Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENDIDIKAN DALAM MELESTARIKAN

KEBUDAYAAN DAN KARAKTER BANGSA

Muhammad Ridwan
1910111310011
Email: 1910111310011@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan yang mengembangkan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai
dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai- nilai tersebut dalam kehidupan
dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif
dan kreatif. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa bukan merupakan mata pelajaran yang
berdiri sendiri atau merupakan nilai yang diajarkan, tetapi upaya penanaman nilai-nilai baik
melalui mata pelajaran, program pengembangan diri maupun budaya sekolah yang dilakukan
di kelas dan luar sekolah. Masuknya era globalisasi di Indonesia banyak membawa pengaruh
terhadap masyarakat khususnya generasi muda yang mulai mengesampingkan budaya
bangsa yang seharusnya dilestarikan. Pendidikan sangat berperan penting dalam penguatan
dan penanaman nilai budaya agar generasi muda dapat menjadi pewaris nilai-nilai budaya
lokal yang tidak mengesampingkan budaya yang dimiliki.

PENDAHULUAN
Menghadapi tantangan era reformasi dan demokrasi, pembentukan jati diri dan
karakter bangsa, dan masyarakat global dengan karakteristik keterbukaan informasi yang
berdampak pada perubahan dalam segala aspek kehidupan secara politik, ekonomi, dan sosial
budaya harus dihadapi oleh setiap manusia yang memiliki kualitas. Kualitas manusia yang
memiliki karakteristik: pribadi yang tangguh, berwawasan keunggulan di bidangnya, trampil,
memiliki motif berprestasi tinggi, dan moral yang kuat (Tilaar, 1999).
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.
Pendidikan sebagai proses kebudayaan mengakui bahwa setiap individu memiliki potensi
yang berbeda-beda untuk dikembangkan kepribadiannya menjadi dewasa. Dalam
prosesinteraksi ini terjadi tranformasi budaya dari generasi tua, yaitu guru kepada generasi

1
muda,yaitu peserta didik. Proses transformasi budaya ini menjadi penting karena dalam hal
ini peran pendidikan sangat diperlukan
Upaya pengembangan dan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas
tersebut, antara lain dapat dilakukan melalui pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dalam
Pasal 3 UU Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas
manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu,
rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa.
Persoalan budaya dan karakter bangsa menjadi hal yang sangat penting dalam
membentuk kualitas manusia Indonesia. Namun demikian sorotan tajam masyarakat.
Terhadap berbagai persoalan aspek kehidupan yang muncul di masyarakat seperti korupsi,
kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan
politik yang tidak produktif, demo mahasiswa yang anarki dan sebagainya menunjukkan
kualitas manusia Indonesia yang masih rendah. Pasca reformasi 1998 bangsa Indonesia
menunjukkan indikasi terjadinya krisis karakter yang cukup memprihatinkan. Padahal,
pendidikan karater merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu
ditanamkan sejak dini kepada anak-anak (Muslich, 2011: 1). Demoralisasi mulai merambah
ke dunia pendidikan yang belum memberi ruang untuk berperilaku jujur karena proses
pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas
pengetahuan yang tertulis dalam teks dan kurang mempersiapkan peserta didik untuk
menyikapi dan menghadapi kehidupan yang kontradiktif.

KONSEP BUDAYA, KARAKTER BANGSA, DAN PENDIDIKAN


Dalam memahami pendidikan budaya dan karakter bangsa terdapat beberapa konsep
yang perlu dimahami terlebih dahulu, yaitu: budaya, karakter bangsa, dan pendidikan.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir (gagasan), nilai, moral, norma, dan
keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma,
dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan
alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan
manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem
pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam
mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai,

2
moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut
ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai,
moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang
lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan 5 karakter masyarakat dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan
melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup
dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu
seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan.
Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu
proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya
masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi
pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai- nilai Pancasila. Dengan
kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila
pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam
mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa
yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan
karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah
proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses
pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter
bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses
internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Menurut Koesoema (2011: 193) pendidikan karakter di sekolah secara sederhana bisa
didefinisikan sebagai, “pemahaman, perawatan, dan pelaksanaan keutamaan (practice of
virtue)”. Oleh karena itu pendidikan di sekolah mengacu pada proses penanaman nilai,
berupa pemahaman-pemahaman, tatacara merawat dan menghidupi nilai-nilai itu, serta
bagaimana peserta didik memiliki kesempatan untuk dapat melatihkan nilai-nilai tersebut
secara nyata. Pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan agama
dan pendidikan kewarganegaraan merupakan lima konsep yang berbeda. Secara umum
kelima konsep di atas sama-sama membantu peserta didik bertumbuh secara lebih matang
dan kaya, baik sebagai individu maupun makhluk social dalam konteks kehidupan sesa ma.
Yang membedakan kelima konsep di atas adalah materi dan isi pendidikannya. Menurut

3
David Elkind dan Freddy Sweet (dalam Kemendiknas, 2010: 15) pendidikan karakter adalah
segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencangkup keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru
bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

PERAN PENDIDIKAN DALAM PELESTARIAN BUDAYA DI INDONESIA


Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Dalam UUSPN Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1), yang
dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsadan Negara (Irmawati, 2017:83).
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan
secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatit pada cara orang berpikir,
merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi
tahap seperti pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi,
universitas atau magang. Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam karena beragamnya
suku bangsa. Kebudayaan di indonesia memiliki eksistensinya masing- masing diantaranya
yang masih lestari dan yang hampir punah. Punahnya kebudayaan di Indonesia karena
kurangnya upaya-upaya pelestarian budaya yang ada.
Pendidikan sendiri merupakan salah satu media yang dapat melestarikan kebudayaan
Indonesia, mulai dari suku bangsa, tarian adat daerah, kesenian, bahasa daerah dan mash
banyak lagi kebudayaan indonesia. Pendidikan adalah salah satu tempat terbentuknya
karakter penerus bangsa yang nantinya akan memimpin negara tercinta ini. Selain itu,
pendidikan juga merupakan slaha satu aspek penting dalam kchidupan yang apabila
kebudayaan tersebut hidup di dalam pendidikan maka kan menghasilkan pelajar pelajar yang
berbudaya. Tampak disini bahwa peranan pendidikan dalam pengembangan kelestarian
kebudayaan sangat besar.
Pendidikan sebagai proses kebudayaan mengakui bahwa anak atau individu memiliki
potensi yang berbeda-beda untuk dikembangkan kepribadiannya menjadi dewasa. Dalam
proses interaksi ini terjadi tranformasi budaya dari generasi tua, yaitu guru kepada generasi
muda, yaitu peserta didik (Martono, 2010:7).
Untuk mengetahui keterkaitan antara makna pendidikan dan kebudayaan, di perlukan
pemahaman kebudayaan itu sendiri paling tidak dari segi pengertian. Kebudayaan: Cultuur
(bahasa belanda), Culture (bahasa inggris), Colere (bahasa latin) yang berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan terutama potensi alam. Dari segi arti ini

4
berkembanglah art kultur sebagai segala daya dan aktititas manusia untuk mengembangkan,
mengolah atau mengubah potensi alam.
Kemampuan menguasai dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
peningkatan taraf hidup masyarakat merupakan konstitusi proses pendidikan terhadap
kebudayaan. Manusia Indonesia pada umumnya, cukup mempunyai potensi itu. Tapi
penguasaan ilmu dan teknologi tidak cukup hanya dengan potensi tersebut terbukti
bagaimana Barat dengan penguasa ilmu teknologi yang sangat luar biasa, tetapi tingkah laku,
sika dan kebudayaan sangat bobrok (pengaulan bebas dan lain-lain).

SIMPULAN
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa selain berfungsi mengembangkan dan
memperkuat potensi pribadi juga menyaring pengaruh dari luar yang akhirnya dapat
membentuk karakter peserta didik yang dapat mencerminkan budaya bangsa Indonesia.
Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata
hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik melalui mata
pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar
sekolah.
Pendidikan sendiri merupakan salah satu media yang dapat melestarikan kebudayaan
indonesia, mulai dari suku bangsa, tarian adat daerah, kesenian, bahasa daerah dan masih
banyak lagi kebudayaan indonesia. Pendidikan adalah salah satu tempat terbentuknya
karakter penerus bangsa yang nantinya akan memimpin negara tercinta ini. Selain itu,
pendidikan juga merupakan salah satu aspek penting dalam kchidupan yang apabila
kebudayaan tersebut hidup di dalam pendidikan makakan menghasilkan pelajar pelajar yang
berbudaya.

REFERENSI

Abbas, E. W., Syaharuddin, S., Mutiani, M., Susanto, H., & Jumriani, J. (2022).
STRENGTHENING HISTORICAL THINKING SKILLS THROUGH
TRANSCRIPT BASED LESSON ANALYSES MODEL IN THE LESSON OF
HISTORY. ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 18(1).

Arifin, J., & Susanto, H. (2017, November). The Internalization of Multiculturalism Values
through Literature Learning. In 1st International Conference on Social Sciences

5
Education-" Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017) (pp. 167-169). Atlantis Press.

Fitri, M., & Susanto, H. (2022). NILAI SOSIAL RELIGI TRADISI MANOPENG PADA
MASYARAKAT BANYIUR. Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran
Sejarah, 7(2), 161-169.

Jannah, M., Effendi, R., & Susanto, H. (2021). KESENIAN TRADISIONAL MASUKKIRI
MASYARAKAT BUGIS PAGATAN KECAMATAN KUSAN HILIR
KABUPATEN TANAH BUMBU. Prabayaksa: Journal of History Education, 1(2),
64-70.

Rochgiyanti, M., & Susanto, H. (2017, November). Transformation of Wetland Local


Wisdom Values on Activities of Swamp Buffalo Breeding in Social Science Learning
Practice. In 1st International Conference on Social Sciences Education-"
Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017) (pp. 272-276). Atlantis Press.
Rochgiyanti, R., & Susanto, H. (2018, April). Tradisi pemeliharaan kerbau kalang di
wilayah lahan basah Desa Tabatan Baru, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito
Kuala. In Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah (Vol. 3, No. 2).
Suradi Ahmad, 2018. Pendidikan Berbasis Multikultural dalam pelestarian Kebidayaan
Lokal Nusantara di Era Globalisasi. JUPIIS JURNALPENDIDIKAN ILMU-ILMU
SOSIAL. 10 (1) DOI: 10.24114/jupiis.v 10il.8831.

Susanto, H. (2017, November). Perception on Cultural Diversity and Multiculturalism


Education. In 1st International Conference on Social Sciences Education-"
Multicultural Transformation in Education, Social Sciences and Wetland
Environment"(ICSSE 2017). Atlantis Press.

Susanto, H., & Fathurrahman, H. A. (2021, February). Migration and Adaptation of the
Loksado Dayak Tribe (Historical Study of Dayak Loksado Community in
Pelantingan Village). In The 2nd International Conference on Social Sciences
Education (ICSSE 2020) (pp. 5-10). Atlantis Press.

Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND
LOCAL EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION
IN TABALONG REGENCY.

Susanto, H., Subiyakto, B., & Khairullah, M. (2021). ANJIR SERAPAT SEBAGAI
JALUR EKONOMI MASYARAKAT KAWASAN ALIRAN SUNGAI SEJAK ERA
KOLONIAL. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan
Pengajarannya, 15(2), 321-330.

Syaharuddin, S., Hidayat Putra, M. A., & Susanto, H. (2019). Nilai Budaya Manyambang
Masyarakat Desa Lok Baintan Dalam Sebagai Sumber Belajar IPS.

Anda mungkin juga menyukai