Anda di halaman 1dari 7

PERAN KEARIFAN LOKAL DALAM

PENDIDIKAN KARAKTER

Arini Indah Wulandari


Email: 1910111220017@ulm.mhs.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Pendidikan karakter merupakan satu upaya utnuk menangani permasalahan krisis
multidimensional yang saat ini terjadi. Hal ini dilakukan dengan penanaman nilai-nilai
dalam pendidikan. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya memiliki nilai luhur yang
mampu memenuhi kebutuhan dan menjawab segala permasalahan yang ada di masyarakat.
Kearifan lokal di Indonesia sangat beragam, dan dengan adanya implementasi kearifan
lokal dalam pembelajaran di sekolah akan mampu meningkatkan karakter dan
pengembangan diri anak. Kearifan lokal menjadi bahan ajar untuk meningkatkan karakter
dan pengemabngan diri anak, sehingga dalam menghadapi perkembangan zaman yang
semakin pesat dan revolusi industri 4.0 anak-anak sebagai generasi penerus bangsa mampu
menghadapi, dan kearifan lokal mampu menjadi benteng jati diri agar tidak terpengaruh
terhadap dampak negarif dari perkembangan zaman.

PENDAHULUAN
Karakter bangsa dibnagun dari nilai etika inti (core ethical values) yang bersumber
dari nilai-nilai agama, falsafah negara dan budaya. Nilai yang bersumber dari budaya
bangsa sangat banyak dan beragam serta mengandung nilai luhur bangsa yang dapat
menajdikan bangsa memiliki modal sosial yang tangguh untuk membangun peradaban
unggul. Namun realitas menunjukkan bahwa nilai-nilai luhur budaya bangsa mengalami
banyak tantangan karena disebabkan derasnya nilai-nilai luar yang masuk dan
mengintervensi nilai-nilai asli budaya bangsa (Priyatna, 2016: 1312).
Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi,sosial, bahkan budaya dapat
memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan global. Dengan adanya perkembangan
teknologi dan informasi, tidak ada penghalang yang dapat membatasi komunikasi dan
informasi antar warga di setiap belahan duni yang berbeda. Globalisasi mampu
memberikan dampak positif bahkan negatif bagi Indonesia, hal ini memerlukan adanya
tindakan untuk memperkuat filter budaya dan agama. Tujuan dilakukannya tindakan
tersebut ialah agar globlisasi tidak merugikan eksistensi nilai-nilai budaya bangsa.

1
Degradasi moral merupakan salah satu dari dampak negatif yang ditimbulkan akibat
globalisasi, seperti lahirnya sikap-sikap individualisme, materialisme, pragmatisme,, dan
hedonisme dalam kehidupan masyarakat Indonesia (Ramdani, 2018: 2).
Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama. Selain keluarga dan
masyarakat, sekolah menjadi basis utama dalam pendidikan karakter. Sekolah harus mampu
untuk memanfaatkan sumber yang tersedia sebaai media pembelajaran pendidikan karakter,
mulai dari lingkungan sekolah sampai dengan kepada lingkungan masyarakat. Pendidikan
karakter teintegrasi dalam mata pelajaran utama Pendidikan Kewarganegaraan yang
memiliki tugas sebaai mata pelajaran yang menanamkan nilai-nilai yang bertujuan
membentuk warganegara yang baik. Kedudukan pendidikan karakter di Indonesia sejajar
dengan subyek-subyek mata pelajaran yang diajarjab di sekolah, yang membedakan dengan
mata pelajaran lainnya adalah bentuk pengajarannya. Pendidikan karakter di Indonesia pada
umumnya diintegrasikan dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

KEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menajwab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat
“local knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious”.
Menurut Rahyono (2009), kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang
dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masayarakat.
Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka
dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat
kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang,
sepanjang keberadaan masyarkat tersebut.
Ilmuwan antropologi seperti Koentjaraningrat, Spradley, Taylor, dan Suparlan, telah
mengkategorisasikan kebudayaan manusia menjadi wadah kearifan lokal itu kepada idea,
aktivitas sosial, artifak (Koentjaraningrat, 2009: 112). Kebudayaan merupakan keseluruhan
pengetahuan yang dimiliki oleh sekelompok manusia dan dijadikan sebagai pedoman hidup
untuk menginterpretasikan lingkungannya dalam bentuk tindakan-tindakannya sehari-hari.
Negara Indonesia sendiri sangat majemuk dan mempunyai petatah-petitih Melayu, bahasa
kromo inggil Jawa, petuah yang diperoleh dari berbagai suku di Indonesia. hal tersebut
merupakan contoh keragaman ungkapan suku-suku bangsa yang menajdi bagian dari
kearifan lokal, yang menjadi kendali dalam menjalankan kehidupan.
Kearifan lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat tertentu dan di
tempat-tempat tertentu yang dianggap mampu bertahan dalam mengahadapi arus
globalisasi, karena kearifan lokal tersebut mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan
sebagai sarana pembangunan karakter bangsa. Keterbukaan informasi dan komunikasi pesat

2
harus apabila tidak dipersiapkan dengan baik maka akan berakibat pada hilangnya kearifan
lokal sebagai identitas dan jati diri bangsa (Ramdani, 2018: 6-7).

PENDIDIKAN KARAKTER
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan diartikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kakuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Konsep pendidikan
yang dikemukakan menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003,
emnggambarkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh seluruh aspek
kemanusiaan manusia, termasuk di dalamnya adalah kepribadian atau karakter (Herdiana,
dkk, 2021).
Bapak pendidikan nasional, yaitu Ki Hajar Dewantara menjelaskan pendidikan
sebagai tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat daptlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya. Dalam analisis Ahmad D. Marimba, pendidikan
didefinisikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si-terdidik menuju terbentukanya kepribadian yang
utama.
Pengertian karakter merupakan standar-standar batin yang terimplementasi dalam
berbagai bentuk kualitas diri (Raharjo, 2010: 232). Karakter diri dilandasi nilai-nilai
tersebut dan terwujud dalam perilaku.
Pendidikan karakter dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter disebutkan
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak
yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik dab mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari
(Syarbini, 2014:11). Drikarya dalam (Suparno, 2015:30), menjelaskan bahwa karakter
seseorang ada yang baik dan tidakbaik. Tugas pendidikan karakter adalah mengembangkan
karakter yang baik agar tetao dilakukan dan menghilangkan karakter yang tidak baik
supaya tidak terulang kembali.
Thomas Lickona (Howard et al., 20014) memberikan dari definisi karakter, yaitu
karakter terdiri dari nilai-nilai dalam tindakan. Karakter memiliki tiga bagian yang saling
terkait, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilakuk moral. Karakter yang baik
terdiri dari mengetahui yang baik, menginginkan ynag baik, dan melakukan kebiasaan baik
pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan beraksi.
Ada tiga pendekatan utama untuk pendidikan karakter, yaitu pendekatan
perkembangan kognitif (sering disebut pendidikan moral) memberi keunggulan untuk

3
“mengetahui yang baik”, pendekatan peduli menekankan pada “menginginkan kebaikan”,
dan pendidikan karakter tradisional yang melihat “melakukan yang baik” sebagai sesuatu
yang mendasar.
Pendidikan merupakan proses yang saling bertanggung jawab dalam melahirkan
warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun
peradaban tinggi dan unggul. Tantangan pendidikan dewada ini untuk menghasilkan SDM
yang berkualitas dan tangguh semakin berat. Pendidikan tidak cukup hanya berhenti pada
memberikan pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan
membangun sistem keyakinan dan karakter kuat setidap peserta didik sehingga mampu
mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya. Pendidikan di sekolah tidak
lagi cukup hanya dengan mengajar peserta didik membaca, menulis, dan berhitung,
kemudian lulus ujian dan nantinya mendapatkan pekerjaan yang baik. sekolah harus
mampu memutuskan apa yang benar dan salah, serta sekolah juga perlu membantu orang
tua untuk menemukan tujuan hidup peserta didik.

PERAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER


Kearifan lokal adalah warisan masa lalu yang berasal dari leluhur, yang tidak hanya
terdapat dalam sastra tradisional (sastra lisan atau sastra tulis) sebagai refleksi masyarakat
oenuturnya, tetapi tedapat dalam berbagai bidang kehidupan nyata,seperti filosopi dan
pandangan hidup, eksehatan, dan arsitektur (Suyatno). Dalam dialektika hidup-mati
(sesuatu yang hidup akan mati), tanpa pelestarian dan revitalisasi, kearifan lokal suatu saat
bisa saja akan mati. Nasin kearifan lokal mungkin akan mirip dengan pusaka warisan
leluhur, yang mana setekah sekian generasi akan lapuk dimakan rayap. Sekarang pun tanda
pelapukan kearifan lokal makin kuat terbaca. Kearifan lokal seringkali terkalahkan oleh
sikap masyarakat yang makin pragmatis, yang akhirnya lebih berpihak pada tekanan dan
kebutuhan ekonomi.
Kearifan lokal hanya akan abadi jika kearifan lokal terimplementasikan dalam
kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu merespon dan menjawab arus zaman yang
telah berubah. Kearifan lokal juga harus terimpelementasikan dalam kebijakan negara.
Untuk mencapainya, perlu implementasi ideologi negara yaitu Pancasila dalam berbagai
kebijakan negara. Dengan demikian, kearifan lokal akan efektif berfungsi sebagai senjata
yang membekali masyarakatnya dalam merespin dan menjawab arus zaman.
Menggali dan melestarikan berbaai unsur kearifan lokal, tradisi dan pranata lokal,
termasuk norma dan adat istiadat yang bermanfaat dan dapat berfungsi efektif dalam
pendidikan karakter, diiringi dnegan melakukan kajian dan pengayaan dengan kearifan-
kearifan baru. Mengacu pada teori Social Learning, bahwa sesungguhnya budaya
meruapkan pola perilaku yang dipelajarim zartinya masyarakat pun dapat tidak belajar
dengan keras alias memiliki karakter yang baik (Fajarini, 2014: 129-130).

4
Pendidikan karakter dapat dikembangkan berdasarkan nilai-nilai sosial budaya yang
dimiliki dan dihargai oleh suatu masyarakat. Mahpudz (2010) menyatakan dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tentunya pendidikan karakter dapat berbeda
antara daerah satu dengan daerah lainnya bergantung pada kepentingan dan kondisinya
masing-masing. Oleh sebab itu dapat dikembangkan model yang sesuai untuk setiap daerah
sehingga dapat diterapkan secara efektif di wilayah yang memiliki karakteristik sosial dan
budaya yang berbeda.
Kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai yang luhur, budi pekerti, dan adat istiadat
yang tumbuh dimasyarakat yang diintegrasikan dan diimplementasikan dalam pendidikan
karakter pada setiap pembelajaran di sekolah mampu membentuk karakter anak sesuai
dengan tujuan Pendidikan Nasional untuk mengembangkan peserta didik yang cerdas,
berkepribadian dan berakhlak mulia sehingga anak-anak yang menempu pendidikan
mampu membentengi diri dan siap menghadapi dampak dari revolusi industri 4.0.
Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal merupakan pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan kepurusan baik-buruk, ememlihara apa yang
baik menurut pandangan hidup, ilmu pengetahuan, stratei yang berlaku dalam masyarakat
setempat dan mewujudkan kebaikan tersebt dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati. Unsur-unsur lokal yang perlu diketahui dan dilaksanakan meliputi kehidupan agama,
ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi serta
kesenian.

SIMPULAN
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menajwab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Menurut Rahyono (2009), kearifan
lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang
diperoleh melalui pengalaman masayarakat. Kearifan lokal merupakan budaya yang
dimiliki oleh masyarakat tertentu dan di tempat-tempat tertentu yang dianggap mampu
bertahan dalam mengahadapi arus globalisasi, karena kearifan lokal tersebut mengandung
nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai sarana pembangunan karakter bangsa.
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
daptlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan karakter
dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik dab mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari (Syarbini,
2014:11). Thomas Lickona (Howard et al., 20014) memberikan dari definisi karakter, yaitu

5
karakter terdiri dari nilai-nilai dalam tindakan. Karakter memiliki tiga bagian yang saling
terkait, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilakuk moral. Karakter yang baik
terdiri dari mengetahui yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan kebiasaan baik
pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan beraksi.
Pendidikan karakter dapat dikembangkan berdasarkan nilai-nilai sosial budaya yang
dimiliki dan dihargai oleh suatu masyarakat. Mahpudz (2010) menyatakan dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter tentunya pendidikan karakter dapat berbeda
antara daerah satu dengan daerah lainnya bergantung pada kepentingan dan kondisinya
masing-masing. Kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai yang luhur, budi pekerti, dan adat
istiadat yang tumbuh dimasyarakat yang diintegrasikan dan diimplementasikan dalam
pendidikan karakter pada setiap pembelajaran di sekolah mampu membentuk karakter anak
sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional untuk mengembangkan peserta didik yang
cerdas, berkepribadian dan berakhlak mulia sehingga anak-anak yang menempu pendidikan
mampu membentengi diri dan siap menghadapi dampak dari revolusi industri 4.0.

REFERENSI

Abbas, E. W., Syaharuddin, S., Mutiani, M., Susanto, H., & Jumriani, J. (2022).
STRENGTHENING HISTORICAL THINKING SKILLS THROUGH
TRANSCRIPT BASED LESSON ANALYSES MODEL IN THE LESSON OF
HISTORY. ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 18(1).
Arifin, J., & Susanto, H. (2017, November). The Internalization of Multiculturalism Values
through Literature Learning. In 1st International Conference on Social Sciences
Education-" Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017) (pp. 167-169). Atlantis Press.
Fajarini, Ulfah. (2014). PERANAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENDIDIKAN
KARAKTER. Sosio Didaktika, 1(2).
Fitri, M., & Susanto, H. (2022). NILAI SOSIAL RELIGI TRADISI MANOPENG PADA
MASYARAKAT BANYIUR. Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran
Sejarah, 7(2), 161-169.
Herdiana, Y., Muhammad A, Aan Hasanah, & Bambang S.A. (2021). Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai Budaya. Rayah Al-Islam, 5(2).
Jannah, M., Effendi, R., & Susanto, H. (2021). KESENIAN TRADISIONAL MASUKKIRI
MASYARAKAT BUGIS PAGATAN KECAMATAN KUSAN HILIR
KABUPATEN TANAH BUMBU. Prabayaksa: Journal of History Education, 1(2),
64-70.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru

6
Lonto, Apeles Lexi. 2015. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai
Sosio-Kultural pada Siswa SMA di Minahasa. MIMBAR, 31(2).
Priyatna, Muhamad. (2016). PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN
LOKAL. Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, 5.
Rahyono. F.X. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra
Ramdani, Emi. (2018). Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Sebagai
Penguatan Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10(1).
Rochgiyanti, M., & Susanto, H. (2017, November). Transformation of Wetland Local
Wisdom Values on Activities of Swamp Buffalo Breeding in Social Science Learning
Practice. In 1st International Conference on Social Sciences Education-"
Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017) (pp. 272-276). Atlantis Press.
Rochgiyanti, R., & Susanto, H. (2018, April). Tradisi pemeliharaan kerbau kalang di
wilayah lahan basah Desa Tabatan Baru, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito
Kuala. In Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah (Vol. 3, No. 2).
Suparno, Paul. (2015). Pendidikan Karakter di Sekolah. Sebuah Pengantar Umum.
Yogyakarta: PT Kanisius
Susanto, H. (2017, November). Perception on Cultural Diversity and Multiculturalism
Education. In 1st International Conference on Social Sciences Education-"
Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017). Atlantis Press.
Susanto, H., & Fathurrahman, H. A. (2021, February). Migration and Adaptation of the
Loksado Dayak Tribe (Historical Study of Dayak Loksado Community in
Pelantingan Village). In The 2nd International Conference on Social Sciences
Education (ICSSE 2020) (pp. 5-10). Atlantis Press.
Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND
LOCAL EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION
IN TABALONG REGENCY.
Susanto, H., Subiyakto, B., & Khairullah, M. (2021). ANJIR SERAPAT SEBAGAI
JALUR EKONOMI MASYARAKAT KAWASAN ALIRAN SUNGAI SEJAK ERA
KOLONIAL. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan
Pengajarannya, 15(2), 321-330.
Syaharuddin, S., Hidayat Putra, M. A., & Susanto, H. (2019). Nilai Budaya Manyambang
Masyarakat Desa Lok Baintan Dalam Sebagai Sumber Belajar IPS.
Syarbini, Amirulloh. (2014). Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai