Anda di halaman 1dari 11

1

MEMBANGUN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN


KIMIA BERPENDEKATAN SETS (SAINS, ENVIRONMENT,
TECKNOLOGY, AND SOCIETY)
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2010 mengangkat


tema ‘Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa’. Tema
tersebut menunjukkan komitmen kementerian pendidikan nasional yang bertekad
untuk melaksanakan revitalisasi pendidikan karakter (wahyudi, 2010). Pendidikan
karakter sangat penting, hal ini sebagaimana disampaikan Mendiknas Mohammad
Nuh, pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa,
karakter yang dijiwai nilai-nilai luhur bangsa. Pembangunan pendidikan karakter
ini sangat penting, hal ini tidak lepas dari kondisi karakter bangsa Indonesia yang
semakin lemah (wahyudi,2010).
Proses degradasi nilai dan moral telah mengalami proses yang lama hingga
memunculkan karakter manusia Indonesia yang cenderung memiliki nilai-nilai
yang mengagungkan dan mengukur keberhasilan seseorang dari aspek kebendaan.
Sebagai contoh, perilaku korupsi bahkan dikatakan telah membudaya di
Indonesia. Jika pembudayaan nilai-nilai menyimpang tersebut pada dasarnya juga
adalah hasil proses pendidikan (karena pembudayaan tidak bisa dilepaskan dari
pendidikan), maka dapat dikatakan pula bahwa ada yang salah dalam proses
pendidikan di negeri ini dalam waktu yang lama sehingga melahirkan generasi
masyarakat yang kurang berkarakter Pancasila. Pendidikan di Indonesia ditengarai
kurang berbasis pada pendidikan karakter Pancasila, melainkan lebih
mendominankan atau menyombongkan pendidikan yang takabur pada keunggulan
berpikir logika kognitif belaka (Husen, 2010).
Kehidupan masyarakat Indonesia yang terkenal dengan kehidupan yang
bernorma dan berbudaya, dewasa ini semakin mengalami penurunan. Hal tersebut
terjadi karena banyak faktor, diantaranya adanya krisis moral pada generasi muda
sebagai akibat kurangnya penerapan nilai-nilai yang telah mereka dapatkan di
Sekolah. Kurangnya penerapan nilai-nilai budaya luhur dapat terlihat dengan
semakin maraknya tawuran antar pelajar, geng motor, pengguna narkoba
dikalangan remaja semakin merajalela, bahkan kehidupan seks bebas pun sudah
menjadi hal yang biasa. Prilaku-prilaku yang demikian tidak mencerminkan
karakter yang selama ini bangsa Indonesia banggakan. Solusi alternatif dari
masalah tersebut salah satunya adalah perlu adanya pendidikan karakter pada
pembelajaran di Sekolah. Pihak sekolah maupun pendidik harus cerdas dan
terampil untuk mengemas semua ide pembelajaran sehingga secara tidak langsung
mampu membangun karakter siswa.
Pendidikan karakter memiliki kaitan erat dengan pengembangan soft skill.
Karakter bangsa yang memiliki nilai-nilai luhur akan terwujud jika
pengembangan soft skill sumber daya manusianya berjalan dengan baik.
Pengembangan soft skill bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui
pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas hendaknya mampu mengasah semua
potensi siswa sehingga keterampilan soft skill bisa dikembangkan sejak usia
muda.
2

Pendidikan karakter bisa diterapkan dalam berbagai tingkat satuan


pendidikan, dalam artian setiap satuan pendidikan bisa mulai menggalakan dan
melaksanakan secara bertahap pembangunan karakter siswa melalui berbagai cara,
diantaranya melalui penerapan model, metode atau pendekatan selama proses
pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas merupakan waktu yang sangat tepat
untuk mengembangkan soft skill yang akan menjadi modal dasar pembangunan
karakter pada diri siswa. Pembelajaran yang bervariatif dan dikemas dengan baik
akan mampu menjadi cara untuk mengembangkan soft skill yang efektif, sehingga
pembangunan karakter bisa dibangun dengan baik.
Ilmu kimia merupakan ilmu yang menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan
yang lain, seperti kedokteran, farmasi, geologi, teknik dan lain-lain. Ilmu kimia
tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi
kesejahtraan manusia, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan
seseorang untuk memahami berbagai pristiwa alam yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi dan perubahannya,
menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengemukakan
gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja (BSNP, 2010).
Karakteristik ilmu kimia ini menunjukan bahwa kimia sebagai ilmu bisa dijadikan
alat untuk membantu pendidikan karakter melalui pengembangan berbagai
keterampilan soft skill yang akan bermuara pada pembentukan karakter siswa.
Upaya untuk mencapai karakter siswa ini, diperlukan suatu proses
pembelajaran kimia yang mampu mengarahkan dan merujuk pada semua potensi
siswa. Terutama pengembangan soft skill siswa sehingga pondasi-pondasi
karakter siswa bisa terwujud. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dikemas
dengan model, metode ataupun pendekatan yang merujuk pada pengembangan
soft skill siswa yang menjadi modal dasar karakter siswa. Pendekatan
pembelajaran yang mampu merujuk pada semua potensi siswa adalah
pembelajaran berpendekatan SETS (Sains, Environment, Technology, Society).
Pembelajaran kimia dengan pendekatan SETS ini mampu melatih dan
mengkombinasikan seluruh potensi siswa dalam hal pengetahuan sainsnya,
lingkungannya, teknologi serta kehidupan sosialnya. Pada pembelajaran
berpendekatan SETS, guru menyajikan materi kimia dengan mengkaitkannya
pada sains, lingkungan, teknologi dan sosial. Harapannya empat hal dalam
pendekatan tersebut terkombinasikan menjadi keterampilan soft skill yang akan
menjadi modal dasar karakter siswa yang selama ini menjadi harapan bangsa
Indonesia.

Tujuan penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui,


mengembangkan dan memperkenalkan salah satu cara membangun karakter siswa
melalui pengembangan soft skill siswa dengan pembelajaran kimia di sekolah
dengan menggunakan pendekatan SETS (sains, environment, technology, and
society)

Manfaat Penulisan
3

Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini adalah adanya
salah satu acuan cara untuk membangun karakter siswa melalui suatu
pembelajaran di sekolah, sehingga pembangunan karakter bisa diterapkan dalam
semua mata pelajaran yang ada di sekolah oleh setiap guru mata pelajaran
tersebut. Cara yang ingin dijadikan acuan tersebut adalah pembelajaran dengan
pengembangan soft skill melalui pembelajaran berpedekatan SETS.

GAGASAN

Pembangunan Karakter siswa melalui Pendidikan karakter

Koesoema, A. D. (2007) mengatakan bahwa karakter merupakan struktur


antropologis manusia. Pendidikan karakter akan memberikan bantuan sosial agar
individu dapat tumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama
dengan orang lain di dunia. Pendidikan karakter di Indonesia telah lama berakar
dalam tradisi pendidikan. Ki Hadjar Dewantara, Soekarno, Hatta dan para pejuang
yang lainnya, telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai
pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan
situasinya.
Pembentukan karakter (kepribadian) seorang manusia ditentukan oleh dua
faktor, yaitu nature (faktor alami atau fitrah) dan nurture (sosialisasi dan
pendidikan). Fitrah manusia menurut perspektif agama adalah cenderung kepada
kebaikan, namun pengaruh lingkungan dapat mengganggu proses tumbuhnya
fitrah. Faktor lingkungan, yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi
dapat menentukan ”buah” seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari seorang
anak (Megawangi, 2007). Jadi sebuah bangsa akan terbentuk menjadi bangsa yang
berkarakter dengan adanya pengasuhan, pendidikan, dan sosialisasi positif dari
lingkungan sekitanya. Sekolah merupakan tempat yag sangat strategis dalam
membangun karakter siswa. Hal ini dikarenakan di sekolah tempat yang efektif
membina dan mendidik generasi muda supaya memiliki karakter melalui berbagai
mata pelajaran yang diajarkan.
Di dalam Kebijakan Nasional (2010) tersebut karakter diartikan sebagai
“... nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri
dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku”. Sedangkan karakter bangsa
adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin
dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang
atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku
kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran,
pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip
Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen terhadap NKRI.
Indonesia Heritage Foundation merumuskan sembilan karakter dasar yang
menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah; 1) cinta
4

kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri,
3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama, 6) percaya
diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan,
baik dan rendah hati, dan 9) toleransi, cinta damai dan persatuan. ( Husen et al,
2010)
Karakter-karakter bangsa tersebut dapat terwujud jika ada usaha bersama
untuk membangun karakter siswa yang selama ini dicita-citakan. Dalam hal ini,
pembangunana karakter siswa bukan hanya tugas dari pemerintah tetapi
merupakan tugas bersama seluruh elemen bangsa Indonesia. Secara sistemik,
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter tersebut ditampilkan dalam gambar
sebagai berikut :
BANGSA YANG
PERMASALAHAN BERKARAKTER
BANGSA

1) rasa cinta
1. Disorientasi dan kepada Tuhan
belum dihayatinya Yang Maha Esa
nilai-nilai pancasila
dan BANGSA
2. Keterbatsan
kebijakan terpadu
Ciptaannya, 2) YANG
Pembangunan karakter
dalam mewujudkan tanggung MERDEKA
bangsa
nilai-nilai pancasila jawab, disiplin ,
RAN : BERSATU,
3. Bergesernya nilai POLHUKAM dan mandiri, 3)
etika dalam BERDAUL
KESRA kejujuran, 4)
berbangsa dan PEREKONOMIAN AT ADIL
hormat dan DAN
bernegara
4. Mundurnya
santun, 5) kasih MAKMUR
kesadaran terhadap sayang, peduli,
nilai-nilai budaya dan kerjasama,
bangsa 6) percaya diri,
5. Ancaman diistergrasi kreatif, kerja
bangsa
keras, dan
6. Melemahnya Strategi :
pantang
kemandirian bangsa sosialisasi/penyada
ran, pendidikan, menyerah, 7)
pemberdayaan, keadilan dan
pembudayaan dan kepemimpinan,
kerjasama 8) baik dan
rendah hati, 9)
toleransi, cinta
damai, dan
persatuan
LINGKUNGAN KONSENSUS
NASIONAL :
STRATEGIS : 1. PANCASILA
Global
regional, 2. UUD 45
nasional 3. Bhineka Tunggal
Ika
4. NKRI

Gambar 1. Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa


Sumber :Kementrian Koordinator Kesejateraan Rakyat Republik Indonesia (2010)
Skema alur pikir pengembangan karakter tersebut, memberi gambaran
untuk mencapai bangsa yang berkarakter harus menggunakan berbagai strategi,
adapun strategi dalam alur pikir pembangunan karakter bangsa antara lain :
sosialisasi/penyadaran, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama.
Salah satu strategi pembangunan karaker yang akan efektif adalah melalui
pendidikan, terutama pendidikan di Sekolah pada berbagai tingkatan, baik sekolah
dasar, menengah maupun tinggi. Pemerintah melalui kementrian Pendidikan
Nasional mengupayakan karakter bangsa melalui pendidikan karakter yang
5

dimasukan dalam standar kompetensi lulusan kurikulum tingkat satuan


pendidikan. Dalam pelaksanaan strategi pendidikan karakter, pemerintah
memberikan keleluasaan kepada tingkat satuan pendidikan untuk menterjemahkan
pendidikan karakter bangsa tersebut.
Pada tataran mikro, pendidikan karakter ditata sebagai berikut
(Kemdiknas, 2010:13) :
a. Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat pilar,
yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk
budaya satuan pendidikan (school culture); kegiatan ko-kurikuler dan/atau
ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat.
b. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua
mata pelajaran (embeded approach). Khusus, untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, karena memang
misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap maka pengembangan
nilai/karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai
strategi/metode pendidikan nilai (value/character education). Untuk kedua
mata pelajaran tersebut nilai/karakter dikembangkan sebagai dampak
pembelajaran (instructional effects) dan juga dampak pengiring (nurturant
effects). Sementara itu untuk mata pelajaran lainnya, yang secara formal
memiliki misi utama selain pengembangan nilai/karakter, wajib
dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring (nurturant effects)
berkembangnya nilai/karakter dalam diri peserta didik.

Pembelajaran Kimia Berpendekatan SETS (Sains, Environment, Technology,


Society)
Pendidikan Kimia sebagai bagian dari pendidikan IPA turut berperan
dalam upaya menghasilkan peserta didik yang berkualitas dengan terus melakukan
inovasi-inovasi pembelajaran sesuai dengan tuntutan dari kurikulum yang berlaku.
Salah satu standar kompetensi lulusan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
adalah pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang berkarakter. Hal ini
merupakan tantangan bagi pendidikan kimia untuk terus berusaha memberikan
pembelajran yang menarik dan mampu mengembangkan soft skill siswa yang
merupakan modal dasar karakter yang menjadi cita-cita bangsa selama ini.
Pembelajaran kimia yang mengarahkan pada pengembangan soft skill yang
akan menjadi modal karakter bangsa adalah pembelajaran kimia dengan
menggunakan pendekatan SETS (sains, environment, technology, society) bila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan,
Teknologi, dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filofofis yang
mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS
dalam susunan akronim tersebut. Dalam konteks pendidikan SETS, urutan
ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk
teknologi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dipikirkan berbagai implikasi
pada lingkungan secara fisik maupun mental.
Pendidikan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui
sains, perkembangan dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi
6

lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Program ini sekurang-
kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik hakikat pendidikan sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat (SETS) secara utuh (Binadja, 1999).
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS, siswa diminta
menghubungkan antar unsur SETS. Maksudnya adalah siswa dilatih untuk
menghubungkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda yang
berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan
konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS baik dalam bentuk kelebihan
maupun kekurangannya.
Pembelajaran berpendekatan SETS memiliki keterkaitan dalam
mempersiakan lulusan yang berkarakter bangsa, dalam pendekatan SETS siswa
dilatih untuk menggabungkan dan mengembangkan sikap ilmiah seperti berpikir
kritis, tanggap terhadap suatu kejadian dan menghargai pendapat orang lain.
Selain itu, pendekatan SETS mampu menyiapkan lulusan yang tanggap terhadap
alam sekitar melalui unsur lingkungan (environment). Salah satu karakteristik
pendekatan SETS yaitu mengajak siswa mendiskusikan tentang SETS dari
berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar siswa, memungkinkan
siswa untuk secara kreatif mencari dan menentukan salah satu atau beberapa
unsur SETS yang diambilnya sebagai titik awal untuk membahas konsep yang
sedang dipelajari. Dalam proses pencarian dan penemuan hubungan antar unsur
SETS tersebut diperlukan kemampuan kreatif siswa untuk menentukan hubungan
antar unsur SETS dari masalah yang dipilihnya terkait konsep yang dipelajari.
(Purwaningsih,2005).

Pembelajaran Kimia Berpendekatan SETS sebagai salah satu cara


Membangun Karakter Siswa

Pembelajaran kimia berpendekatan SETS merupakan salah satu cara untuk


mengembangkan soft skill siswa untuk mempersiapkan lulusan yang memiliki
karakter yang sesuai dengan yang dicita-citakan bangsa Indonesia. Pembelajaran
berpendekatan SETS mencoba mengintegrasikan seluruh potensi siswa melalui
pembelajaran yang aktif, dalam artian siswa diajak berfikir tentang materi yang
diajarkan sehingga kemampuan soft skill siswa bisa terlatih dengan baik. Adapun
pola alur hubungan antara pembelajaran kimia berpendekatan SETS,
pengembangan soft skill dan pembangunan karakter siswa adalah sebagai berikut:
PEMBELAJARAN KIMIA PEMBANGUNAN
BERPENDEKATAN SETS PENGEMBANG KARAKTER SISWA
AN SOFT SKILL
SISWA
Gambar 2 : Pola alur hubungan pengembangan pembelajaran kimia berpendekatan SETS,
pengembangan soft skill dan pembangunan karakter siswa

Pembelajaran kimia berpendekatan SETS ini bisa diterapkan pada materi


kimia yang memiliki keterkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi dan sosial.
Melalui empat unsur SETS ini, siswa diberikan kebebasan untuk beerpikir dan
bersikap dengan harapan mampu menyerap materi dengan baik. Proses berpikir
7

dan bersikap inilah yang harus mendapat pengarahan dari pendidik agar
pengembangan soft skill yang menjadi modal dasar pembentukan karakter siswa
bisa terarah dengan baik sehingga pembentukan lulusan yang berkarakter bangsa
bisa terwujud.
Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan oleh pendidik dalam
proses pembelajaran materi-materi kimia dengan pendekatan SETS agar mampu
mengembangkan soft skill siswa sebagai modal dasar karakter bangsa adalah
sebagai berikut :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berkarakter dengan
membuat strategi pembelajaran dengan pendekatan SETS.
2) Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru mengklasifikasikan pokok-pokok
bahasan materi ke dalam empat kajian SETS yaitu sains, lingkungan,
teknologi dan sosial. Pembagian kajiannya adalah sebagai berikut :
1. Kajian Sains
Pada pembelajaran, kajian sains membahas tentang materi-materi yang
dikaitkan dengan pengetahuan sains berupa penemuan konsep dan
pemahaman konsep.
2. Kajian Lingkungan
Kajian ini membahas penggunaan berbagai macam aplikasi kimia dari
materi tersebut dan mengkaji dampak positif dan negatif pengaplikasian
materi kimia tersebut bagi lingkungan.
3. Kajian Teknologi
Kajian teknologi membahas mengenai berbagai pemanfaatan konsep
kimia yang dipelajari dalam bebagai bidang. Misalnya pada bidang ilmu
pengetahuan, kedokteran, hidrologi pertanian, industri dan arkeologi.
4. Kajian Sosial
Kajian sosial ini membahas pengaruh konsep materi kimia yang
dipelajari terhadap keberlangsungan kehidupan manusia serta membahas
cara pengenalan dan pencerdasan kepada masyarakat tentang materi
kimia sehingga masyarakat bisa merasakan manfaat dari ilmu kimia itu
sendiri.
3) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan soft skill siswa melalui
pembagian kelompok siswa sesuai klasifikasi kajian unsur SETS di atas.
1. Kelompok siswa kajian sains
Kelompok siswa kajian sains diberi tugas untuk mengkaji mengenai
penemuan konsep materi kimia yang dipelajari, karakterisitik materi
tersebut serta memahami konsep kimia yang sedang dipelajari. Dalam
kelompok kajian sains ini siswa diharapkan mampu berdiskusi bersama
teman dalam kelompoknya tentang bahasan kajiannya. Kelompok siswa
kajian sains ini diberi kebebasan mencari sumber bacaan secara mandiri
tentang bahasannya. Kajian sains ini melatih soft skill siswa dalam
membangun sikap ilmiah antara lain mampu menyampaikan pengetahuan,
berpikir kreatif dan jujur dalam berkerja. Hal lain yang diharapkan dari
pembentukan kelompok kajian ini adalah adanya kerja sama antar anggota
kelompok serta mampu belajar mandiri. Keterampilan-keterampilan soft
skill tersebut merupakan modal dasar dan pondasi membangun karakter
siswa.
2. Kelompok Siswa Kajian Lingkungan
8

Kelompok siswa kajian lingkungan diberikan problem solving mengenai


pemanfaatan konsep materi kimia yang sedang dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari. Kelompok siswa ini diberikan tugas menganalisis secara
menyeluruh dampak terhadap lingkunga dari penerapann konsep kimia
yang sedang dipelajari. Kelompok kajian lingkungan ini melatih soft skill
siswa dalam berpikir kreatif, kritis, peduli terhadap lingkungan, dan
mencintai alam semesta.
3. Kelompok Siswa Kajian Teknologi
Kelompok siswa kajian teknologi mempelajari mengenai perkembangan
teknlogi konsep materi kimia dalam berbagai bidang yaitu bidang ilmu
pengetahuan, kedokteran, industri, pertanian dan arkeologi. Kelompok
siswa ini menggali pengetahuan melalui studi literatur. Kelompok kajian
teknologi ini melatih soft skill berpikir kritis, percaya diri dan tanggung
jawab terhadap pengetahuan yang diperoleh dari berbagai literatur.
4. Kelompok siswa kajian sosial
Kelompok siswa kajian sosial ini merancang strategi untk pencerdasan
terhadap masyarakat tentang konsep materi kimia yang sedang dipelajari
sehingga pemikiran masyarakat tentang kimia tidak menjurus kepada hal-
hal yang negatif. Kelompok kajian sosial ini melatih soft skill siswa dalam
hal kerja sama, pantang menyerah dalam berusaha, berpikir kreatif dan
kritis.
4) Membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengkomunikasikan hasil
kajiannya
Setiap kelompok siswa dari berbagai kajian mengkomunikasikan hasil
kajiannya. Penyampaian hasil kajian melatih keterampilan soft skill siswa
dalam hal percaya diri, tanggung jawab dan keberanian mengungkapkan
pendapat. Dalam sesi ini setiap siswa menyimak dan mengkritisi hasil kajian
dari berbagai kelompok kajian. Aktivitas seperti ini melatih dan membangun
berbagai soft skill siswa, antara lain dalam hal membangun pengetahun secara
mandiri sehingga proses berpikir siswa dapat berjalan dengan baik dan
mampu berpikir kritis.
Setelah semua kelompok kajian menyampaikan hasil kajiannya,
selanjutnya adalah sesi diskusi. Diskusi ini harus mendapat bimbingan dari
guru agar proses diskusi dapat berjalan dengan baik. Proses diskusi ini
melatih soft skill siswa dalam hal keberanian menyampaikan pendapat,
percaya diri, saling menghargai antar siswa jika terjadi pebedaan pendapat
dan bertanggung jawab atas apa yang disampaikannya.
5) Memberikan arahan dan masukan terhadap kegiatan yang telah dilakukan
siswa
Pendidik memberikan arahan dengan memberikan penguatan pada
bahasan-bahasan yang banyak diperbincangkan dan memberikan pelurusan
jika terjadi kesalahan dalam penyampaian hasil kajian dan penyampaian
pendapat. Harapan dari pembelajaran dengan pendekatan SETS ini seluruh
siswa mampu menyerap dan mengembangkan materi dari berbagai unsur
SETS, sehingga pola pikir siswa akan materi tersebut tidak terpisah-pisah
melainkan berada dalam satu kesatuan SETS yakni sanis, lingkungan,
teknologi dan sosial.
9

Serangkaian langkah-langkah tersebut memberikan suatu proses


pengembangan soft skill siswa ketika dalam permbelajaran. Setiap sesi pada
langkah-langkah tersebut memberikan arahan kepada siswa untuk
mengembangkan soft skill nya yang menjadi modal dasar pembangunan
karakter siswa. Adapun keterampilan soft skill yang dikembangkan dan
dilatih pada poses pembelajaran berpendekatan SETS anatara lain :
a. Sesi kajian kelompok, soft skill yang dilatih dan dikembangkan adalah
kerja sama, adanya sikap kepemimpinan, mandiri, tanggung jawab,
berani, cinta alam semesta dan peduli terhadap orang lain.
b. Sesi Diskusi, soft skill yang dilatih dan dikembangkan adalah toleransi
atau menghargai pendapat orang lain, keberanian mengungkapkan
pendapat, berpikir kritis dan kreatif, menghormsti orsng lsin ysng
sedang berbicara, dan bersifat arif dan bijaksana.
Soft skill yang diharapkan terbangun dan terlatih pada setiap sesi tersebut
merupakan modal dasar untuk menyiapkan lulusan Sekolah Menengah Atas
yang memiliki karakter bangsa sehingga nilai-nilai budaya luhur yang selama
ini menjadi harapan seluruh bangsa Indonesia dapat terwujud salah satunya
melalui pendidikan karakter yang dimasukan dalam suatu pembelajaran kimia
berpendekatan SETS.
Adapun hubungan antara hasil pembelajaran kimia berpendekatan SETS
dengan pengembangan soft skill siswa serta dengan pembangunan karakter
siswa adalah sebagai berikut :
.

Tabel 1. Hubungan pembelajaran kimia berpendekatan SETS dengan


pengembangan soft skill dan karakter siswa yang akan terbangun
Pembelajaran Kimia Soft skill yang Karakter Siswa
Berpendekatan SETS dikembangkan yang dibangun
Sains Bersikap ilmiah Jujur, tanggung
jawab, kreatif, kerja
keras, mandiri dan
disiplin
Lingkungan Mampu menganalisis Cinta kepada Tuhan
masalah, berpikir kritis dan semesta beserta
dan tanggap terhadap isinya, kreatif, kerja
kondisi lingkungan keras dan pantang
sekitar menyerah
Teknologi Kemampuan Kreatif, kerja keras,
menganalisis masalah tanggung jawab dan
dan kemampuan berpikir disiplin
kreatif dalam
pengaplikasian konsep
Sosial Memahami karakter Hormat dan santun,
orang yang berada di peduli, toleransi
sekitar, tenggang rasa dan cinta damai
dan saling menyayangi, serta kasih sayang
dan bersosialisasi dengan
orang di sekitar
10

KESIMPULAN

Pendidikan karakter merupakan salah satu cara untuk membangun


karakter siswa yang memiliki nilai-nilai budaya luhur. Pendidikan karakter dapat
dilaksanakan pada berbagai tingkat satuan pendidikan melalui pembelajaran di
kelas. Pembelajaran kimia berpendekatan SETS (sains, environment, technology,
society) merupakan salah satu cara untuk membangun karakter siswa melalui
pengembangan soft skill dengan mengkombinasikan antara sains, lingkungan,
teknologi dan sosial dalam memahami suatu materi kimia. Hasil yang akan
dicapai dengan menerapkan pembelajaran kimia berpendekatan SETS ini adalah
berupa keterampilan soft skill yang merupakan modal dasar pembangunan
karakter siswa. Adapun Soft skill yang dapat dikembangkan dari pembelajaran
kimia berpendekatan SETS adalah :
1. Kajian sains akan mengembangkan soft skill siswa dalam berpikir ilmiah, rasa
ingin tahu yang tinggi dan kemampian menyampaikan pengetahuan hasil
temuan.
2. Kajian lingkungan akan mengembangkan soft skill siswa dalam menganalisis
masalah, berpikir kritis dan tanggap terhadap kondisi lingkungan.
3. Kajia teknologi akan mengembangkan soft skill siswa dalam berpikir kritis dan
kreatif untuk pengaplikasian konsep kimia, mampu menganalisis masalah serta
solutif terhadap masalah tersebut.
4. Kajian sosial akan mengembangkan soft skill siswa dalam kemampuan
bersosialisasi, membangun tenggang rasa dan memahami karakter masing-
masing individu.
Soft skill-soft skill tersebut merupakan modal dasar dalam pembangunan karakter
siswa yang selama ini dicita-citakan bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan


Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Husen, Achmad, Muhamad Japar, Yuyus Kardiman. 2010. Model Pendidikan
Karakter Bangsa. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
11

Koesoema, A. D. 2007. Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman


Global, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Republik Indonesia (2003) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Republik Indonesia .2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa.
Jakarta: Kemko Kesejahteran Rakyat.

Republik Indonesia .2010. Disain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta:


Kemdiknas.

Republik Indonesia (2010) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17


Tahun 2010 Tentang Pengeloaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Jakarta: Kemdiknas

Winataputra, U.S. 2010. Implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan


Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Karakter.
Winataputra, U.S. 2006. Pendidikan Kesadaran Kehidupan Kerkonstitusi, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Juni 2005.
Zuchriyah, Heni. 2010. Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara
Konsep Doni Koesoema Dan Ibnu Miskawaih). Tesis. Surabaya :
Rogram Pascasarjana Konsentrasi Pendidikan Islam IAIN Sunan Ampel
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai