12 Desember 2022
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 Sosial Sains
Marthen Rummar
SMK Negeri 3 Teknologi Rekayasa Merauke
Email: rummarthen73@gmail.com
How to cite: Rummar, M. (2022). Kearifan Lokal dan Penerapannya di Sekolah. Jurnal Syntax Transformation,
3(12).
https://doi.org/10.46799/jst.v3i12.655
E-ISSN: 2722-5356
Published by: Ridwan Institute
Kearifan Lokal dan Penerapannya di Sekolah
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik filosofi, nilai-nilai, etika, dan perilaku yang
yang berlangsung sepanjang hayat. melembaga secara tradisional untuk mengelola
Undang-undang di atas dengan jelas sumber daya alam dan manusia, dirumuskan
menguraikan bahwa pendidikan pada sebagai formulasi pandangan hidup
hakekatnya tidak hanya bertujuan untuk (worldview) sebuah komunitas mengenai
menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, fenomena alam dan sosial yang mentradisi atau
tetapi juga membentuk manusia Indonesia yang ajeg dalam suatu daerah. Pandangan hidup
berbudaya. Pendidikan tidak hanya menjadi tersebut menjadi identitas komunitas yang
sarana transfer ilmu pengetahuan kepada membedakannya dengan kelompok lain
peserta didik, tetapi juga menumbuhkan sikap (Musanna, 2012).
cinta terhadap budaya sendiri. Sehingga Pendidikan berbasis kearifan lokal
sekolah yang merupakan tempat adalah pendidikan yang mengajarkan peserta
penyelenggaraan pendidikan, memiliki peranan didik untuk selalu lekat dengan situasi konkret
penting dalam proses pelestarian budaya. Hal yang mereka hadapi. Hal ini selaras dengan
tersebut sejalan dengan pemikiran (Sudarwan, pendapat Suwito dalam (Wagiran, 2012) yang
2008) yang mengatakan bahwa fungsi mengemukakan pilar pendidikan kearifan lokal
penyandaran atau disebut juga fungsi meliputi 1) membangun manusia
konservatif bermakna bahwa sekolah berpendidikan harus berdasarkan pada
bertanggungjawab untuk memperhatikan nilai- pengakuan eksistensi manusia sejak dalam
nilai budaya masyarakat dan membentuk kandungan; 2) pendidikan harus berbasis
kesejatian diri sebagai manusia. kebenaran dan keluhuran budi, menjauhkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari cara berpikir tidak benar; 3) pendidikan
memiliki ribuan pulau dari Sabang sampai harus mengembangkan ranah moral, spiritual
Merauke yang dihuni oleh berbagai macam (ranah efektif) bukan sekedar kognitif dan
masyarakat atau suku yang mempunyai bahasa ranah psikomotorik; dan 4) sinergitas budaya,
dan budayanya yang khas. Budaya atau pendidikan dan pariwisata perlu dikembangkan
kearifan lokal di setiap daerah membuat secara sinergis dalam pendidikan yang
Indonesia menjadi negara yang memiliki berkarakter. Pendidikan berbasis kearifan lokal
tingkat kemajemukan yang tinggi. Keragaman dapat digunakan sebagai media untuk
yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melestarikan potensi masing-masing daerah.
melahirkan masyarakat majemuk (Herimanto Kearifan lokal harus dikembangakan dari
& Winarno, 2017). Kemajemukan ini haruslah potensi daerah (Wagiran, 2012).
tetap dilestarikan untuk menjaga khasanah Namun dalam kenyataannya banyak
budaya di negara ini. Kearifan lokal merupakan guru yang belum mengintegrasikan kearifan
segala sesuatu yang menjadi ciri khas suatu lokal dalam pembelajaran sehingga tujuan
daerah, baik berupa makanan, adat istiadat, pendidikan belum tercapai selain itu belum
tarian, lagu maupun upacara daerah. (Asmani, mengenal kearifan lokal di lingkungannya.
2012) mengartikan kearifan lokal atau Berdasarkan paparan yang telah dikemukan
keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
menjadi ciri khas kedaerahan yang mencakup dalam tentang betapa pentingnya
aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi, pengintegrasian kearifan lokal dalam
komunikasi, ekolago, dan sebagainya. pembelajaran di Sekolah sebagai upaya
Kearifan lokal merupakan akumulasi menciptakan pembelajaran yang bukan hanya
pengetahuan dan kebijakan yang tumbuh dan membekali siswa pengetahuan saja tetapi juga
berkembang dalam sebuah komunitas yang menanamkan rasa cinta terhadap keberagaman
merangkum perspektif teologis, kosmologis lokal dilingkungannya, dampak dari
dan sosiologis. Kearifan lokal bersandar pada pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan.
Serta bagaimana langkah guru dalam arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan
mengintegrasikan kearifan kearifan lokal. sebagainya (Romadi & Kurniawan, 2017).
Melalui kajian ini diharapkan bermanfaat bagi Dari pendapat para ahli di atas, dapat
guru untuk ikut serta merancang dan diambil benang merah bahwa kearifan lokal
melaksanakan pembelajaran berbasis kearifan merupakan gagasan yang timbul dan
lokal di Sekolah. berkembang secara terus-menerus di dalam
sebuah masyarakat berupa adat istiadat,
Metode Penelitian nilai, tata aturan/norma, budaya, bahasa,
Metode kualitatif merupakan metode kepercayaan, dan kebiasaan sehari-hari.
yang fokus pada pengamatan yang mendalam. B. Bentuk Kearifan Lokal
Oleh karenanya, penggunaan metode kualitatif Berdasarkan (Asriati, 2012)
dalam penelitian dapat menghasilkan kajian mengatakan bahwa bentuk kearifan lokal
atas suatu fenomena yang lebih komprehensif. dalam masyarakat dapat berupa budaya
Jenis penelitian ini adalah penelitian (nilai, norma, etika, kepercayaan, adat
kualitatif deskriptif, yaitu data yang istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan
dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, khusus). Nilai-nilai luhur terkait kearifan
bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah lokal ialah; a) Cinta kepada Tuhan, alam
prosedur penelitian yang menghasilkan data semester beserta isinya; b) Tanggungjawab,
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan disiplin, dan mandiri; c) Jujur; d) Hormat
dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan santun; e) Kasih sayang dan peduli; f)
(Sugiyono, 2018). Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan
pantang menyerah ; g) Keadilan dan
Hasil dan Pembahasan kepemimpinan; h) Baik dan rendah hati
A. Pengertian Kearifan Lokal dan; i) Toleransi,cinta damai, dan persatuan.
Secara etimologi, kearifan lokal Dalam masyarakat, kearifan-kearifan
(local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah,
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan dongeng, petuah, semboyan, dan kitab-kitab
lain untuk kearifan lokal diantaranya adalah kuno yang melekat dalam perilaku
kebijakan setempat (local wisdom), seharihari. Sama halnya dengan pendapat
pengetahuan setempat (local knowledge) (Ridwan, 2007) yang mengatakan bahwa
dan kecerdasan setempat (local genious) kearifan lokal ini akan mewujud menjadi
(Shufa, 2018). Sedangkan menurut Taylor budaya tradisi, kearifan lokal akan tercermin
dan de Leo dalam (Chaiphar et al., 2013) dalam nilai-nilai yang berlaku dalam
menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah kelompok masyarakat tertentu. Kearifan
tatanan hidup yang diwarisi dari satu lokal diungkapkan dalam bentuk kata-kata
generasi ke generasi lain dalam bentuk bijak (falsafah) berupa nasehat, pepatah,
agama, budaya, atau adat istiadat uang pantun, syair, folklore (cerita lisan) dan
umum dalam sistem sosial masyarakat. sebagainya; aturan, prinsip, norma dan tata
Kearifan lokal dapat dipandang aturan sosial dan moral yang menjadi sistem
sebagai identitas bangsa, terlebih dalam sosial; ritus, seremonial atau upacara tradisi
konteks Indonesia yang memungkinkan dan ritual; serta kebiasaan yang terlihat
kearifan lokal bertransformasi secara lintas dalam perilaku sehari-hari dalam pergaulan
budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai sosial.
budaya nasional. Di Indonesia, kearifan Selain berupa nilai dan kebiasaan
lokal adalah filosofi dan pandangan hidup kearifan lokal juga dapat berwujud benda-
yang mewujud dalam berbagai bidang benda nyata salah contohya adalah wayang.
kehidupan (tata nilai sosial dan ekonomi, Wayang kulit diakui sebagai kekayaan
budaya dunia karena paling tidak memiliki
nilai edipeni (estetis) adiluhung (etis) yang dikatakan oleh Kemendikbud bahwa Istilah
melahirkan kearifan masyarakat, terutama local wisdom, local genius, kearifan Lokal,
masyarakat Jawa. Bahkan cerita wayang yang kemudian disebut keunggulan lokal
merupakan pencerminan kehidupan dalam (Kun, 2013). Kearifan lokal dapat
masyarakat Jawa sehingga tidak aneh bila dimasukkan ke dalam pendidikan sebagai
wayang disebut sebagai agamanya orang salah satu usaha untuk melestarikan budaya
Jawa. Dengan wayang, orang Jawa mencari lokal yang terdapat pada suatu daerah.
jawab atas permasalahan kehidupan mereka Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
(Sutarso, 2012). Dalam pertunjukan wayang menurut (Kun, 2013) merupakan usaha
bergabung keindahan seni sastra, seni sadar yang terencana melalui penggalian
musik, seni suara, seni sungging dan ajaran dan pemanfaatan potensi daerah setempat
mistik Jawa yang bersumber dari agama- secara arif dalam upaya mewujudkan
agama besar yang ada dan hidup dalam suasana belajar dan proses pembelajaran,
masyarakat Jawa. Bentuk kearifan lokal agar peserta didik aktif mengembangkan
yang terdapat pada masyarakat jawa selain potensi dirinya untuk memiliki keahlian,
wayang adalah joglo ( rumah tradisional pengetahuan dan sikap dalam upaya ikut
jawa). Salah satu wujud kearifan lokal serta membangun bangsa dan negara.
ditemukan dalam rumah tradisional jawa D. Landasan Pendidikan Berbasis Kearifan
(joglo). Tidak hanya di jawa, wujud kearifan Lokal
lokal yang berupa benda juga tersebar di Landasan yuridis kebijakan Nasional
seluruh pelosok nusantara, seperti rumah tentang pendidikan berbasis keunggulan
honai yang dimiliki oleh masyarakat papua, lokal /kearifan lokal, di antaranya:
makam batu yang terkenal di toraja, batu 1. Undang-Undang Republik Indonesia
kubur serta rumah adat Sumba dan masih Nomor 20 tahun 2003 BAB XIV Pasal
banyak lagi. 50 ayat 5 menegaskan bahwa pemerintah
Menurut (Sartini, 2009) mengatakan kabupaten/kota mengelola pendidikan
bahwa salah satu kearifan lokal yang ada di dasar dan menengah, serta satuan
seluruhc nusantara adalah bahasa dan pendidikan yang berbasis pendidikan
budaya daerah. Bahasa adalah bagian lokal.
penting dari budaya. Sebagai alat 2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
komunikasi dalam masyarakat ia memiliki 2010 pasal 34, bahwa “Pendidikan
peran penting dalam mempertahankan berbasis keunggulan lokal adalah
budaya suatu masyarakat. Karena bahasa pendidikan yang diselenggarakan setelah
memanfaatkan tanda-tanda yang ada di memenuhi Standar Nasional Pendidikan
lingkungan suatu masyarakat (Rusdi, 2012). dan diperkaya dengan keunggulan
Bahasa daerah merupakan salah satu bahasa kompetitif dan/atau komparatif daerah”.
yang dikuasai oleh hampir seluruh anggota 3. Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 17
masyarakat pemiliknya yang tinggal di Tahun 2010 pasal 35 ayat 2, bahwa
daerah itu. Banyak sekali bahasa daerah “Pemerintah kabupaten/kota
yang terdapat di nusantara ini seperti bahasa melaksanakan dan/atau memfasilitasi
sunda, bahasa jawa, bahasa melayu, dan perintisan program dan/atau satuan
lain-lain. pendidikan yang sudah atau hampir
C. Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan memenuhi Standar Nasional Pendidikan
Lokal untuk dikembangkan menjadi program
Kearifan Lokal dalam hal ini juga dan/atau satuan pendidikan bertaraf
dapat disebut dengan keunggulan lokal, internasional dan/atau berbasis
local genius atau local wisdom, seperti yang keunggulan lokal”.
yang ada dalam pengembangan potensi kepala sekolah sangat perlu membuat
keunggulan lokal yang telah team work yang khusus menangani
diidentifikasi, c) Menjabarkan kesiapan sekolah berbasis kearifan lokal. Tim
dukungan pengembangan Pendidikan inilah yang menggodok secara matang
berbasis kearifan lokal berdasarkan hasil semua hal yang terkait dengan program
identifikasi dari peluang dan tantangan ini baik itu materinya, sarana
sekolah yang telah dianalisis. Disamping prasarananya, tenaga pengajarnya,
itu, dalam melakukan analisis prospek masa depannya, dan tindak
lingkungan eksternal sekolah perlu lanjut ke depan.
memperhatikan tiga hal yaitu tema 2. Bekerja sama dengan Aparat Desa dan
keunggulan lokal, penetapan jenis Tokoh Masyarakat
keunggulan lokal, dan kompetensi Untuk lebih memantapkan dan
keunggulan lokal. mengefektifkan program sekolah
4. Penentuan jenis keunggulan lokal adalah berbasis kearifan lokal, sekolah harus
dengan melakukan strategi mengikutsertakan aparat dan tokoh
penyelenggaraan pembelajaran berbasis masyarakat dalam proses perencanaan,
keariafan lokal, yaitu bahwa yang kajian, uji coba, dan mengambil
menjadi acuan dalam menentukan keputusan. Pelaksanaan program ini
strategi penyelenggaraan pembelajaran membutuhkan dukungan dari semua
berbasis keariafan lokal, adalah: a) elemen masyarakat lokal, sehingga
Untuk kompetensi pada ranah kognitif keberadaan mereka harus diapresiasi dan
(pengetahuan) maka strateginya adalah ide-ide mereka diakomodasi secara
dengan cara mengintegrasikan pada mata proporsional.
pelajaran yang relevan atau melalui 3. Mempersiapkan Software dan Hardware
muatan lokal, b) Untuk kompetensi pada Software berupa program
ranah psikomotor (keterampilan) maka kurikulum, dan tenaga pengajar,
strateginya adalah dengan menetapkan sedangkan hardware berupa sarana dan
Mata Pelajaran Keterampilan, c) Untuk prasarana yang menjadi fasilitas
kompetensi pada ranah afektif (sikap) pendukung pelaksanaan program harus
dapat dilakukan dengan cara disiapkan secara rapi.
Pengembangan Diri, Mata Pelajaran 4. Menyiapkan Strategi Pelaksanaan
PKn, Mata Pelajaran Agama atau Program ini membutuhkan strategi
Budaya Sekolah dan, d) Strategi pelaksanaan yang tepat, baik itu ditaruh
penyelenggaraan yang akan di intrakurikuler ataupun ekstrakurikuler.
dilaksanakan disesuaikan dengan Jika diintra, maka menjadi satu mata
kemampuan masing masing sekolah. pelajaran yang menjadi perhatian besar
G. Pengembangan Sekolah Berbasis anak didik dan wajib diikuti oleh semua
Kearifan Lokal anak. Bila di ekstrakurikuler, maka
Menurut (Asmani, 2012) biasanya waktunya sore dan disesuaikan
menjelaskan beberapa alternatif kiat sukses dengan maniat dan bakat, namun
pengembangan Sekolah berbasis Kearifan waktunya lebih bebas, luas, dan
lokal antara lain: menyenangkan. Menentukan strategi
1. Membuat Teamwork pelaksanaan ini sangat penting supaya
Sekolah berbasis kearifan lokal bisa memprediksi hal yang akan terjadi
membutuhkan konsentrasi besar, dalam proses pelaksanaan, bias
sehingga tidak bisa dianggap sepele dan mengantisipasi hal-hal yang mungkin
sekedar sampingan. Oleh karena itu, terjadi, sekaligus menyiapkan solusi
Kun, P. Z. (2013). Pembelajaran sains berbasis Sudarwan, D. (2008). Visi Baru Manajemen
kearifan lokal. Prosiding: Seminar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Google
Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika, Scholar
4(1), 1–14. Google Scholar
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
Musanna, A. (2012). Artikulasi Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Guru Berbasis Kearifan Lokal untuk Alfabeta. Google Scholar
Mempersiapkan Guru yang Memiliki
Kompetensi Budaya. Jurnal Pendidikan Sutarso, J. (2012). Menggagas pariwisata
Dan Kebudayaan, 18(3), 328–341. berbasis budaya dan kearifan lokal.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v18i3.92. Menggagas Pencitraan Berbasis
Google Scholar Kearifan Lokal, 4, 505–515. Google
Scholar
Ridwan, N. A. (2007). Landasan keilmuan
kearifan lokal. Jurnal Studi Islam Dan Wagiran, W. (2012). Pengembangan Karakter
Budaya, 5(1), 27–38. Google Scholar Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu
Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-
Romadi, R., & Kurniawan, G. F. (2017). Nilai Karakter Berbasis Budaya). Jurnal
Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Pendidikan Karakter, 3(3), 329–339.
Folklore Untuk Menanamkan Nilai https://doi.org/10.21831/jpk.v0i3.1249.
Kearifan Lokal Kepada Siswa. Sejarah Google Scholar
Dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya,
Dan Pengajarannya, 11(1), 79–94.
https://doi.org/10.17977/um020v11i1201
Copyright holder :
Marthen Rummar (2022)