapat para petani
laki-laki maupun perempuan dari yang tu maupun yang muda. Selatnya ada namanya ba’arian
mengatam/meharit, ba’arian mengatam itu biasanya dilakukan dilahan kering seperti digunung,
kalau ba’arian mengatam itu biasanya terdapat dilhan yang tergenang air seperti disawah. Jadi
para petani di balangan itu kalau musim panen dan musim tanam itu biasanya banyak memakai
tradisi ba’arian walaupun tidak sebanyak seperti dulu lagi. Namun mereka masih tetap
mempertahankan tradisi itu.

10
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nama Penulis 1, Nama Penulis 2

Daftar Pustaka
Humaira., Emelda. (2022). Pertunjukan Musik Terengah-engah di Wisata Kuliner Soto Bang
Amat. Jurnal IPS Kalimantan, 14(1), 31-40

Lasprita., Lydia. (2023). Perilaku Sosial Masyarakat Tepian Sungai di Banua Anyar. Jurnal
Inovasi Ilmu Sosial,4(2), 132-138

Warisno, Andi. (2017). Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturrahmi. Riayah: Jurnal
Sosial dan Keagamaan,2 (2), 69-97

Edward Shils. (1981). Jakarta: “Elit Dalam Perspektif Sejarah” Lemabag Penelitian,
pendidikan dan Penerangan Ekonomi, hal.12

Gibran., Maezan Kahlil., Bahri., Syamsul (2015). Tradisi Tabuik di Kota Pariaman. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2(2), 1-14

Rosana., Ellya.(2017). Dinamisasi Kebudayaan Dalam Realitas Sosial. Al-Adyan : Jurnal


Studi Lintas Agama, 2(1), 16-30

Asriati., Nuraini. (2012). Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan Lokal
Melalui Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, 3(2)

Jumriani., (2021). Kontribusi Mata Pelajaran IPS untuk Penguatan Sikap Sosial pada Anak
Tunagrahita. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 4651-4658

Priyatna., Muhammad. (2017). Pendidikan Karakter berbasis Kearifan Lokal Edkasi Islami:
Jurnal Pendidikan Islam, 5 (10)

Sartini, Sartini. (2007). Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati.

Syafira, Fahma Alifah (2022). Tradisi Baayun Malid di Masyarakat Banjar.

Rahmadani, n., Septiani, KS., Yulianti, R., Handayani, Is, Haitomi, A., Al-Ghani, MG., Haekal
Etnobiologi Di Kalimantan Selatan.

Gloriani, Y (2013). Kajian Nilai-nilai Sosial Budaya pada Kakakwihan Kaulinan Barudak
Lembur serta implementsinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Berbasis multicultural. 4(2).

Setyanto, S.R. (2016). Tata Cara Bertani Abad XIX Masehi dalam Naskah Wulang Tani
Berbahasa Jawa Karya Pujangga Besar Tatar Sunda Raden Haji Moehamad Moesa.
Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara , 7 (1), 19-48.
11
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Nama Mata Kuliah-Kode Matakuliah
Contoh : Filsafat Ilmu-AKBK3402 (Setelah disesuaikan, hapus tulisan merah ini)
ListiawatiI, Nur. (2013) Pelaksanaan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan oleh
Beberapa Lembaga. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan , 19.3: 430-450.

12
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM

Anda mungkin juga menyukai