Anda di halaman 1dari 12

Nilai-Nilai Budaya Dari Madihin Sebagai Sumber Belajar IPS

Rizka Nazilah
e-mail: 2210128220015@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat bersumber dari nilai-nilai yang digali
dari budaya masyarakatnya. Keanekaragaman budaya daerah merupakan potensi sosial yang dapat
membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian
penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah. Salah satu budaya Kalimantan
Selatan yang bisa membentuk karakter masyarakat yaitu madihin dimana di dalam kesenian tersebut
terdapat berbagai macam nilai budaya yang bisa dijadikan sebgai sumber belajar salah satunya dalam
mata pelajaran IPS. Tujuan dari artikel ini untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung didalam tradisi
madihin serta mengetahui tradisi tersebut sebagai sumber belajar IPS. Metode yang digunakan yaitu
studi literatur atau kajiain pustaka dengan menggunakan artikel jurnal ilmiah yang relevan dengan
pembahasan yang telah dipilih. Dengan tahapan pemilihan artikel, pengumpulan data awal,
pengumpulan data pendukung kemudian menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai-nilai budaya pada tradisi madihin berkaitan dengan kehisupan masyarakat sehari-hari yaitu
dari nilai religius, nilai sosial, nilai moral, dan nilai pendidikan yang dapat diintegrasikan sebagai
sumber belajar IPS.

Kata Kunci: Kearifan lokal, Madihin, Sumber Belajar

Abstract
A great nation is a nation that has strong character derived from values extracted from the culture of
its people. Regional cultural diversity is a social potential that can shape its own character and cultural
image in each region, and is an important part of forming the image and cultural identity of a region.
One of the cultures of South Kalimantan that can shape the character of society is madihin where in
this art there are various kinds of cultural values that can be used as learning resources, one of which
is social studies. The purpose of this article is to find out the values contained in the madihin tradition
and to know this tradition as a source of social studies learning. The method used is literature study or
literature review using scientific journal articles that are relevant to the selected discussion. With the
stages of selecting articles, collecting initial data, collecting supporting data then producing
conclusions. The results of the study show that cultural values in the madihin tradition are related to
people's daily lives, namely from religious values, social values, moral values, and educational values
which can be integrated as social studies learning resource.

Keywords: Local wisdom, Madihin, Learning Resources

1
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Kearifan lokal dan Etnopedagogi-AKBK3406

Pendahuluan

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dpat
dipisahkan dari Bahasa masyarakat itu sendiri, Kearifan lokal biasanya diwariskan dari satu
generasi – generasi. Masyarakat Kalimantan Selatan memiliki budaya secara turun temurun.
Dengan adanya perkembangan zaman, budaya dalam pola kemasyaraakatan berkembang dan
mengalami perubahan. Salah satu perubahannya yaitu pembaharuan, pembaharuan tentu saja
tidak berpengaruh terhadap nilai budaya karena pembaharuan tersebut memiliki makna untuk
menyesuaikan kebuutuuhan hidup masyarakat sesuai dengan zamannya.

Setiap daerah di Indonesia memiliki berbagai jenis kesenian dan karya sastra yang
memiliki ciri khas masing – masing. Cara penyampaian nya juga berbeda setiap daerah . salah
satu kesenian yang ada di Kalimantan Selatan Banjarmasin yaitu madihin, Madihin dikenal
sejak tahun 1800 yang diciptakan oleh masyarakat Banjar dan terus berkembang hingga
sampai sekarang masih dinikmati. Agus Yulianto ( 2010:257 ) menyebutkan “lahirnya madihin
banyak dipengaruhi oleh kesenian islam, yaitu kasidah dan syair-syair bercerita yang dibaca
oleh masyarakat Banjar”. Sekitar tahun 1970-an maadihin sangat popular di radio-radio daerah
Kalimantan Selatan dibawakan oleh para seniman madihin yang disebut Pamadihinan.

Madihin adalah sebuah genre puisi dari suku banjara tau tradisi lisan jenis cerita spontan
yang terancam punah. Kesenian madihin ini merupakan warisan dari salah satu budaya Bnjar
maka perlu dan diharapkan kesenian ini bisa dilestarikan keberadaannya, khususnya daerah
Kalimantan Selatan. Madihin dengan nilai – nilai budayanya sebagai sumber belajar IPS
dimana di dalam kesenian tersebut ada beberapa nilai-nilai budaya yang bisa diambil dan
dijadikan sumber belajar. Sumber belajar dalam pendidikan bukanlah istilah yang baru
melainkan istilah keseaharian didalam dunia pendidikan. Sumber belajar adalah segala jenis
media, benda, data, fakta, ide, orang dan lainnya yang dapat mempermudah terjadiniya
prosoeoos belajar bagi peserta didik ( Yusuf, 2010 ) Pendidikan IPS mampu membentuk
peserta didik untuk menyadari dirinya sebagai bagian dari masyarakat.

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitiian ini adalah metode kualitatif dengan jenis
penelitian berupa deskriptif, menurut Bongdan dan Taylor prosedur yaitu penelitian yang
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Fatmawati, 2015). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik studi
kepustakaan yang relevan dan ditunjang dengan jurnal, penelusuran artikel-artikrl melalui
internet.

2
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Rizka Nazilah, 2210128220015,A2

Hasil dan Pembahasan

Kearifan lokal
Keragaman bahasa dan sastra merupakan kekayaan budaya ciri khas bangsa Indonesia yang
bhinneka tunggal ika. kekayaan dan keragaman itu adalah warisan leluhur yang sangat berharga
sehingga perlu dilindungi dipelihara dan dibina agar kelestariannya tetap terjaga. Budaya yang menjadi
milik masyarakat harus dipelihara dan dimajukan oleh negara bersama-sama masyarakat pemiliknya
agar kelestarian, keragaman dan kemanfaatannya tetap terjaga. Pemilik budaya itu adalah bangsa
Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang mendiami pulau-pulau mau di Indonesia.

Negara Indonesia memiliki ribuan pulau dari Sabang sampai merauke yang dihuni oleh
berbagai macam masyarakat atau suku yang mempunyai bahasa dan budayanya yang khas. Kearifan
lokal yang terdapat pada masyarakat di Indonesia banyak mengandung nilai luhur budaya bangsa yang
masih kuat dan menjadi identitas warga masyarakat nya dan menjadi akumulasi pengetahuan dan
kebijakan yang tumbuh dan berkembang dalam kelompok masyarakat dapat disimpulkan bahwa
kearifan lokal merupakan suatu kebiasaan yang timbul dan berkembang terus menerus didalam sebuah
masyarakat bisa berupa adat istiadat, nilai, tata aturan / norma, budaya, bahasa, kepercayaan dan
kebiasaan sehari-hari. Yang bisa ditemui dalam nyanyian, pepatah, dongeng, petuah, semboyan dan
lainya yang melekat pada perilaku masyarakat sehari-hari.

Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas dan komprehensif. Cakupan nya juga cukup
banyak dan beragam sehingga sulit dibatasi oleh ruang. Didalam nya juga memiliki nilai kehidupan
yang tinggi dan layak untuk digali, dikembangkan serta dilestarikan karena dipandang memiliki nilai
kehidupan yang tinggi. kearifan lokal memiliki manfaat didalam kehidupan bermasyarakat
dikembangkan karena adanya kebutuhan untuk menghayati, mepertahankan dan melangsungkan hidup
sesuai dengan situasi, kondisi, dan kemampuan. Dari kearifan lokal masyarakat dapat melangsungkan
kehidupan dan berkembang secara berkelanjutan.

Kearifan lokal dapat berwujud benda - benda nyata seperti wayang, rumah adat dan lain
sebagainya. Selain itu kearifan lokal ada yang diungkapkan melalui kata-kata bijak bisa berupa nasehat,
pepatah, pantun, syair, cerita lisan dan lainnya.

6 dimensi kearifan lokal menurut Mitchell:

a. Dimensi pengetahuan lokal

3
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Kearifan lokal dan Etnopedagogi-AKBK3406

Setiap masyarakat memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan hidupnya


karena masyarakat memiliki pengetahuan lokal dalam menguasai alam. Seperti halnya
pengetahuan masyarakat mengenai perubahan iklim dan sejumlah gejala-gejala alam lainnya

b. Dimensi nilai lokal


Setiap masyarakat memiliki aturan atau nilai-nilai lokal mengenai perbuatan atau tingkah laku
yang ditaati dan disepakati bersama oleh seluruh anggotanya tetapi nilai-nilai tersebut akan
mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan masyarakatnya. Nilai-nilai perbuatan atau
tingkah laku yang ada di suatu kelompok belum tentu disepakati atau diterima dalam kelompok
masyarakat yang lain, terdapat keunikan. Seperti halnya suku Dayak dengan tradisi tato dan
menindik di beberapa bagian tubuh.

c. Dimensi keterampilan lokal


Setiap masyarakat memiliki kemampuan untuk bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga masing-masing atau disebut dengan ekonomi substansi. Hal ini merupakan cara
mempertahankan kehidupan manusia yang bergantung dengan alam mulai dari cara berburu,
meramu, bercocok tanam, hingga industri rumah tangga.

d. Dimensi sumber daya lokal


Setiap masyarakat akan menggunakan sumber daya lokal sesuai dengan kebutuhannya dan
tidak akan mengeksploitasi secara besar-besaran atau dikomersialkan. Masyarakat dituntut
untuk menyeimbangkan keseimbangan alam agar tidak terdampak bahaya baginya.

e. Dimensi mekanisme pengambilan keputusan lokal


Setiap masyarakat pada dasarnya memiliki pemerintahan lokal sendiri atau disebut
pemerintahan kesukuan. Suku merupakan kesatuan hukum yang memerintah warganya untuk
bertindak sesuai dengan aturan yang telah disepakati sejak lama. Kemudian jika seseorang
melanggar aturan tersebut maka dia akan diberi sanksi tertentu dengan melalui kepala suku
sebagai pengambil keputusan.

f. Dimensi solidaritas kelompok lokal


Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan
pekerjaannya karena manusia tidak bisa hidup sendirian. Seperti halnya manusia bergotong-
royong dalam menjaga lingkungan sekitarnya.

4
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Rizka Nazilah, 2210128220015,A2

Budaya atau kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu cara hidup yang mengalami
perkembangan dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan kemudian diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya. Indonesia memiliki banyak budaya yang dikenal di sekitar kita, mulai
dari makanan tradisional, rumah tradisional, senjata tradisional, tarian tradisional, lagu tradisional,
peninggalan budaya dan lain sebagainya(Pane & Najoan, 2017).

Madihin

Madihin adalah bagian dari kehidupan berkesenian orang Banjar. Kegiatan yang dilakukan
dalam pertunjukan Madihin memainkan terbang dan menghasilkan musik pada saat Madiun tampil
untuk melakukan pameran mereka berusaha mencerminkan suasana meriah dalam pameran tersebut
karena mereka memiliki peran yang utama untuk keberlangsungan pameran tersebut. Fungsi utama
kesenian Madihin dulunya untuk menghibur para raja atau pejabat istana dengan isi syair atau pantun
yang dibawakan berisi pujian-pujian kepada kerajaan. Tapi seiring berjalannya waktu fungsi Madihin
menjadi lebih banyak seperti hiburan rakyat di waktu-waktu tertentu misalnya pengisi hiburan sehabis
panen, perkawinan, khitanan dan acara lainnya.

Pertunjukan Madihin mampu menimbulkan interaksi sosial antara pemandiin dan pemadihan,
pemadihin dan penikmat. Seperti kontak sosial kontak sosial yang terjadi di dalam Madihin yaitu terjadi
melalui tindakan-tindakan yang bersifat simbolis dan isyarat. Sedangkan interaksi yang terjadi
pemadain dan penikmat yaitu dengan cara pemandiin menyapa penonton dan mengajak orang lain untuk
bernyanyi bersama, bergoyang bersama ini dikatakan sebagai interaksi sosial karena adanya suatu
respon dari penonton berupa tindakan mengikuti syair yang dibawakan oleh pemadihin. Kontak sosial
juga terjadi diantara pak Madihin dengan pak Madihin di mana mereka saling berbalas pantun hal ini
selaras dengan pernyataan saya Mukti bahwa suatu kontak sosial dapat dikatakan sebagai kontak
apabila adanya hubungan secara timbal balik atau adanya respon dan tanggapan terhadap kontak yang
diberikan. (Soyomukti 2011:322)
Setiap pementasan Madihin selalu dibatasi oleh aturan-aturan yang sudah baku dan harus
dipatuhi oleh para pemadihin aturan-aturan yang harus dipatuhi dan sudah baku yaitu terdiri dari
pembukaan, memasang tabi, menyampaikan isi dan penutup :
a. Pembukaan, dengan melakukan sampiran sebuah pantun yang diawali pukulan terbang disebut
pukulan pembuka. Sampiran pantun ini biasanya memberikan informasi awal tentang tema
Madihin yang akan dibawakan.

5
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Kearifan lokal dan Etnopedagogi-AKBK3406

b. Memasang tabi, yakni membawakan syair atau pantun yang isinya menghormati penonton,
memberikan pengantar, ucapan terima kasih dan mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam
pergelaran nantinya.

c. Menyampaikan isi, menyampaikan syair-syair yang isinya selaras dengan tema pergelaran atau
sesuai yang diminta tuan rumah, sebelumnya disampaikan dulu sampiran pembukaan syair.

d. Penutup, menyimpulkan apa yang dimaksud syair sambil menghormati penonton memohon
pamit ditutup dengan pantun penutup

Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun berkait setiap barisnya dibentuk
dengan jumlah kata minimal 4 buah jumlah baris dalam satu baitnya minimal 4 baris pola formula
persajakannya merujuk kepada pola sajak akhir vertikal a/a/a/a, a/a/b/b, atau a/b/a/b semua baris dalam
setiap baitnya berstatus isi tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya dalam pantun bagian
dan semua baiknya saling berkaitan secara tematis. Dituturkan di depan publik dengan cara dihafalkan
(tidak boleh membaca teks) oleh 1 orang, 2 orang atau 4 orang.

Orang yang menekuni profesi sebagai penutur madihin disebut pemadihin, pemandihinan
merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri, secara perorangan
maupun secara berkelompok Sebagai sebuah pekerjaan pemadihin juga memiliki kriteria yang harus
dipenuhi agar terlihat profesional

a. Terampil dalam mengolah kata sesuai dengan tuntunan struktur berbentuk fisik madihin yang
sudah dibakukan
b. Terampil dalam hal mengelola tema dan amanat madihin yang dituturkannya
c. Terampil dalam hal olah vokal ketika menuturkan Madihin secara hafalan di depan publik
d. Terampil dalam hal mengolah lagu ketika menuturkan madihin
e. Terampil dalam hal mengolah musik pengiring penuturan madihin
f. Terampil dalam hal mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan madihin di depan
public.

Madihin termasuk salah satu karya sastra yang juga telah mempunyai ruang lingkup cukup luas
dengan beberapa unsur yang terdapat dalam sastra lisan Madihin diantaranya unsur kependidikan, unsur
moral unsur agama dan lain-lain. Unsur-unsur yang dimaksud merupakan hal yang pokok dalam
Madihin hal ini terlihat dari syair atau pantun yang dibawakan oleh Madihin selalu mengandung makna
tersendiri.

6
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Rizka Nazilah, 2210128220015,A2

Sumber belajar

Secara umum pengertian sumber belajar adalah semua bahan yang dapat memberikan informasi
baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dipakai peserta didik dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar atau kompetensi tertentu. Arti sumber belajar menurut para ahli

Yusuf Hadi miarso


Segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, baik secara tersendiri
maupun terkombinasikan dapat memungkinkan terjadinya belajar.

Edgar Dale
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.

Rohani
Sumber belajar (learning resource) adalah segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang dan
yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.

Berdasarkan referensi dari ahli di atas maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sumber
belajar adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat membantu terjadinya
proses belajar. Macam macam sumber belajar. Menurut AECT belajar adalah semua sumber baik
berupa data orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas belajar bagi siswa. Sumber
belajar meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan. Berdasarkan asal usul sumber
belajar terbagi menjadi 2 yakni

a. Sumber belajar yang dirancang yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan
pembelajaran.

b. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan yaitu sumber belajar yang tidak
secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar
diorganisir melalui suatu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai
sumber belajar. Adapun manfaat sumber belajar yaitu
a. Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada pesert didik

7
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Kearifan lokal dan Etnopedagogi-AKBK3406

b. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara
langsung dan konkret.
c. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas
d. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru.
e. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup mikro
maupun makro
f. Dapat memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara
tepat
g. Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.

Untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah sebagai sumber belajar yang cocok, sumber
tersebut harus memenuhi ketiga persyaratan sebagai berikut
a. Harus dapat tersedia dengan cepat
b. Harus memungkinkan siswa untuk memicu diri sendiri
c. Harus bersifat individual misalnya harus dapat memenuhi dalam belajar mandiri.

Sumber belajar dapat berasal dari berbagai bentuk misalnya menjadikan diri sebagai manusia
sumber yang dapat tersedia memecahkan berbagai kesulitan siswa secara individual, kearifan lokal juga
bisa menjadi sumber belajar seperti madihin. Pendidikan dan budaya adalah suatu yang tidak bisa
dihindari dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan utuh dan menyeluruh yang
berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu
dalam masyarakat. Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
a. Belajar tentang budaya
b. Belajar dengan budaya
c. Belajar melalui budaya.

Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi menciptakan lingkungan belajar dan


perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai
bagian yang mendasar dan penting bagi pendidikan sebagai ekspresi dan komunikasi suatu gagasan dan
pengembangan pengetahuan. Madihin dengan nilai – nilai budayanya sebagai sumber belajar IPS
dimana di dalam kesenian tersebut ada beberapa nilai-nilai budaya yang bisa diambil dan
dijadikan sumber belajar, Berdasarkan hasil penelitian, terdapat nilai budaya yang ada pada kesenian
madihin yaitu nilai religius, nilai sosial, nilai moral dan nilai pendidikan yang dapat diintegrasikan
sebagai sumber belajar IPS

8
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Rizka Nazilah, 2210128220015,A2

a. Nilai Religius
Manusia terlahir sebagai insan yang memiliki kewajiban untuk menaati perintahNya dan
menjauhi kemungkaran. Dalam nilai budaya hubungan manusia dengan Tuhan terdapat nilai
religius yang dapat dilihat melalui proses manusia dalam mengabstraksi kelakuannya terhadap
sang Pencipta.

b. Nilai sosial
Nilai sosial merupakan nilai yang dimiliki oleh masyarakat nilai sosial sebagai ciri identitas
setiap masyarakat nilai tersebut dianut, diyakini kebenarannya serta dijunjung tinggi
keberadaannya. Sumber nilai sosial terletak di dalam masyarakat itu sendiri sejauh masyarakat
mengetahui dan mengalami kegunaan atau jasa orang tersebut.
Menurut Rokeach dan Banks, nilai adalah suatu jenis keyakinan yang berada dalam
ruang lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu
tindakan, atau tentang sesuatu yang pantas atau tidak pantas untuk dilakukan (Octaviyanti et.
Al., 2016). Kemudian menurut Anthony Giddens, nilai sosial dijelaskan bahwa nilai sosial
adalah suatu bentuk gagasan yang dimiliki seseorang atau kelompok tentang apa yang
diinginkan, apa yang pantas untuk dilaksanakan, dan apa yang baik dan buruk. Pendapat
selanjutnya disampaikan oleh Dardji Darmodiharjo. Ia menjelaskan bahwa nilai sosial adalah
segala sesuatu yang bermanfaat Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh para ahli
tersebut, dapat ditarik kesimpulan. Nilai sosial dapat diartikan sebagai hasil kesepakatan
bersama yang telah diakui dan dipatuhi bersama oleh suatu kelompok masyarakat. Disebut
kesepakatan karena di dalamnya akan berisi sejumlah gagasan, pendapat, dan sebagainya yang
ditaati dan dilaksanakan bersama. Nilai-nilai sosial kemudian menjadi standar perilaku
masyarakat dalam bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.

c. Nilai Moral
Nilai moral nilai yang berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar
kehidupan manusia dan masyarakat di mana istilah manusia merujuk ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif atau negative.

d. Nilai pendidikan
Nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan,
bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses
pendidikan

Menurut Bambang Subiyakto (66 Tahun), beliau memaparkan bahwa sumber belajar berbasis
masyarakat, lingkungan, maupun nilai sangat signifikan dengan pembelajaran IPS karena lazimnya

9
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Kearifan lokal dan Etnopedagogi-AKBK3406

sebagian guru hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar, hanya beberapa guru yang
menggunakan sumber belajar yang bermacam-macam seperti study tour ke tempat museum, ke pasar
dan sebagainya. Oleh karena itu, guru haruslah bisa memanfaatkan sumber belajar yang berada di
lingkungan peserta didik, karena lingkungan menjadi hal yang sangat penting dalam IPS, dari
lingkunganlah peserta didik belajar mengidentifikasi diri dalam masyarakatnya dan kemudian
membentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang diharapkan berkembang dalam
masyarakat tersebut (Syaharuddin et al., 2019; Putra et al., 2021).

Kesimpulan

Negara Indonesia memiliki ribuan pulau dari Sabang sampai merauke yang dihuni oleh
berbagai macam masyarakat atau suku yang mempunyai bahasa dan budayanya yang khas. Kearifan
lokal yang terdapat pada masyarakat di Indonesia banyak mengandung nilai luhur budaya bangsa yang
masih kuat dan menjadi identitas warga masyarakat nya dan menjadi akumulasi pengetahuan dan
kebijakan yang tumbuh dan berkembang dalam kelompok masyarakat. Kearifan lokal merupakan
fenomena yang luas dan komprehensif. Cakupan nya juga cukup banyak dan beragam sehingga sulit
dibatasi oleh ruang. Didalam nya juga memiliki nilai kehidupan yang tinggi dan layak untuk digali,
dikembangkan serta dilestarikan karena dipandang memiliki nilai kehidupan yang tinggi.

Salah satu kesenian Kalimantan selatan ialah madihin, Madihin adalah bagian dari kehidupan
berkesenian orang Banjar. Kegiatan yang dilakukan dalam pertunjukan Madihin memainkan terbang
dan menghasilkan musik pada saat Madiun tampil untuk melakukan pameran mereka berusaha
mencerminkan suasana meriah dalam pameran tersebut karena mereka memiliki peran yang utama
untuk keberlangsungan pameran tersebut. Fungsi utama kesenian Madihin dulunya untuk menghibur
para raja atau pejabat istana dengan isi syair atau pantun yang dibawakan berisi pujian-pujian kepada
kerajaan. Madihin termasuk salah satu karya sastra yang juga telah mempunyai ruang lingkup cukup
luas dengan beberapa unsur yang terdapat dalam sastra lisan Madihin diantaranya unsur kependidikan,
unsur moral unsur agama dan lain-lain. Unsur-unsur yang dimaksud merupakan hal yang pokok dalam
Madihin hal ini terlihat dari syair atau pantun yang dibawakan oleh Madihin selalu mengandung makna
tersendiri.

Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi menciptakan lingkungan belajar dan


perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai
bagian yang mendasar dan penting bagi pendidikan sebagai ekspresi dan komunikasi suatu gagasan dan
pengembangan pengetahuan. Madihin dengan nilai – nilai budayanya sebagai sumber belajar IPS

10
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Rizka Nazilah, 2210128220015,A2

nilai budaya yang ada pada kesenian madihin yaitu nilai religius, nilai sosial, nilai moral dan nilai
pendidikan yang dapat diintegrasikan sebagai sumber belajar IPS

Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai budaya pada tradisi
madihin yang kemudian dijadikan sebagai sumber belajar IPS.

Daftar Pustaka

Abbas, E. W., Rusmaniah, R., Mutiani, M., & Jumriani, J. (2022). Pendidikan IPS Powerful
Berbasis Pariwisata Sungai.
Agus Yulianto. 2010. Madihin: Tradisi Tutur dari Zaman de Zaman. Banjarbaru: Balai Bahasa
Banjarmasin
Eskha, A. (2018). Peran Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar. Jurnal Imam Bonjol: Kajian
Ilmu Informasi dan Perpustakaan, 2(1), 12-18.
Fatmawati, Nurul. 2015. “Nilai-Nilai Religius dalam Novel “Bulan Terbelah di Langit
Amerika” Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra (Kajian
Intertekstual)”. Jurnal NOSI Volume 2, Nomor 9, Februari 2015
Hasuna, K., & Lismayanti, H. (2017). Madihin sebagai kesenian tradisional bagi masyarakat
Banjar. Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 12(1).
Ilhami, M. R., Abbas, E. W., Mutiani, M., Jumriani, J., & Rusmaniah, R. (2022). The Social
Values of the Banjar People in Traditional Markets. The Innovation of Social Studies
Journal, 4(1), 71-83.
Leha, N. (2018, February). Kajian Nilai Religius pada Madihin Karya John Tralala. In
Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 1, No.
1).
Njatrijani, R. (2018). Kearifan lokal dalam perspektif budaya Kota Semarang. Gema Keadilan,
5(1), 16-31.
NUGROHO PUTRO, H. P., & Rusmaniah, R. (2021). Laporan Akhir Penelitian Peran Modal
Sosial dalam Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Wilayah
Lahan Basan (Studi Kasus di Kampung Purun).
Pingge, H. D. (2017). Kearifan lokal dan penerapannya di sekolah. Jurnal Edukasi Sumba
(JES), 1(2).
Putra, M. A. H., Handy, M. R. N., Subiyakto, B., Rusmaniah, R., & Norhayati, N. (2022).
Identifikasi Nilai Budaya Masyarakat Sungai Jelai Basirih Selatan Sebagai Sumber
Belajar IPS. PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial), 2(2).
Putri, L. I. (2017). Eksplorasi etnomatematika kesenian rebana sebagai sumber belajar
matematika pada jenjang MI. Jurnal Ilmiah pendidikan dasar, 4(1).

11
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Kearifan lokal dan Etnopedagogi-AKBK3406

Putro, H. P. N., Rusmaniah, E. W. A., Subiyakto, B., & Putra, M. A. H. (2022). PERAN
MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN UMKM KERAJINAN DI
KAMPUNG PURUN. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN
LAHAN BASAH (Vol. 7, No. 3).
Rafiek, M. (2016). Pantun Madihin: Kajian Ciri, Struktur Pementasan, Kreartiviti
Pemadihinan, Pembangunan, dan Pembinaannya di Kalimantan Selatan. Jurnal
Pendidikan Bahasa Melayu, 2(2), 104-114.
Salam, A. (2018). Seni Tutur Madihin: Ekspresi Bahasa dan Sastra Banjar. Deepublish.
Soyomukti, Nuraini. 2013. Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori, & Pendekatan Menuju
Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis.
Yogyakarta: AR-Ruzz Media
Subiyakto, B., & Mutiani, M. (2019). Internalisasi nilai pendidikan melalui aktivitas
masyarakat sebagai sumber belajar ilmu pengetahuan sosial. Khazanah: Jurnal Studi
Islam Dan Humaniora, 17(1), 137-166.
Widiyanti, W., Wadiyo, W., & Sunarto, S. (2016). Madihin Ar Rumi: Kreativitas Musik dan
Tindakan Sosial Dalam Penyajiannya. Catharsis, 5(2), 107-113.
Yusuf, P. M. (2010). Komunikasi Instruksional. Bumi Aksara

12
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM

Anda mungkin juga menyukai