PENDAHULUAN
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
penerus yang menjadi salah satu sumber daya manusia yang merupakan
dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik, berhati baik, dan
bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan
yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6)
kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat
untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
Melalui keterpaduan olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga maka siswa
akan dapat mengembangkan emosi dan kognisi secara maksimal.
Apabila nilai karakter sudah tertanam dalam diri siswa, maka siswa akan
menyimpang tidak akan terjadi apabila sudah tertanam nilai moral dan
kemampuan diri demi menjadi pribadi yang lebih baik (Hakim, dkk, 2019).
Pendidikan karakter juga baik diberikan pada saat seseorang masih kecil,
diberikan pada zaman sekarang dan diberikan kepada siswa sejak dini.
Melalui pendidikan karakter siswa akan terbiasa untuk berperilaku yang baik
bermartabat.
sumber daya manusia dengan karakter yang tanggung jawab, berbudi pekerti
luhur, disiplin dan mandiri, terjadi di semua lembaga pendidikan baik negeri
maupun swasta. Lebih jauh dikatakan bahwa upaya nation and character
Indonesia.
hanya memiliki makna ketika dilandasi nilia-nilai yang berlaku dalam budaya
karakter. Artinya karakter siswa dapat dibentuk melalui budaya sekolah yang
lingkungan, suasana sekolah, rasa, sifat dan iklim sekolah yang secra
sekolah.
bukan dibentuk seperti ilmu pengetahuan, tetapi dibangun melalui contoh dan
teladan yang dilakukan oleh semua warga sekolah yang melibatkan dimensi
berdasarkan nilai-nilai pada hakikatnya akan membentuk anak pada sifat yang
lebih baik dan kearah yang positif. Suasana budaya sekolah yang diciptakan
antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama
yang berlaku di suatu sekolah. Tujuan dari budaya sekolah adalah untuk
komunikasi dan interaksi yang sehat antara kepala sekolah dengan peserta
didik, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, masyarakat dan
menjadi sangat penting dalam membentuk karakter siswa yang lebih kuat.
Proses tersebut menjadi lebih efektif apabila terimplementasi pada anak sejak
usia dini. Demikian halnya pada satuan pendidikan, bahwa penanaman nilai-
sangat mutlak dibutuhkan sebagai fondasi karakter siswa di masa yang akan
datang. Hal ini sangat mendukung tujuan dari pendidikan di sekolah dasar
namun melalui contoh dan teladan yang dilakukan oleh seluruh warga
sekolah.
sekolah seperti banyaknya jam kosong, tidak taat dalam pelaksanaan tata
karakter.
bagian dalam membentuk budaya sekolah yang positif. Oleh karena itu,
dasar, karena sangat dibutuhkan sebagai fondasi karakter siswa di masa yang
sejak dini. Akan tetapi, hal ini bertolak belakang dengan kenyataan yang
peneliti temui di lapangan yang antara lain berupa perilaku siswa yang nakal,
Salah satu pembiasaan yang dilakukan siswa SD Negeri Batu Putih kabupaten
tercantum kedalam nilai-nilai karakter dan budaya bangsa yaitu nilai religius.
di sekolah dasar. Untuk memperoleh hasil penelitian yang terarah dan tepat
diantaranya yaitu:
manfaat teoritis maupun manfaat secara praktis kepada semua pihak yang
tekait:
a. Bagi Sekolah
b. Bagi Pendidik
c. Bagi Peneliti
KAJIAN PUSTAKA
aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh guru dan siswa terhadap semua aspek
formal, informal, dan nonformal yang berjalan terus menerus dengan tujuan untuk
adanya perubahan tingkah laku. Adapun upaya untuk mencapai hal tersebut harus
Pendidikan dapat dilaksanakan secara formal, informal dan nonformal. Selain itu
keterampilan yang baik (Sari, Rachman, & Utari, 2015). Jadi dapat disimpulkan,
bahwa pendidikan merupakan proses interaksi antara guru dan siswa yang
bertujuan untuk menyiapkan siswa agar memiliki kepribadian yang baik sehingga
Wardani, 2015), maka dari itu terdapat dua hal penting yang harus diwujudkan
kualitas akademik, dan membentuk sifat yang berkaitan dengan hati yang
bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia (Ani, 2016). Salah
Istilah karakter dalam bahasa Inggris character, yang berasal dari bahasa Yunani,
character dari kata charasein yang berarti membuat tajam atau membuat dalam.
akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam
agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat (Kurniawan, 2013).
Karakter merupakan sikap dan tingkah laku seseorang yang dapat dinilai
baik atau buruknya melalui kebiasaan yang dilakukan sehari-hari (Nurfirdaus &
serangkaian sikap, perilaku, budi pekerti seseorang yang tertanam dalam dirinya
yang berawal dari pikiran, muncul sebuah keinginan, yang menghasilkan suatu
perbuatan, kemudian menjadi kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan
berulang-ulang. Karakter seseorang dapat terpancar karena dari hasil pola pikir
aturan yang berlaku. Misalnya apabila seseorang berperilaku baik seperti jujur,
disiplin, tanggung jawab maka seseorang itu dapat dikatakan memiliki karakter.
Sebaliknya apabila seseorang itu berperilaku tidak baik maka dapat dikatakan
orang tersebut tidak memiliki karakter. Karakter seseorang akan terlihat dari
Mariawan, 2018).
yaitu faktor lingkungan (nurture) dan faktor bawaan (nature) (Rosyad & Zuchdi,
seseorang yang berasal dari lingkungan eksternal. Misalnya pengaruh dari pola
asuh, pendidikan, media masa, status sosial ekonomi, agama dan lain-lain.
Seorang individu akan berkembang menjadi orang dewasa yang baik, mandiri,
faktor yang dapat mempengaruhi karakter seseorang yang berasal dari keturunan.
Keturunan karakter ini dapat diturunkan dari orang tua melalui unsur gen kepada
anak-anaknya. Contohnya jika anak memiliki bakat baik, maka akan menjadi baik
dan begitu sebaliknya jika anak memiliki bakat jahat, maka ia akan menjadi jahat.
Pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan dari setiap individu untuk
yang unik dan khas, serta memiliki integritas moral yang dapat dipertanggung
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh
yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh Sekolah (Dharma,
Triatna, & Permana, 2013). Lebih lanjut pengembangan karakter bergantung pada
nilai karakter yang diberikan kepada siswa dengan cara pemodelan yang di
Sekolah dapat ditunjukkan oleh perilaku guru kepala sekolah dan semua warga
sekolah. Penjelasan dapat diberikan guru di kelas seperti perilaku yang baik yang
sesuai dengan nilai karakter, sehingga siswa dapat membedakan perilaku yang
baik dan kurang baik. Pembiasaan dapat diberikan guru seperti kegiatan berdoa
sebelum dan setelah belajar. Penguatan dapat dilakukan oleh guru secara terus
menerus sehingga siswa akan terbiasa untuk berperilaku yang baik dan
memiliki empat bagian yaitu akar, batang, cabang dan daun (Harsono & Hastuti,
pembelajaran. Maka dari itu untuk mewujudkan pendidikan karakter ini, perlu
adanya pembinaan bagi guru kemudian membina karakter siswa dan membina
(Anshori, 2014; Sutarmi, Raharjo, & Pramono, 2016). Pada tahap pengetahuan,
manfaat pendidikan karakter. Selanjutnya tahap berbuat, pada tahap ini guru dan
seluruh warga sekolah dapat memberikan contoh berperilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai karakter agar siswa dapat melihat contoh secara nyata. Misalnya
mencontohkan dalam berpakaian yang sesuai dengan aturan yang berlaku, datang
tepat waktu dan berperilaku sesuai dengan tata tertib yang berlaku di Sekolah.
ini harus dilaksanakan secara terus menerus, dengan cara itu diharapkan karakter
siswa akan tertanam dalam diri masing-masing siswa. Terdapat beberapa contoh
seperti sebelum memasuki ruang kelas, menyapa dan mencium tangan guru dan
pegawai tata usaha, orang tua, komite sekolah, dan masyarakat. Selain itu juga
terintegrasi dan saling mendukung (Anzar, 2018; Dianna, 2016; Khodijah, 2017;
Suharni, 2018; Sulfemi, 2018; Suriansyah & Aslamiah, 2015). Apabila semua
akan lebih mudah tercapai, karena siswa akan lebih mudah menerapkan nilai-nilai
melalui pendidikan karakter siswa akan mengenal beragam sifat siswa yang lain,
maka dengan memahami perbedaan karakter itu akan membuat siswa menjadi
Apalagi pada saat mereka lulus, siswa akan menemui teman yang lebih banyak
sebagai pembangunan identitas anak-anak dan remaja dan dapat menjadi sarana
yang relevan untuk pendidikan dan sosialisasi kaum muda. Maka apabila
pendidikan karakter ini diterapkan sejak di Sekolah Dasar dapat memiliki efek
yang positif bagi siswa, terutama dalam pembentukan perilaku siswa (Pattaro,
2016). Selain itu, dapat menyelematkan dari dampak negatif akibat adanya
perkembangan zaman yang semakin maju (Sugiyono, dkk, 2017). Lebih lanjut
pendidikan karakter juga dapat meningkatkan akademik dan perilaku yang baik di
tinggi. Apabila seseorang itu memiliki nilai karakter yang baik seperti jujur,
mandiri, bekerja sebagai kelompok, mengikuti aturan, dapat dipercaya, kuat dan
memiliki etos kerja yang tinggi, maka akan menghasilkan sistem kehidupan sosial
dan terorganisir dengan baik, serta dapat membantu berkontribusi secara positif
kepada masyarakat karena sudah menjadi orang baik dan warga Negara yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila (Daryanto & Darmiatun, 2013). Terlihat bahwa harapan kepada siswa
pikiran yang baik, berhati baik, dan berperilaku yang baik secara agama, bangsa
maupun negara. Apabila karakter sudah tertanam dalam diri masing-masing siswa
akademik saja, melainkan sikap yang dapat membentuk suatu kepribadian yang
baik juga.
karena Indonesia ini merupakan negara yang beragam suku bangsa dan budaya,
maka dengan adanya pendidikan karakter siswa diharapkan menjadi lebih bisa
berbeda suku bangsa, maka akan muncul sikap toleransi, sehingga dapat
menghargai perbedaan itu dan tidak menimbulkan perpecahan satu sama lain.
mulia, kompetensi akademik yang utuh, dan memilliki kepribadian yang sesuai
Terdapat enam jenis agama yang ada di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Kristen
Protestan, Hindu Budha, dan Konghucu. Maka dari itu, kehidupan masyarakat
nilai yang mengatur untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik.
Ketiga, budaya. Manusia merupakan makhluk sosial, dimana makhluk sosial itu
yang diakui oleh masyarakat tersebut. Nilai budaya ini menjadi sumber nilai
berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Sehingga
karakter.
No Nilai Deskripsi
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran yang dianutnya, toleransi
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur Perilaku yang berdasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
No Nilai Deskripsi
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai peraturan.
5 Kerja Keras Prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi hambatan belajar dan
tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya.
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sesama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
10 Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara
diatas kepentingan peribadi dan kelompoknya.
11 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan, fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
12 Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
No Nilai Deskripsi
Prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat serta mengajui dan menghormati
keberhasilan orang lain.
13 Barsahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
Komunikatif berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan
kepada dirinya
16 Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
Lingkungan mencegah kerusakan pada lingkungan alam
sekitarnya, dan mengembangan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18 Tanggung Jawab Sikap dan tindakan seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial, dan budaya) Negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber : (Kurniawan, 2013)
Selain penjelasan yang disampaikan diatas, berikut merupakan penjelasan
1. Nilai religius
menghargai terhadap ibadah agama yang lain dan hidup dengan akur bersama
dengan pemeluk agama lain yang berbeda (Dewi, dkk, 2019). Adapun tujuan dari
yang diajarkan agama dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh ajaran agama.
Selain itu juga mempersiapkan untuk dapat menjalin interaksi kepada sesama
manusia, baik dengan yang sesama satu agama maupun dengan yang berbeda
agama. Maka dari itu akan terjalin hubungan secara vertikal maupun horizontal,
yaitu hubungan dengan pencipta dan hubungan dengan sesama makhluk ciptaan-
fokus untuk mengembangkan karakter religius, yaitu ajaran dasar agama harus
benar-benar ditanamkan dimulai dari keimanan, ritual keagamaan dan juga moral
sehingga tidak ada lagi perilaku yang menyimpang, pendidikan agama harus
benar-benar diajarkan kepada siswa seperti berperilaku yang sesuai dengan ajaran
agama sehingga karakter akan terbentuk oleh sendirinya dan adanya dukungan
dari semua unsur yang terlibat di Sekolah mulai dari visi misi, tujuan Sekolah,
program Sekolah, sarana dan prasarana, guru dan seluruh unsur yang berkaitan
fakta dan keyakinan sebagaimana adanya (Paimun & Masruri, 2014). Diperkuat
dengan pernyataan lain bahwa sikap jujur ini terlihat pada perilaku dalam
kehidupan sehari-hari baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, baik
Namun karakter jujur masih belum tampak semuanya pada diri siswa. Hal
bahwa nilai kejujuran belum teraktualisasi dengan baik karena faktor negatif dari
lingkungan sosial dan media masa (Rosyad & Zuchdi, 2018). Faktor negatif yang
berasal dari lingkungan sosial ini misalnya guru yang tidak mau menerima usulan
siswa, teman sekelas yang tidak mendukung sehingga siswa yang bersangkutan
3. Nilai Toleransi
adanya perbedaan, sikap saling menghargai. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
dari ditanamkannya nilai toleransi yaitu supaya siswa memiliki pengetahuan dan
dan saling menghargai satu sama lain. Nilai toleransi dapat diimplementasikan di
untuk melatih dan membiasakan siswa agar perilakunya baik (Anderson & Putri,
2017). Namun pada kenyaatannya masih ditemukan beberapa siswa yang belum
menunjukkan sikap toleransi karena disebabkan beberapa faktor, sesuai dengan
pernyataan berikut bahwa siswa memiliki toleransi yang kurang baik dalam proses
pembelajaran yang berlangsung, disebabkan adanya faktor dari diri siswa dan
sehingga guru menerapkan nilai toleransi kepada siswa membutuhkan waktu yang
4. Nilai Disiplin
dalam melakukan sesuatu, baik dalam hal waktu saat melakukan kegiatan dan
dan standar sehingga menumbuhkan pengertian yang mendalam. Kedua sikap taat
dan tertib sebagai hasil dan pengembangan dari latihan, pengendalian fikiran dan
untuk menaati segala hal dengan taat dan tertib (Raikhan, 2018).
terlepas dari aturan, yang terdiri dari aturan kelas dan Sekolah. Kedua aturan
tersebut sama-sama memiliki peran yang cukup penting agar disiplin dapat
tercapai dalam suatu Sekolah. Adanya kedua aturan tersebut juga, siswa dapat
mengetahui dengan jelas apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan,
2018; Wuryandani Wuri, Bunyamin Maftuh, & Dasim, 2014). Terdapat beberapa
faktor yang dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu, seperti yang
pertama teladan adalah perbuatan yang dapat memiliki pengaruh terhadap karakter
siswa, sehingga faktor teladan dalam disiplin sangat penting bagi disiplin siswa.
sehingga siswa akan terbiasa dan dapat membentuk karakter disiplin (Raikhan,
2018).
Nilai kerja keras ditunjukkan dengan sifat siswa yang selalu berusaha
mencapai cita-cita yang diinginkan. Selain itu juga selalu berpikir positif dan tidak
2017). Pernyataan di atas diperkuat dengan pernyataan lain bahwa kerja keras
dikenal dengan semangat untuk melakukan kegiatan tanpa mengenal rasa lelah
kerja keras, seperti siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran karena
(Purwanti, 2016).
6. Nilai Kreatif
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki (Kurniawan, 2013). Melalui
kreatif siswa dapat berpikir dan menghasilkan sesuatu dengan cara ataupun hasil
yang baru dari sesuatu yang dimiliki sebelumnya (Maryati, Triwoelandari, &
Hakiem, 2017). Adapun kriteria nilai kreatif dapat dilihat dari ciri-ciri seperti
untuk menganalisis serta menciptakan sesuatu hal yang baru sebagai solusi
siswa dapat berpikir dan menghasilkan sesuatu dengan cara atau hasil yang baru,
dengan cara yang siswa temukan sendiri dan menyampaikannya di depan kelas.
aktif bertanya di kelas, suka mengantuk dan ramai sendiri dikelas serta siswa tidak
mau masuk ke kelas. Faktor penyebabnya adalah kurang kreatifnya guru dan
memposisikan siswanya sebagai objek didik, yang harus mendengarkan apa yang
bertanya. Siswa yang sering bertanya masih dianggap sebagai siswa yang “bodoh”
padahal semakin aktif siswa bertanya berarti hal positif bagi mereka untuk banyak
7. Nilai Mandiri
Nilai mandiri ditunjukkan dengan sikap siswa yang melakukan sendiri tugas
kelas yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung dan memiliki
dengan pengertian nilai mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Kurniawan, 2013).
Diperkuat juga dengan pernyataan lain bahwa karakter mandiri memiliki peran
yang penting bagi masa depan siswa seperti menjadikan kehidupan yang lebih
baik, siswa tidak bergantung terhadap bantuan orang lain dan juga dapat
Lebih lanjut dijelaskan bahwa, nilai mandiri dapat diberikan kepada siswa
saat pembelajaran di kelas, seperti guru dapat memberikan tugas kepada siswa,
masih tergantung dengan orang lain, seperti anak yang tidak diberikan fasilitas
dirinya sendiri. Anak cenderung menjadi pemalu dan dipenuhi rasa keragu-
raguan. Hal ini menyebabkan anak menjadi tidak mandiri (Husna, 2017).
8. Nilai Demokratis
kelompok atau musyawarah kelas siswa akan melakukan interaksi dengan orang
lain, pada kegiatan itu akan terlihat cara siswa berinteraksi, melihat cara siswa
saat menghargai orang lain, sikap toleransi mereka terhadap orang lain, dan cara
Nilai rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan
didengar (Kurniawan, 2013). Diperkuat juga dengan pernyataan lain bahwa
indikator dari rasa ingin tahu siswa antara lain: aspek keinginan yang positif,
rasa ingin tahu, sesuai dengan pernyataan yang menunjukkan bahwa karakter rasa
ingin tahu dapat tampak pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor pribadi,
kontekstual, dan situasional. Pendidikan karakter rasa ingin tahu tertanam pada
diri seseorang apabila terdapat keinginan untuk menjawab suatu hal yang ingin
diketahui baik dari dalam maupun luar diri (Prasetyo, 2017). Maka apabila tidak
tertanam dalam dirinya maupun dari luar diri, perilaku rasa ingin tahu tidak akan
dengan mengikuti kegiatan upacara bendera tiap hari senin dan hari nasional.
Selain itu juga dapat melalui kegiatan kerukunan antar bangsa (Sutarmi, Raharjo,
hari di Sekolah seperti kegiatan upacara bendera dan perayaan hari Nasional.
Nilai karakter cinta tanah air merupakan perasaan untuk mencintai bangsa
bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan karakter cinta tanah air dapat diajarkan
kepada siswa sebelum masuk kelas, selama proses pembelajaran, dan kegiatan
2018).
Nilai karakter menghargai prestasi pada siswa dapat diberikan dengan cara
memberikan tepuk tangan pada saat terdapat teman yang memenangkan suatu
lomba dan diumumkan di depan orang banyak. Melalui cara seperti itu maka akan
sehingga dapat berguna bagi nusa bangsa dan agama. Selain itu juga dapat
(Hakim, Firmansyah, & Yenil, 2019). Namun terdapat beberapa faktor yang dapat
banyaknya siswa yang meremehkan prestasi siswa yang lain. Selain itu juga
terdapat siswa yang meniru karya orang lain dan merasa tidak percaya diri dengan
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan dan bekerja sama dengan
dengan sikap seseorang yang berbicara dengan menggunakan bahasa yang santun,
membangun hubungun yang baik dengan cara menunjukkan rasa simpati dan
empati kepada setiap orang. Selain itu pada saat kerja sama, seseorang yang
memiliki kemampuan untuk memahami pikiran, sikap dan perilaku orang lain dan
dapat memahami maksud dari orang lain, sehingga dapat disenangi oleh setiap
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Sesuai
mengajarkan untuk tidak memiliki rasa dendam. Maka dari itu nilai karakter cinta
damai akan membiasakan siswa agar menyelesaikan masalah tidak dengan cara
mendatangi tempat toko buku (Hidayat, Ahmad, & Hamzah, 2018). Penanaman
nilai karakter gemar membaca dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti
(Sari, 2018). Selain itu adanya sudut baca di masing-masing kelas membuat siswa
dapat menambah keinginan siswa untuk membaca buku. Seperti pernyataan yang
menjelaskan bahwa sudut baca dapat menumbuhkan karakter gemar baca, karena
siswa dapat dimudahkan pada saat memilih buku bacaan yang diinginkan
pentingnya membaca, kurangnya arahan dan keteladanan orang tua dan guru.
Buku yang menarik sulit diakses sehingga dapat menghambat keinginan untuk
Sekolah (Sabardila et al., 2019). Diperkuat juga oleh pernyataan lain bahwa
merawat taman milik kelas, kegiatan biopori, kegiatan bersih lingkungan, bank
sampah dan sebagainya (Novianti & Mushafanah, 2019). Selain itu karakter
peduli lingkungan tumbuh karena siswa memiliki kesadaran dan terbiasa untuk
tidak tumbuh kesadaran karena sebagian warga sekolah lainnya dibiarkan dan
seseorang yang memiliki kepedulian sosial terhadap orang lain. Seseorang yang
sudah memiliki nilai kepedulian sosial makan akan menunjukkan perilaku yang
Diperkuat juga oleh pernyataan lain bahwa melalui peduli sosial siswa tidak hanya
sosial yaitu masih kurangnya kesadaran dari siswa diri siswa akan pentingnya
peduli sosial dalam kehidupan, dan masih ada beberapa pihak yang tidak ikut
Nilai tanggung jawab dapat dilihat apabila siswa melaksanakan tugas atau
keputusan dan mampu menghadapi akibat yang terjadi. Nilai tanggung jawab
penting ditanamkan sejak dini, untuk membiasakan agar memiliki tanggung jawab
pada semua hal, seperti datang tepat waktu ke Sekolah, melaksanakan tugas piket
kelas dan tepat waktu untuk mengumpulkan tugas yang diberikan guru (Purwanti,
2016). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat lain yang menyatakan bahwa
sebuah tema, misalnya siswa bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk menanamkan
sikap tanggung jawab kepada siswa, seperti memulai dari tugas-tugas sederhana,
siswa merupakan salah satu cara untuk menanamkan sikap tanggung jawab
mikro (Sardjijo & Ali, 2017). Implementasi pendidikan karakter secara makro
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
dapat berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yaitu dalam satuan pendidikan,
bukan hanya pada sektor pendidikan nasional saja, melainkan harus adanya
keterlibatan aktif dari sektor-sektor pemerintahan lainnya. Pada tahap evaluasi
mendatang.
pengalaman yang nyata bagi siswa dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
sebagai misi dari setiap mata pelajaran (Rizal & Munip, 2017). Apabila
pendidikan karakter digunakan sebagai mata pelajaran, maka pada prosesnya ada
proses pembelajarannya guru dapat mengajarkan salah satu mata pelajaran yang
yang lainnya yaitu menumbuhkan nilai pendidikan karakter dapat melalui strategi
dan metode pembelajaran (Rizal & Munip, 2017). Misalnya guru membiasakan
siswa untuk menggunakan metode tanya jawab mengenai materi yang diajarkan,
siswa dilatih untuk selalu berdoa dan bersyukur dalam kegiatan apapun, jujur
jawab dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, serta bertoleransi terhadap
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa berperan aktif selama proses
segala sesuatu yang kurang siswa pahami, dan diberi kesempatan untuk menjawab
atau menanggapi mengenai pertanyaan yang diberikan oleh guru atau temannya
rencana pembelajaran, seperti silabus dan RPP. Pada saat pengintegrasian tersebut
sekolah dasar (Akbar, S., 2011: 12-13). Pertama, pendidikan karakter di sekolah
yang benar. Kedua, hampir di seluruh sekolah dasar yang diteliti belum
praktik pendidikan di sekolah dasar. Keempat, visi, misi, dan tujuan pendidikan
karakter di sekolah dasar masih didominasi oleh guru dan kepala sekolah.
Keenam, ditemukan perilaku siswa, guru, dan kepala sekolah yang kurang
karakter pada anak usia sekolah dasar membutuhkan perhatian yang serius oleh
semua pihak terkait, terutama pihak sekolah dasar yang menjadi pusat pendidikan
penanaman karakter pada siswa sekolah dasar juga perlu dibangun pada ranah
keseimbangan olah pikir, rasa/karsa, hati, dan raga pada siswa dapat dibiasakan
sejak usia dini. Melalui keseimbangan tersebut, siswa akan termotivasi secara
sehari-hari.
Indonesia yang berkarakter dan berkepribadian Pancasila. Hal ini terkait dengan
dimana peserta didik dapat menggali nilai-nilai dari dirinya sendiri dan dari
lingkungan belajarnya;
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang
manfaat;
(2008), terdapat tiga aspek yang berkaitan erat dengan mutu suatu sekolah, salah
satunya yaitu kultur sekolah. Perbedaan kultur sekolah secara otomatis akan
sekolah yang berhasil membangun kultur sekolah yang baik akan menghasilkan
prestasi tidak hanya akademik saja tetapi juga menghasilkan kultur sekolah
sebagai keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat
memiliki sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan sejumlah kultur
masalah yang berhasil baik serta dianggap valid dan akhirnya diajarkan ke warga
baru sebagai cara-cara yang dianggap benar dalam memandang, memikirkan, dan
bersama yang dapat dipelajari dan teruji dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi sekolah.
Menurut John P. Kotter (dalam Moerdiyanto, 2012: 6), kultur sekolah terdiri
dari dua lapisan utama yaitu lapisan yang nyata atau dapat diamati dan lapisan
terjadi di setiap sekolah. Menurut Moerdiyanto (2012: 8), kultur baru di sekolah
dapat dilakukan dengan melalui beberapa cara, diantaranya yaitu:
lama yang masih relevan, memperkenalkan kultur baru dan landasan nilai-nilai
maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah (Hasan, et al, 2010). Kultur
keunikan berdasarkan pola interaksi komponen warga sekolah secara internal dan
eksternal.
yang lain yang memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan. Oleh
karena itu, dengan memahami ciri-ciri kultur sekolah akan dapat dilakukan
Interaksi internal dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan dan
Intervensi
Struktural
Sikap dan
Kultur Hasil Belajar
Perilaku
Sekolah PBM dan Karakter
Guru
Siswa
Intervensi
Kultural
1. Personal mastery
2. Shared vision
Visi sekolah dipahami dan disepakati oleh semua warga sekolah, sehingga
3. Mental model
4. Team learning
Setiap warga sekolah harus menyadari posisinya sebagai anggota tim yang
memiliki tugas dan fungsi masing-masing.
5. System thinking
Warga sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar harus memiliki pola
dalam kultur sekolah yaitu perilaku setiap individu dalam lingkungan sekolah.
Menurut Jalal, F., et al (2011: 9), pada hakekatnya pendidikan karakter merupakan
pembiasaan dan penguatan secara kontinyu dalam kultur sekolah. Hal tersebut
pengarahan, dan keteladanan. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu
individu di lingkungan sekolahyang terikat oleh berbagai aturan dan norma yang
sendiri dalam fungsi totalitas psikologis dan sosial-kultural terdiri dari proses
yang saling berkaitan antara olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan
Olah Olah
Hati Pikir
Olah Olah
Raga Rasa/Karsa
Ramah, saling menghargai,
Bersih dan sehat,
toleran, peduli, suka menolong,
disiplin, sportif,
gotong-royong, nasionalis,
tangguh, andal,
kosmopolit, mengutamakan
berdaya tahan,
kepentingan umum, bangga
bersahabat,
menggunakan bahasa dan
kooperatif,
produk Indonesia, dinamis, kerja
determinatif,
keras, dan beretos kerja
kompetitif, ceria,
pihak di sekolah, yang mana figur seorang individu akan mempengaruhi individu
yang lainnya. Sedangkan untuk strategi pengajaran sendiri lebih menekankan pada
ditanamkan pada diri siswa. Dari dua strategi tersebut, juga diperlukan strategi
penguatan yaitu berupa proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus
penguatan yang secara kontinyu, penerapan nilai-nilai karakter oleh siswa akan
terlepas dari peran semua pihak di sekolah. Seorang kepala sekolah mempunyai
sekolah. Namun yang sering terlupakan yaitu peran siswa yang selama ini hanya
terutama pada kultur sekolah. Hal ini mengingat proses interaksi dalam kultur
sekolah juga terjadi antar sesama siswa. Oleh karena itu, siswa dapat diberikan
nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah dan siswa juga layak dilibatkan
are widely shared pivotelly important, core, ethical values, such as caring,
behaviour;
comprehensive approach that promotes the core values in all phases of life;
8. staff must become a learning and moral community in which all shared
responsibility for character education and attempt to adhere to same core
10. program must recruit parent and community members as full patners;
langkah yang diambil harus sesuai dengan konteks kebutuhan ataupun kondisi
sekolah. Sehingga dapat dimaknai bahwa kondisi kultur sekolah dalam pendidikan
lakukan adalah:
informan penelitian dari guru dan siswa saja maka penelitian ini mengambil
informan guru, siswa, orang tua siswa, serta warga di lingkungan sekolah.
Ika Pujiastuti Ningsih dengan penelitian ini adalah terletak pada fokus
penelitian yang ingin di teliti. Penelitian Ika Pujiastuti ingin melihat penerapan
pendidikan karakter dalam fokus mata pelajaran saja, yaitu mata pelajaran
lingkungan SD.
penelitian Wahyu Sri Wilujeng dengan penelitian ini adalah penelitian Wahyu
Sri Wilujeng hanya meneliti pendidikan karakter di fokus keagamaan saja yang
terletak pada fokus penelitian yang ingin di teliti. Penelitian Nur Azizah ingin
melihat penerapan pendidikan karakter dalam fokus mata pelajaran saja, yaitu
mata pelajaran Agama Kristen, dan terfokus dalam suasana pembelajaran saja.
sekolah nya.
penelitian ini adalah terletak pada objek yang ingin diteliti hasilnya. Jika
membentuk peserta didik memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa serta
kultur sekolah yang menjadi area implementasi yaitu lapisan nilai dan keyakinan
serta lapisan artifak. Lapisan nilai dan keyakinan diwujudkan dalam bentuk nilai-
nilai karakter yang menjadi fokus implementasi dalam pendidikan karakter.
dan dokumen sekolah. Selain itu, perwujudan lapisan artifak juga diwujudkan
dalam bentuk perilaku warga sekolah melalui program- program yang telah
warga sekolah maupun orang tua siswa. Pelaksanaan pendidikan karakter dalam
kultur sekolah yaitu berupa penanaman nilai karakter pada siswa melalui
siswa secara terus menerus. Pembiasaan tersebut diciptakan dalam suatu kondisi
Dampak
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan
perbuatan-perbuatan manusia.
terjadi, dan memberikan gambaran akurat dari sebuah data, menggambarkan suatu
Jayapura Distrik Sentani Timur. Penelitian ini mengambil informan kunci kepala
sekolah. Selanjutnya data yang diperoleh dari informan kunci ditambah dengan
data dari informan tambahan yaitu orang tua, guru, dan siswa yang berada di SD
bermakna secara utuh objek terhadap suatu gejala untuk memperoleh kebenaran.
Proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah secara partisipasif dan
peneliti sendiri berperan sebagai instrumen kunci yang harus mempersiapkan diri
untuk berpartisipasi secara utuh. Untuk itu peneliti dituntut harus mampu
mengikuti pola dan perilaku kehidupan objek penelitian, baik dalam melakukan
wawancara maupun observasi. Peneliti harus mengikuti arus informasi dan bukan
peneliti.
hasil observasi pra penelitian. Pertimbangan tersebut yaitu SD Negeri Batu Putih
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
dokumentasi.
yaitu kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa di SD Negeri
Batu Putih. Teknik wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data secara
2. Teknik Observasi
dilakukan setelah melalui proses perekaman data awal yaitu data hasil wawancara
kisi instrumen.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini berupa perekaman data berupa objek gambar atau
peristiwa, maupun dokumen arsip. Untuk data berupa gambar dapat diperoleh
dengan mengambil objek gambar pada berbagai situasi yang sesuai dengan data
dokumen sekolah untuk melengkapi dan memperkuat data yang telah didapatkan
1. Pedoman Wawancara
berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat oleh peneliti dan telah dilakukan
expert- judgement dari salah satu ahli pendidikan karakter di perguruan tinggi
N
Tema Aspek Sumber Informasi
o
1 Perencanaan Pendidikan Grand design Kepala Sekolah & Guru
Karakter pada Budaya Perancangan program Kepala Sekolah, Guru,
Sekolah & Karyawan
Nilai-nilai karakter yang Kepala Sekolah & Guru
dikembangkan
Kebijakan sekolah Kepala Sekolah, Guru,
& Karyawan
Sosialisasi kebijakan Kepala Sekolah, Guru,
Karyawan, Siswa, &
Orang Tua
Fasilitas/perangkat Kepala Sekolah, Guru,
pendukung & Karyawan
Pelatihan tim pelaksana Kepala Sekolah & Guru
2 Pelaksanaan Pendidikan Strategi implementasi Kepala Sekolah & Guru
Karakter pada Budaya Pihak yang berperan Kepala Sekolah, Guru,
Sekolah Karyawan, & Siswa
Proses pelaksanaan Kepala Sekolah, Guru,
Karyawan, Siswa, dan
Orang Tua
Monitoring Kepala Sekolah, Guru,
& Karyawan
Persepsi warga sekolah Kepala Sekolah, Guru,
Karyawan, Siswa,
Orang Tua
3 Evaluasi Pendidikan Pengukuran hasil Kepala Sekolah, Guru,
Karakter pada Budaya & Karyawan
Sekolah Hambatan Kepala Sekolah, Guru,
Karyawan, & Siswa
Solusi hambatan Kepala Sekolah, Guru,
Karyawan, & Siswa
2. Lembar Observasi
kelengkapan data dari instrument penelitian yang lain. Lembar observasi ini
disusun berupa daftar tabel yang berisikan pokok-pokok bahasan yang akan
Batu Putih yang terkait dengan pendidikan karakter, baik dari sisi perencanaan,
No Tema Aspek
1 Perencanaan Pendidikan Karakter pada Fasilitas/perangkat
Budaya Sekolah pendukung
2 Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Proses pelaksanaan
Budaya Sekolah
dokumen sekolah.
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
Penyajian
Pengumpulan Data
Data
Kesimpulan-
kesimpulan:
Reduksi Penarikan/Veri
Data fikasi
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
selanjutnya.
data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola
dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (flow
chart), dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk ini akan memudahkan
selanjutnya.
Dalam penelitian kualitatif ini akan diungkapkan makna dari data yang
masalah yang dirumuskan sejak awat, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada
di lapangan.
awal, tetapi mungkin tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja penelitian mestilah
1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan
apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas
2. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang
3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan
fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang
Secara spesifik, ketiga tahap diatas dapat dijabarkan dalam lima langkah
1. Rumusan masalah
harus mengksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara
penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk
lapangan atau sitiasi sosial tertentu. Hal itu dapat terjadi bila fokus masalah yang
telah dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan
penelitian.
2. Pengumpulan data
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dengan
terkumpulnya data yang dapat dari penelitian maka peniliti dapat menemukan
adalah menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal
ini terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan misalnya
Pada penelitian yang lain pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan
pemaknaan data dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang
sama dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan
pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi
informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan
kerangka pikir dalam penyususnan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan
tujuan. Teori sebagai alat dimaksud bahwa dengan teori ada peneliti dapat
sebagai tujuan mengandung makna bahwa temuan penelitian dapat dijadikan suatu
teori baru.
Dalam konteks yang seperti ini, pelapor hasil penelitian secara tertulis memiliki
a. Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para peneliti
d. Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pada
kepentingan penelitian
kondisi lapangan untuk saling mendukung dalam proses pemerolehan data. Hal
tersebut dimaksudkan agar memperoleh data secara komprehensif yang
terkait dengan data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1. Triangulasi Sumber
mengecek data yang telah diperoleh melalui sumber data. Yaitu melali
pembandingan data hasil wawancara dengan kepala sekolah dengan data hasil
sekolah, siswa, orang tua siswa, dan warga di lingkungan sekitar sekolah.
2. Triangulasi Teknik
mengecek data kepada sumber dengan teknik yang berbeda. Yaitu melalui