Anda di halaman 1dari 18

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah

a. Latar belakang program penguatan pendidikan karakter karena Pendidikan merupakan hal yang
sangat dibutuhkan untuk membangun dan memajukan suatu negara. Dengan memiliki pendidikan yang
baik seseorang akan mampu memajukan bangsanya. Sebagai contoh, jika sekelompok orang memiliki
pendidikan dan pemahaman yang baik tentang fisika, maka mereka dapat membangun dan memajukan
negaranya dengan teknologi yang mereka ciptakan di bidang fisika.
Dalam upaya membangun dan memajukan negara, sistem pendidikan yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan dan fungsi negara. Jika sistem yang digunakan tepat serta sesuai maka akan
menghasilkan generasi penerus bangsa yang dapat memajukan dan mengembangkan negara dengan
baik. Selain itu dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 (Pasal 31 ayat (3) Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang.
Demikian juga dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Pasal 3) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Sikap Spiritual beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa Sosial berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, bertanggung jawab Pengetahuan berilmu
Keterampilan cakap dan kreatif 3

b. Fungsi, Tujuan, dan Media Pendidikan Karakter Fungsi: (1) membentuk dan mengembangkan
potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik
sesuai dengan falsafah hidup Pancasila (2) memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri,
dan sejahtera (3) memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat 11.
c. Manfaat Pendidikan Karakter
1. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya untuk mengatasi moral masyarakat yang terus menurun,
terutama para pelajar SMA. Dalam hal ini, pendidikan karakter dapat ditunjukkan oleh seorang guru di
sekolah. Mereka harus memperhatikan perkembangan akademik dan moral siswa dengan memberikan
pendidikan karakter dengan baik seperti melarang mencontek demi nilai kejujuran. Dalam bertingkah
laku, guru juga harus menjadi yang terdepan memberikan contoh bertingkah laku baik dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh,
terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Menurut Lickona terdapat tujuh alasan pendidikan karakter itu menjadi sangat dibutuhkan, yaitu

3. Pendidikan karakter merupakan cara terbaik untuk menjamin peserta didik memiliki kepribadian
yang baik dalam kehidupannya
4. Pendidikan karakter merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik
5. Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di
tempat lain

6. Pendidikan karakter mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup
dalam masyarakat yang beragam
7. Pendidikan karakter mencegah masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial,
seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelecehan seksual, dan etos kerja  (belajar) yang
rendah;

8. Merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat


kerja

9. Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.


Manfaat pendidikan karakter juga telah disebutkan dalam sebuah buletin yang diterbitkan oleh
Character Education Partnership yang berjudul “Character Educator”. Dalam buletin tersebut diuraikan
hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri mengenai peningkatan motivasi siswa
dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Hasil
dari penelitian tersebut adalah prilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik
menurun.

10.Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan siswa dalam belajar. Hal itu juga telah
dibuktikan oleh beberapa para ahli. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan siswa dalam belajar
tidak hanya terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter yaitu rasa percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan
berkomunikasi (Zins, 2001)

11. Keberhasilan siswa juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa tersebut dalam mengontrol
emosi. Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman yang menyatakan bahwa,Keberhasilan
seseorang di masyarakat, ternyata 80 % dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 % ditentukan
oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan
mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosi. Anak-anak yang bermasalah
ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia
dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang
dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya
(Daniel Goleman, 2002)

d. Kajian Teori

Dunia pendidikan masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam hal membangun
kecerdasan dan juga kepribadian seorang anak agar menjadi manusia yang berguna bagi orang-orang
disekitarnya. Pendidikan diharapkan dapat menjadikan seseorang memiliki kepribadian yang baik,
kecerdasan, akhlaqul karimah, karakter yang kuat, serta karakter yang bisa bermanfaat bagi
masyarakat. Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan yaitu kurangnya penanaman pendidikan
karakter pada peserta didik. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem pendidikan yang bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai moral sejak dini yang bertujuan agar peserta didik memiliki kepribadian
dengan karakter dan moral yang baik, serta memiliki prinsip-prinsip agama yang kuat. Pendidikan
karakter merupakan penanaman kebiasaan-kebiasaan baik dan bisa dibiasakan dalam kehidupan sehari-
hari. Salim (2013:27) berpendapat bahwa “pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan oleh
pendidik kepada para peserta didik terhadap aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani dan rohani
yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi (baik nilai insaniyah
maupun ilahiyah)”.Pendidikan karakter adalah hal yang utama dalam pendidikan. Marzuki (2015:6)
menjelaskan bahwa “pendidikan karakter bukanlah hal yang baru pada sistem pendidikan. Sebab inti
dari pendidikan adalah pendidikan karakter yang semula dikenal dengan pendidikan akhlak”.
Pendidikan karakter dapat membentuk akhlakul karimah yang baik, serta karakter-karakter yang baik
pada peserta didik. Jika sudah terbentuk dalam diri siswa dengan spontan mereka melakukan
kebiasaan-kebiasaan baik pada kehidupan mereka tanpa harus disuruh atau dipaksa-paksa. Pendidikan
karakter dan moral pada sekolah lebih memusatkan pada pembentukan budaya religius yaitu
pembiasaan-pembiasaan yang mendasari tentang pendidikan perilaku, kebiasaan sehari-hari, serta
aktivitas baik yang diimplementasikan langsung oleh semua warga sekolah dan masyarakat
disekitarnya. Menurut Mulyasa (2012:9) “penerapan pendidikan karakter memfokuskan pada
pembiasaan, keteladanan, penciptaan lingkungan dan kegiatan-kegiatan yang kondusif. Dengan
demikian, apa yang didengar, dilihat, dirasakan, dan dilakukan oleh peserta didik dapat membentuk
karakter mereka. Selain itu, penciptaan budaya dan lingkungan yang kondusif juga sangat penting”.
Budaya sekolah menjadi simbol suatu sekolah dan menjadi suatu ciri khas yang dapat menjadi ikon
dimasyarakat luas. Talcott Parson dalam (Sobirin, 2000:52) menjelaskan bahwa “budaya terdiri dari
suatu pola yang terkait dengan perilaku dan hasil tindakan manusia yang berlaku turun temurun dari
satu generasi ke generasi berikutnya yang terpisah dari dan tidak terkait dengan hubungan biologis”.
Jadi, menurut perspektif Sobirin, budaya merupakan suatu kebiasaan yang merupakan hasil dari pola
pikir manusia sehingga menjadi perilaku yang dilakukan secara turun temurun. Menurut Sulistiono
(2019:286) dalam Manullang menjelaskan bahwa “Faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan
yang baik adalah guru yang baik. Masalah pendidikan di Indonesia selama ini bukan bukan persoalan
kurikulum, melainkan persoalan guru. kurikulum yang baik di tangan guru yang kurang berkarakter,
hasilnya gagal. Kurikulum yang kurang baik di tangan guru yang berkarakter hasilnya lebih baik.”.
Guru merupakan salah satu faktor utama dalam pendidikan karakter siswa. Guru menjadi pendidik juga
menjadi teladan bagi para siswa. Oleh karena itu, guru harus selalu memberikan motivasi kepada para
siswa dan guru harus selalu memberikan contoh dalam berkarakter yang baik dalam sehari-hari. Setiap
sekolah mempunyai visi dan misi yang mana berangkat dari visi misi tersebut kemudian dimasukkan
dalam kegiatan sehari-hari. Dalam menciptakan budaya sekolah harus memiliki tujuan sesuai dengan
visi dan misi madrasah yang inovatif sehingga dapat menyenangkan untuk para peserta didik agar
mereka dengan mudah menerima budaya-budaya sekolah sehingga dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas dan memiliki karakter yang baik. Setiap sekolah memiliki ciri khas tersendiri dalam
menciptakan budaya sekolah sebagai identitas sekolah, serta sebagai suatu keunikan dan rasa bangga
terhadap sekolahnya. Dalam menciptakan budaya sekolah yang baik, hendaknya tetap mengarah pada
visi dan misi. Keteladanan pendidik yaitu dengan mendidik dengan baik, memahami keperluan belajar
siswa, mengembangkan sikap sosial yang baik agar terciptanya suatu lingkungan sekolah dan kondisi
belajar yang menyenangkan dan mendukung. Budaya religius merupakan pembiasaan-pembiasaan
yang memiliki nilai-nilai agama, seperti tentang akhlakul karimah, kebiasaan-kebiasaan baik dalam
sehari-hari yang dilaksanakan oleh seluruh Bapak dan Ibu guru, karyawan, siswa dan seluruh warga
sekolah. Seperti yang disampaikan oleh Kurniawan (2013:128) “Kegiatan religius yang dapat diajarkan
kepada peserta didik di sekolah tersebut yang dapat dijadikan sebagai pembiasaan”. Dalam pelaksanaan
budaya religius tidak bisa terbentuk begitu saja, namun harus dengan pembiasaan dan kegiatan-
kegiatan sehari-hari. Adanya budaya religius di sekolah sangat diharapkan dapat menanamkan sikap
karakter moral pada peserta didik dan dapat mengembangkan sikap sosial yang baik. Fenomena di
lingkungan sekolah SMA 4 kota Bukittinggi terdapat suatu keunikan yaitu adanya kegiatan-kegiatan
religius yang dilaksanakan disetiap hari. Guru menyambut kedatangan peserta didik dengan hangat dan
peserta didik bersalaman kepada guru disertai dengan mengucapkan salam. Setelah itu peserta didik
diperbolehkan untuk memasuki kelas. Namun sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, seluruh
peserta didik diwajibkan menuju lapangan untuk melangsungkan sholat dhuha berjama’ah dan
dilanjutkan dengan bimbingan membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini, terlihat bahwa terdapat pembiasaan
sholat dhuha, selain itu pembiasaan untuk siswa laki-laki membawa sajadah dan untuk siswa
perempuan membawa mukenah serta pembiasaan untuk seluruh peserta didik membawa Al-Qur’an
disetiap harinya. Sedangkan untuk peserta didik kelas X dan XI, dilaksanakan bimbingan membaca Al-
Qur’an atau mengaji di kelas masing-masing. SMA 4 Negeri Bukittinggi memiliki pembiasaan-
pembiasaan yang religius seperti bersalaman, hormat kepada pendidik, disiplin, sopan santun kepada
pendidik. Hal ini merupakan suatu bentuk pendidikan dan pembiasaan sejak dini kepada para pendidik.
Kepala SMA Negeri 4 Bukittinggi juga menyampaikan bahwa penerapan budaya religius ini
merupakan suatu bentuk untuk membiasakan dan menumbuhkan karakter moral peserta didik selain itu
juga ingin menjadikan SMA Negeri 4 dengan nuansa Islami.
BAB II
Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan pendidikan karakter ini untuk kelas XII ada dua bentuk kegiatan. Kegiatan
tersebut adalah:
a. Kegiatan peserta didik kelas XII membaca kitab suci

Kegiatan Membaca Kitab Suci


1. Pelaksanaan peserta didik kelas XII membaca kitab suci ini dimulai pada bulan Januari 2020.
kegiatan ini dilaksanakan mulai dari pukul 07.00 sampai 07.30 untuk peserta didik yang datang lebih
awal. Sementara peserta didik yang datang liwat dari 07.30 mereka diberi waktu sampai 10 menit
membaca kitab suci sampai pukul 07.40.
Kegiatan membaca kitab suci untuk kelas XII ini dilakukan dengan cara peserta didik berdiri di
dekat plank kelas masing-masing. Kemudian mereka meminta kepada petugas lembaran fotokopi kitab
suci masing-masing. Lalu mereka membaca secara bersuara lembar fotokopi tersebut. Selesai
membaca mereka melapor ke petugas kemudian mereka menandatanggani instrumen kegiatan yang
telah disiapkan.
2. Peserta kegiatan membaca kitab suci ini adalah kelas XII. Kegiatan ini pada tahap awal memenag
dikhususkan untuk kelas XII. Hal ini dilakukan untuk lebih meningkatkan pembiasaan membaca kita
suci bagi peserta didik kelas XII. Selain itu agar peserta didik kelas XII lebih tenang dan terarah dalam
menghadapi rangkaian ujian yang akan mereka hadapi dalam beberapa waktu ke depan.
3. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan pelaksanaan kelas XII mengaji ini adalah seluruh siswa kelas XII baik MIPA dan IPS.
Pada umumnya siswa kelas XII ini beragama Islam. Selain Agama Islam adalah agama kristen khatolik,
agama kristen protestant, agama hindu, dan agama budha

b. kegiatan peserta didik kelas XII melaksanakan shalat dhuha bersama

Pelaksanaan kelas XII shalat dhuha dilaksanakan bulan Maret 2020. Kegiatan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan pendidikan karakter siswa kels XII. Selain itu harapan sekolah, siswa kelas XII ini
juga sukses dalam menyelesaikan studinya di sekolah ini dan juga sukses melanjutkan studi mereka ke
perguruan tinggi. Kegiatan shalat dilaksanakan di halaman utama SMA Negeri 4 Bukittinggi dengan
sebelumnya tikar shalat telah digelar di lapangan. Kegiatan shalat dhuha dilakukan mulai pukul 07.00
sampai 07.40.
c. Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat kegiatan kelas XII mengaji dilakukan di halaman utama SMA Negeri 4 Bukittinggi
menghadap ke podium. Masing-masing peserta didik mengambil fotokopi dari panitia kegiatan dan
membawa fotokopi tersebut ke halaman sekolah sesuai dengan deretan plank kelas masing-masing.
Kemudian peserta didik membaca fotokopi kitab suci tersebut. Setelah dibaca peserta didik fotokopi
tersebut mereka mengembalikan fortokopi tersebut ke panitia dan mencatat halaman bacaan kitab suci
tersebut di instrumen yang disediakan serta menandatanganinya. Waktu kegiatan dilakukan pada pukul
07.00 sampai 07.40. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu. Hari Senin dan
Jumat tidak dilaksanakan karena hari Senin pelaksanaan upacara bendera dan jumat pelaksanaan
kultum. Kegiatan shalat dhuha dilakukan di lapangan dengan menggelar tikar untuk shalat. Siswa
sudah membawa perlengkapan shalatnya dari rumah masing-masing.

d. Panitia Kegiatan
Panitia kegiatan kelas XII mengaji dan kelas XII shalat dhuha adalah kepala sekolah sebagai
penanggung jawab dan seluruh wakil. Selain itu juga guru-guru serta karyawan di SMA Negeri 4
Bukittinggi.
e. Tugas Panitia
Tugas panitia kegiatan kelas XII mengaji dan kelas XII shalat Dhuha adalah:
a. mempersiapkan perlengkapan instrumen PPK
b. mengawasi peserrta didik membaca kitab suci 07. 15 s.d. 07.30
c. mengecek kesesuaian bacaan dengan catatan dan tanda tangan peserta didik
d. mengawasi bacaan siswa yang terlambat s.d. 07.40.
e. mengevaluasi kehadiran siswa paling lambat 1 kali dalam seminggu
f. memberikan teguran atau saksi kepada siswa yang tidak mengikuti aturan
g. mengembalikan perlengkapan kegiatan ke tempatnya setelah selesai kegiatan.
I. pelaksanaan shalat dhuha sama waktunya dengan kelas XII mengaji, bedanya peserta membawa
perlengkapan shalat masing-masing dari rumah. Selain itu tikar juga digelar dilapangan untuk shalat
dhuha.
BAB III
Pelaksanaan
a. Pelaksanaan Kelas XII Mengaji

Kegiatan kelas XII mengaji merupakan suatu penanaman sikap religius dalam diri peserta didik.
setiap peserta didik membaca kitab sucinya masing-masing mereka dapat lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan dapat meningkatkan ketaqwaan peserta didik. Selain itu, membaca kitab suci
dapat menumbuhkan kecintaan siswa kepada kitab suci . oleh karena itu, pembiasaan membaca kitab
suci di sekolah sangat penting dalam pembiasaan sikap religius pada peserta didik. Jadi, peneliti
mendapatkan temuan tambahan tentang wujud-wujud budaya religius di SMA Negeri 4 Bukittinggi
selain yang disebutkan dalam teori peneliti. Terdapat budaya-budaya religius yang dapat meningkatkan
karakter keagamaan peserta didik mulai dari hal-hal terkecil yang dapat membentuk akhlak peserta
didik menjadi lebih baik. Pelaksanaan budaya religius bertujuan untuk meningkatkan karakter
keagamaan pada peserta didik. Sehingga dengan adanya kegiatan-kegiatan religius ini merupakan salah
satu upaya untuk menanamkan dalam diri peserta didik karakter-karakter keagamaan yang baik.
Penanaman dan pembentukan karakter tidak bisa dilakukan dengan cara instan
atau sebentar. Oleh karena itu, kegiatan pembiasaan penanaman sikap religius harus dilaksanakan
setiap hari dalam waktu yang lama.

b. Shalat Dhuha

Pembiasaan melaksanakan sholat dhuha merupakan salah satu bentuk penanaman sikap religius
kepada peserta didik dalam hal ini untuk membiasakan sikap agar selalu melaksakan sholat wajib dan
sholat sunnah. Jika siswa terbiasa melaksankan sholat dhuha di sekolah, maka mereka akan terbiasa
sholat dhuha di rumah. Sholat dhuha berjama’ah dilaksanakan siswa sebelum pembelajaran. Kegiatan
sholat dhuha berjama’ah yang dilaksanakan oleh seluruh peserta didik SMA Negeri 4 Bukittinggi .
Untuk siswa laki-laki membawa sajadah dan untuk siswa perempuan membawa mukenah.
BAB IV
Penutup
a. Kesimpulan
Kegiatan kelas XII mengaji dan kelas XII shalat dhuha merupakan salah satu program sekolah dalam
upaya peningkatan pendidikan karakter siswa. Peningkatan karakter siswa sejalan dengan tuntutan
kurikulum 2013. Kegiatan ini dikhususkan untuk kelas XII MIPA dan IPS pada semester dua tahun
ajaran 2019/2020. tujuan kegiatan ini untuk peningkatan karakter peserta didik dan upaya
meningkatkan ketenangan jiwa kelas XII dalam menyelesaikan studinya di SMA dan melanjutkan ke
perguruan tinggi.
b. Saran
Saran yang dari kegiatan kelas XII mengaji dan kelas XII shalat dhuha adalah:
1. kegiatan ini sangat bernilai positif sebaiknya dipertahankan dan ditingkatkan untuk masa yang akan
datang.
2. kegiatan ini sebaiknya lebih diberikan waktu dan ruang untuk siswa menghafal dan tidak sekedar
membaca saja. Kegiatan ini perlu dukungan banyak pihak baik dari unsur pimpinan, guru dan
karyawan.
BEST PRACTICE

SISWA KELAS XII SEMPATI MENGAJI DAN SHALAT DHUHA

Dra. ELI NOVERMA, M. Si.


NIP 196709021991032006
KEPALA SMA NEGERI 4 BUKITTINGGI

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 BUKITTINGGI


JALAN PANORAMA BARU BUKITTINGGI
BUKITTINGGI
2020
Kata Pengantar
Marilah kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga Best Practice Program Pendidikan Karakter (PPK) kelas XII mengaji ini
bisa dapat diselesaikan. Best Practice kelas XII mengaji dan shalat dhuha ini disiapkan untuk
meningkatkan karakter siswa dalam kehidupan sehari-hari. Terlaksananya program ini
tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak khususnya kepala SMA Negeri 4
Bukittinggi, wakil, Majelis guru, dan karyawan di SMA Negeri 4 Bukittinggi.
Pembuatan Best Practice dalam bentuk program ini diharapkan dapat menjadi salah
satu wadah pembelajaran dalam menimba ilmu bagi peserta didik. Program ini masih jauh
dari kesempurnaan. kami menerima kritik dan saran yang berguna untuk perbaikan program
ini. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dalam pendidikan karakter.

Bukittinggi, Januari 2020


Kepala SMA Negeri 4 Bukittinggi

Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan .................................................................................................................. 1


a. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
b. Fungsi dan Tujuan .................................................................................................... 1
c. Manfaat Pendidikan Karakter ................................................................................. 2
d. Kajian Teori ................................................................................................................ 3
Bab II Metode Pelaksanaan .................................................................................................... 6
a. Kegiatan Peserta Didik Kelas XII Membaca Kitab Suci ...................................... 6
b. Kegiatan Peserta Didik Kelas XII Melaksanakan Shalat Dhuha ....................... 6
c. Tempat dan Waktu Kegiatan ...... ............................................................................ 7
d. Panitia Kegiatan ......................................................................................................... 7
e. Tugas Panitia ............................................................................................................. 7
Bab III Pelaksanaan ................................................................................................................... 8
a. Pelaksanaan Siswa Kelas Mengaji ....................................................................... 8
b. Pelaksanaan Shalat Dhuha ..................................................................................... 8
Bab IV Penutup …........................................................................................................................ 9
a. Kesimpulan ….............................................................................................................. 10
b. Saran …........................................................................................................................ 10
Daftar Pustaka …........................................................................................................................... 11

Lampiran

DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B, (2007). Professi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara
BSNP. (2008). Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Departemen Pendidikan
Nasional: Pusat Perbukuan
http://www.scribd.com/doc/68429174/definisi-karakter (diunduh pada tanggal 24- 02-15)
Gina Gania. (2010). Panduan Manajemen Perilaku Siswa. Penerbit Eirlangga
Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Kesuma, Dharma, dkk. (2012). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT
Remaja Rosda karya.
Samani, Muchlas, dkk. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Syaodih S, Nana. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.
Tim Dosen. (2014). pengelolaan Kelas Di Sekolah Dasar, Tasikmalaya
Foto Pengarahan Kepala Sekolah Ibuk Dra. Eli Noverma, M. Si.
Foto Kegiatan Mengaji di Lapangan Utama

Foto Laporan Siswa ke Guru setelah Selesai atau Belum Mengaji


Foto Kegiatan Siswa Mengaji

Foto Pemantauan Kegiatan Mengaji oleh Kepala Sekolah


Foto Kegiatan Siswa Mengaji Terlambat pada Hari Sabtu

Foto Pelaksanaan Shalat Dhuha Berjamaah


Foto Pelaksanaan Shalat Dhuha Berjamaah

Anda mungkin juga menyukai