Website : https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/jtjik/index
Received: Februari 2019; Accepted: Agustus 2019; Published: Agustus 2019
ABSTRACT
This article discusses a custom of Pontianak Malay society, one of which is tepung tawar.
Preservation of tradition must be maintained and can be passed on to the younger generation.
Local wisdom refers to various cultural riches that grow and develop in a society that are known,
trusted, and recognized as important elements that are able to strengthen social cohesion among
community members and one of the ideas and ideas followed by a local community. Fresh flour
is a series that is carried out when children's hair clippers, weddings, circumcisions, or
establishing and moving houses. From here it can be linked to the learning of Islamic Religious
Education (PAI). This study used a qualitative method with an ethnographic approach that
narrated a Malay customary culture in the implementation of fresh flour such as body fresh
flour, corpse flour, equipment flour. Research findings are to make a local wisdom based
learning plan (RPP) in the learning of Islamic Religious Education (PAI). Regarding fresh flour
is included in the preparation of learning devices and does not leave behind existing theories.
Keywords: tepung tawar; local wisdom; islamic religious education
ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai suatu kebiasaan masyarakat Melayu Pontianak salah satunya
tepung tawar. Preservasi tradisi harus dijaga serta dapat diwariskan pada generasi muda.
Kearifan lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
sebuah masyarakat yang dikenal, dipercayai, dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang
mampu mempertebal kohesi sosial diantara warga masyarakat serta salah satu ide dan gagasan
yang diikuti oleh suatu komunitas setempat . Tepung tawar merupakan suatu rangkaian yang
dilaksanakan ketika gunting rambut anak, pernikahan, khitanan, maupun mendirikan dan
pindah rumah. Dari sini bisa dikaitkan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi yang menarasikan
sebuah adat kebiasaan masyarakat melayu dalam pelaksanaan tepung tawar seperti tepung
tawar badan, tepung tawar mayat, tepung tawar peralatan. Temuan Penelitian adalah membuat
sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Mengenai tepung tawar dimasukkan dalam penyusunan
perangkat pembelajaran dan tidak meninggalkan teori yang sudah ada.
Kata Kunci: tepung tawar; kearifan lokal; pembelajaran agama islam
PENDAHULUAN
Setiap daerah memiliki budaya perilaku, syair, lagu, busana, alat musik
maupun adat istiadat di masing-masing tradisional dan lain sebagainya. Dari
tempat yang bermacam-macam dan kesemuanya tersebut memiliki esensi dan
berbeda-beda mulai berbentuk dari tradisi, filosofi yang begitu dalam sehingga
53
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 8 No. 1 Januari – Juni 2019 (53-62)
memiliki suatu nilai yang bermakna baik masyarakat dikarenakan mulai menurun dan
secara simbolik maupun prosesi. Budaya memudar terutama pada generasi-generasi
merupakan bentuk dari sistem yang milenial yang sibuk dengan penggunaan
mempunyai koherensi dengan sistem yang teknologi. Kebanyakan teknologi yang ada
lain. Bentuk-bentuk simbolis yang berupa disalahgunakan seperti penggunaan media
kata, benda, laku, sastra, lukisan, nyanyian, sosial yang bisa menyebarkan berita hoax
musik, kepercayaan mempunyai kaitan erat maupun ujaran kebencian.
dengan konsep-konsep epistemologi dari Tak terlepas juga Pendidikan Agama
sistem pengetahuan masyarakat (Sri Astuti Islam yang ada di Kota Pontianak. Mayoritas
A. Samad, 2017: 28). penduduk Kota Pontianak adalah suku
Kebudayaan merupakan elemen Melayu, beragama Islam dan memiliki ikon
yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan budaya adat kebiasaan. Salah satunya adat
manusia. Sebagai warisan nenek moyang, istiadat tepung tawar. Masyarakat melayu
kebudayaan mampu membentuk kebiasaan Pontianak memiliki tradisi tepung tawar
dalam berkehidupan sehari-hari yang yang termasuk dalam sistem kebudayaan
diwariskan secara turun-temurun (Abdul religi. Pada prosesi tepung tawar adanya
Basir, 2013:69). Oleh sebab itu, budaya berdoa dan bershalawat pada Nabi Saw,
merupakan bagian dari kearifan lokal yang diyakini membawa keselamatan dan
harus dijaga serta dapat diwariskan pada menolak bala’.
generasi muda. Kajian budaya tepung tawar dapat
Kearifan lokal mengacu pada dilihat secara sosial, ilmu pengetahuan,
berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan teknologi dan budaya. Secara sosial terjadi
berkembang dalam sebuah masyarakat yang dengan adanya interaksi sosial pada
dikenal, dipercayai, dan diakui sebagai masyarakat melalui tokoh-tokoh yang
elemen-elemen penting yang mampu mempunyai pengaruh dan peran penting
mempertebal kohesi sosial diantara warga yang dianggap terpandang dalam
masyarakat (Masita, 2012:305). masyarakat melayu Pontianak. Secara ilmu
Sebagaimana menurut Zainuddin Maliki pengetahuan, bahwa tepung tawar memiliki
yang dikutip Wahab (2015: 253) di dalam cara-cara tersendiri dengan tahap-tahapnya
jurnalnya yaitu sebagai berikut: seperti memercikan air pada orang atau
“The structural-functional theory belongs to benda dan lain-lain sebagainya. Secara
Emile Durkheim. This theory sees people teknologi, berkaitan dengan alat atau media
tend to move and lead to the creation of a yang digunakan tepung tawar. Secara
social order that tends to maintain the status bahasa, bahasa yang digunakan sehari-hari
quo”. dan pengantar masyarakat Pontianak adalah
Kearifan lokal dapat dimasukkan melayu.
dalam kurikulum pendidikan khususnya Hal ini sesuai dengan pernyataan
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Atem (2017) bahwa masyarakat selalu hadir
Islam yang berlandaskan pada Alquran dengan berbagai nilai, budaya, adat istiadat
maupun As-Sunah. Isi kearifan lokal itu dan tradisi di dalamnya. Tidak salah bila
dapat dimasukkan atau disisipkan dalam dikatakan masyarakat dan budaya adalah
pembelajaran rumpun PAI seperti fiqih, saling timbal balik. Ada banyak bentuk
Sejarah kebudayaan Islam (SKI), aqidah budaya, adat dan tradisi yang dianut oleh
akhlak, al-Quran Hadist. Akan tetapi tidak setiap kelompok masyarakat di Indonesia,
mengubah esensi melalui judul besar dan bahkan dalam rumpun yang sama etnis akan
sub judul yang sudah ada. ditemukan perbedaan tradisi dan budaya
Perlunya kurikulum Pendidikan didalamnya
Agama Islam berbasis kearifan lokal ini Pembelajaran pendidikan agama Islam
yang berisikan suatu nilai-nilai karakter yang ada di sekolah umum maupun
didalamnya adalah menjawab tantangan di madrasah sebagai upaya untuk memperkuat
54
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 8 No. 1 Januari – Juni 2019 (53-62)
serta menanamkan nilai-nilai karakter pada kearifan lokal Kearifan lokal adalah pikiran
siswa dari mata pelajaran baik itu fiqih, SKI, positif manusia yang berhubungan dengan
al-Quran Hadis, dan aqidah akhlak. Maka itu alam, lingkungan yang bersumber dari adat
guru pendidikan agama Islam sebagai istiadat, nilai agama, petuah-petitih nenek
pengajar dan pendidik memberikan sebuah moyang yang terbentuk oleh masyarakat
pengajaran dengan berbagai metode, sekitar. Warisan ini dijadikan sebagai alat
strategi, model serta pendekatan agar bisa kontrol di masyarakat dan sudah melembaga
dipahami dan juga diaplikasikan siswa sehingga menjadi kebudayaan.
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun Selanjutnya menurut Keraf dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam dapat Sulma Mafirja dkk (2018: 104) menegaskan
diintegrasikan dengan budaya kearifan lokal bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk
yaitu tepung tawar masyarakat melayu pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau
Pontianak. wawasan serta adat kebiasaan atau etika
Kurikulum yang saat ini digunakan yang menuntun perilaku manusia dalam
adalah kurikulum 2013, menitikberatkan kehidupan di dalam komunitas ekologis.
pada aspek afektif. Oleh sebab itu, Sementara itu menurut Muhammad Priyatna
Kurikulum 2013 perlu digabungkan dengan (2016:1313) Kearifan lokal (local wisdom)
kearifan lokal sehingga akan memberikan dapat dipahami sebagai gagasan, nilai-nilai,
sebuah warna yaitu manusia berbudaya dan pandangan-pandangan setempat (local)
karakakter. Secara otomatis juga bisa berupa yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
pelestarian nilai-nilai warisan budaya- bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
budaya nusantara. anggota masyarakatnya. Berdasarkan
Alasan pentingnya nilai karakter pendapat tersebut diatas bahwa kearifan
dalam perangkat pembelajaran diungkapkan lokal merupakan adat istiadat yang
Wahab (2013:105-106) bahwa mempunyai nilai-nilai yang dapat
pengintegrasian pendidikan karakter ke memberikan wawasan dan gagasan kepada
dalam semua materi pembelajaran dilakukan masyarakat agar beretika maupun bijaksana
dalam rangka mengembangkan kegiatan dalam menghadapi kehidupan disekitarmya.
intervensi pendidikan kemudian pendidikan Yusriadi (2017) menyatakan suatu
karakter bukan sekedar mengajarkan mana bentuk budaya masyarakat dapat dianggap
yang benar dan mana yang salah. Akan sebagai kearifan lokal jika memenuhi empat
tetapi, lebih dari itu, pendidikan karakter unsur: (1). Warisan, yaitu sesuatu yang
menanamkan kebiasaan (habituation) diperoleh dari generasi sebelumnya, baik
tentang hal mana yang baik sehingga peserta dari garis ayah, ibu atau paman dan orang-
didik menjadi paham (kognitif) tentang orang yang satu generasi dengannya. (2).
mana yang benar dan salah, mampu Hidup dalam ruang tertentu atau milik
merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa komunitas tertentu, yang bermakna bahwa
melakukannya (psikomotor). pengetahuan ini diakui keberadaannya. (3)
Penyusunan materi tentang Budaya itu mengalami perubahan atau
Pendidikan Agama Islam harus mencakup penyesuaian dengan lingkungan alam
materi pendidikan ketauhidan, fikih, ibadah, terkini. (4). Budaya itu bermanfaat atau
dan lain sebagainya, yang mengantarkan mendatangkan kebaikan untuk hubungan
peserta didik menjadi manusia yang insan manusia dengan lingkungannya.
kamil beragama yang memahami ajaran Pemaparan tersebut yang
agamanya dengan baik dan mampu melatarbelakangi peneliti untuk membahas
mengaplikasikannya dalam kehidupan serta mengkaji tentang tepung tawar yang
sehari-hari dengan terampil dan benar (Ade dikaitkan dengan pembelajaran agama
Imelda Frimayanti, 2017: 242). Islam.
Menurut Imam Santoso Ermawi
dalam Aslan ( 2017:13) menjelaskan bahwa
55
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 8 No. 1 Januari – Juni 2019 (53-62)
tepung tawar mayit yang dipakai dilampas berteh dihamburkan pada kiri dan kanan
dengan daun ribu-ribu serta peralatan yang tersebut. Ritual tepung tawar tidak bisa
lainnya. Peralatan yang sudah bersih baru dikerjakan sembarangan karena
boleh dibawa masuk kedalam rumah yang menggunakan lafaz khusus yang tidak bisa
sebelumnya disimpan di luar rumah. Telur diungkapkan disini, perlu diterima terlebih
yang disimpan pada tong dibuang segera dan dahulu pada ahlinya
tempat pemandian mayit ditaburi dengan Dari rangkaian tersebut mempunyai
abu dapur sebagai ungkapan bahwa di dalam fungsi sebagai rasa dan wujud syukur
kehidupan semua pasti mati dan yang telah kepada Allah SWT serta harapan dan
terjadi menjadi pasrah laksana abu yang menolak bala’ (musibah). Tak dilepaskan
kembali ketempat asalnya. Dari prosesi juga dari saling menghormati dan
tersebut mempunyai tujuan yang dikenal menghargai yang tua, mempererat tali
dengan Pesilli, agar ahli keluarga yang silaturahmi, menjaga rasa solidaritas sesama
ditinggalkan senantiasa sabar menerima di dalam kehidupan yang beragam dan
cobaan dari Allah. Dapat terhindar dari terhindar dari malapetaka.
musibah dengan memohon agar dijauhkan Kroeber dalam Zaenuddin (2013: 18)
dari segala musibah yang datang dengan ialah keseluruhan realisasi, gerak, kebiasaan,
mohon keselamatan, tidak hanya manusia tata cara, gagasan dan nilai-nilai yang
dan juga peralatan yang telah dipakai dengan dipelajari dan diwariskan dan perilaku yang
wujud terima kasih telah dipergunakan ditimbulkannya. Dari pernyataan tersebut
sebagai peralatan mandi. bahwa pola hidup masyarakat Melayu
Tepung tawar badan digunakan memiliki suatu kebiasaan salah satunya
untuk anak kecil yang melaksanakan gunting tepung tawar yang menjadi sebuah prosesi
rambut, pernikahan, dan dikhitan bagi laki- atau tata cara maupun alat-alat yang
laki dan perempuan. Sasaran yang akan digunakan. Ada yang beranggapan asal
diberikan menurut tata cara yang berlaku, muasal tradisi tepung tawar sebenarnya
serta dilampas dengan memakai daun juang- merupakan warisan dari budaya Hindu,
juang maupun daun ribu-ribu yang telah di Dengan datangnya Islam membawa
celupkan pada seperangkat peralatan tepung perubahan dengan menghapus keyakinan
tawar. Bahan-bahannya terdiri dari, tepung animisme dan dinamisme.
beras, beras kuning, berteh daun juang- Dari pemaparan tersebut maka
juang, daun gandarusa ,daun pacar, serta peneliti mencoba membuat sebuah model
miyak bau (minyak Bugis). Minyak bau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
nantinya diolesi pada bagian tubuh tertentu yang dikaitkan dengan kearifan lokal
dan bagi kaum wanita cukup dengan syarat masyarakat melayu Pontianak yang disebut
tidak perlu menyentuh bagian tubuh (pusar). dengan RPP Berbasis Kearifan Lokal. Salah
Adapun bagian-bagian yang dikenakan satu model RPP kearifan lokal berikut ini
secara berurutan pada kening, bahu pada materi aqiqah dan tepung tawar badan
kanan,bahu kiri, tangan kanan, tangan kiri, pada gunting rambut anak.
kaki kanan, serta kaki kiri sementara paduan
B. Kompetensi Dasar
1.5 Menghayati nilai-nilai mulia dari syariat aqiqah dan tepung tawar badan pada gunting
rambut anak
2.5 Membiasakan sikap peduli kepada orang lain sebagai implementasi dari nilai-nilai yang
terdapat pada ibadah aqiqah dan tepung tawar badan pada gunting rambut anak
3.5 Menganalisis tata cara pelaksanaan aqiqah dan tepung tawar badan pada gunting rambut
anak
4.5 Mendemonstrasikan pelaksanaan aqiqah sesuai syariat dan tepung tawar badan pada
gunting rambut anak serta hikmahnya
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menjelaskan tata cara pelaksanaan aqiqah dan tepung tawar badan pada
gunting rambut anak dengan baik.
2. Dapat menjelaskan hikmah aqiqah dan tepung tawar badan pada gunting rambut anak
dengan baik.
E. Materi Pembelajaran
Aqiqah dan tepung tawar badan pada gunting rambut.
G. Media Pembelajaran
Power Point, infokus, buku teks, LKS
H. Sumber Belajar
Buku Paket, Buku LKS, Internet,handout, buku-bulu lainnya.
I. Langkah-langkah Pembelajaran
No Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa Alokasi waktu
1 Pendahuluan/Kegiatan Awal 5 Menit
A. Orientasi :
58
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 8 No. 1 Januari – Juni 2019 (53-62)
59
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 8 No. 1 Januari – Juni 2019 (53-62)
J. Penilaian
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi siswa. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.
TUGAS
Membaca handout yang telah dibagikan tentang materi aqiqah dan tepung tawar badan pada
gunting rambut anak
Tes Lisan
No. Soal/jawaban Poin
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan tersebuts rancangan yang dinamakan rencana
ialah tepung tawar merupakan kebudayaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
masyarakat Melayu Pontianak yang kearifan lokal.
diintegrasikan dengan pembelajaran Hal ini membantu pelestarian budaya
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam suatu lokal setempat dengan mengenalkan dan
60
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 8 No. 1 Januari – Juni 2019 (53-62)
61
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 8 No. 1 Januari – Juni 2019 (53-62)
62