Anda di halaman 1dari 29

MODUL

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

(MPLS)
Tahun Pelajaran 2022/2023

PERKUMPULAN PENDIDIKAN TRUNOJOYO


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) TRUNOJOYO
Jl. Danau Toba No.24 Telp. 0331-321563 Jember 68126
Email: smk_trunojoyo@yahoo.com

1
DAFTAR ISI

Hal
A. Pendidikan Karakter………………………………………………………… 3
B. Profil Pelajar Pancasila……………………………………………………… 8
C. Kearifan Lokal……………………………………………………………… 10
D. Wawasan Wiyata Mandala…………………………………………………. 13
E. Literasi……………………………………………………………………… 19
F. Cara Belajar Efektif………………………………………………………… 23

2
PENANAMAN DAN PENUMBUHAN AKHLAK DAN

KARAKTER

Orientasi pendidikan yang ada dalam kurun waktu satu dasawarsa ini melenceng jauh
dari tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam undang-undang dasar. Tujuan
pendidikan yang selama ini ada hanya sekedar mengejar nilai kognitif tanpa begitu
memperhatikan perkembangan sikap dan perilaku peserta didik. Hal tersebut tercemin dalam
muatan materi yang ada di Ujian Nasional (UN) dari tahun ke tahun.
Esensi dari pendidikan tidak pernah tersentuh untuk dikembangkan. Pendidikan yang
diberikan di sekolah hanya sebatas pengajaran, bukan mendidik. Fenomena yang terjadi di
proses pendidikan kita adalah siswa hanya dituntut sekedar tahu (knowing objective), bukan
mencetak siswa sebagai pelaku (being objective). Padahal menurut Undang – Undang Dasar
1945 pasal 31 ayat 3 setelah diamandemen menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang”.
Pada pasal yang sama, yakni pasal 31 ayat 5 disebutkan, “Pemerintah memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Ki Hadjar Dewantara
pernah menyampaikan bahwa “pendidikan merupakan sesuatu yang lebih luas dan esensial
daripada pengajaran. Pendidikan bermaksud menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses belajar
menjadi manusia seutuhnya dengan mempelajari, menghayati dan mengembangkan
kehidupan sepanjang hidup, yang diperatarai sekaligus membentuk kebudayaan dan
peradaban. Pendidikan juga harus mampu untuk membentuk kepribadian (karakter),
penguasaan terhadap tsaqâfah (kebudayaan) dan penguasaan ilmu kehidupan (IPTEK,
keahlian, dan ketrampilan).
Bangsa kita sangat menaruh harapan terhadap dunia pendidikan. Dari pendidikan
inilah diharapkan masa depan dibangun dalam landasan kuat. Landasan yang berpijak pada
norma-norma moral agama dan budaya ketimuran. Namun, ada sebuah keresahan yang cukup
beralasan bagi setiap orang tua, guru dan masyarakat manakala melihat perkembangan saat

3
ini. Dominasi hiburan dan perkembangan teknologi kerap menyeret anak-anak dalam
keterlenaan. Sementara agama dan norma-norma yang berlaku di kultur masyarakat masih
jarang digunkan sebagai filter budaya yang sering menyesatkan. Lalu, kepada siapa lagi kita
menaruh harapan?.
Begitu besar harapan masyarakat terhadap dunia pendidikan. Untuk itulah muncul
sebuah pertanyaan, “Apa relevansi pendidikan untuk masyarakat?” . Pendidikan menempati
tempat yang sangat strategis dalam membentuk karakter anak bangsa. Baik buruknya suatu
bangsa ditentukan oleh pola pendidikan yang ada. Terjadinya perubahan pola pendidikan
bertujuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat, baik yang menyangkut sistem, model, dan
strategi. Semakin dipenuhi tuntutan tersebut, seringkali muncul masalah-masalah yang lain.
Oleh karena itu, dibutuhkan kemandirian dalam mengemas pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat terutama anak didik yang akan terjun ke masyarakat.
Mendidik anak perlu pemahaman agar potensi yang dimiliki bisa berkembang sesuai
harapan. Untuk mencapai tujuan pendidikan pemerintah mengadakan berbagai perbaikan dan
peningkatan mutu dibidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
membuat kebijakan terkait Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) yang tertuang pada Peraturan
Menteri nomor 23 tahun 2015. Penumbuhan Budi Pekerti adalah kegiatan pembiasaan sikap
dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari hari pertama sekolah, masa orientasi
peserta didik baru untuk jenjang sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan
sekolah menengah kejuruan, sampai dengan kelulusan sekolah. Sedangkan pembiasaan
menurut permen tersebut adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, guru,
dan tenaga kependidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan yang baik dan
membentuk generasi berkarakter positif.
Tujuan dilakukannya penumbuhan budi pekerti ada 4 point, yaitu :
1. menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa, guru,
dan tenaga kependidikan;
2. menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter
sejak di keluarga, sekolah, dan masyarakat;
3. menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan keluarga;
4. menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

4
Budi pekerti adalah sebuah karakter yang dimiliki oleh manusia. Tugas sekolah
(Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan) adalah menumbuhkan dan memupuknya. Selain
itu peran keluarga dan masyarakat juga vital untuk menumbuhkan budi pekerti. Karena budi
pekerti adalah karakter maka proses penumbuhannya juga harus terus menerus (butuh
proses), tidak bisa singkat. Perlu teladan dan contoh agar budi pekerti tersebut bisa tumbuh.
Merujuk pada konsep good character yang dikemukakan oleh Aristoteles sebagai ”the life of
right conduct-right conduct in relation to other persons and in relation to oneself ”. Karakter
juga dapat dimaknai sebagai kehidupan berperilaku baik atau penuh kebajikan, yakni
berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta)
dan terhadap diri sendiri. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati. Pada dasarnya manusia memiliki dua karakter yang saling berlawanan,
yaitu karakter baik dan karakter buruk.
Dalam membangun karakter atau menumbuhkan budi pekerti di sekolah, ada tiga pilar
yang perlu dijadikan pijakkan. Ketiga pilar memadukan potensi dasar anak. Pilar yang
dipakai untuk mewujudkan sekolah berkarakter meliputi tiga hal. Pertama, membangun
watak, kepribadian, atau moral. Kedua, mengembangkan kecerdasan majemuk. Ketiga,
kebermaknaan pembelajaran. Agar ketiga pilar itu tetap pada landasan yang kokoh, maka ada
kontrol, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan. Pembangunan watak, kepribadian, dan moral
seperti sidiq yang artinya benar/jujur dan kepedulian dapat dijabarkan dengan memberi
indikator untuk memudahkan pengontrolan. Pengembangan kecerdasan majemuk mengacu
pada prinsip bahwa anak itu cerdas. Kecerdasan yang dimiliki setiap anak berbeda-beda. Oleh
karena itu, perlu pengembangan kecerdasan pada setiap individu. Kebermaknaan
pembelajaran mengacu pada sebuah proses. Untuk mengembangkan kecerdasan majemuk
serta menanamkan perilaku atau pembangunan watak, kepribadian, dan moral perlu
kebermaknaan pembelajaran. Pembelajaran yang dapat memberikan nilai manfaat untuk
menyiapkan kemandirian anak. Supaya tercapai semua harapan menjadi sekolah berkarakter,
diperlukan kontrol, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan. Agar pembentukan karakter lebih
mudah dipantau dan dinilai, maka perlu adanya indikator.

5
Langkah-langkah dalam pembentukan karakter adalah:
1. Memasukkan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara:
2. Menanamkan nilai kebaikan pada anak (knowing the good)
Menanamkan konsep diri pada anak setiap akan memasuki materi pelajaran. Baik itu
dalam bentuk janji tentang karakter, maupun pemahaman makna pada karakter yang
akan disampaikan.
3. Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat
baik (desiring the good)
Memberikan beberapa contoh kepada anak mengenai karakter yang sedang dibangun.
Misalnya melalui cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah dipahami siswa.
4. Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving the good)
Agar anak mengembangkan karakter yang baik, maka ada penghargaan bagi anak yang
membiasakan melakukan kebaikan. Begitu pula anak yang melakukan pelanggaran,
supaya diberi hukuman yang mendidik.
5. Melakukan perbuatan baik (acting the good)
Karakter yang sudah mulai dibangun melalui konsep diaplikasikan dalam proses
pembelajaran selama di sekolah. Selain itu, juga memantau perkembangan anak dalam
praktik pembangunan karakter di rumah. Dalam hal, ini guru sebagai model. Guru akan
banyak dilihat siswa. Apa yang dilakukan oleh guru, dianggap benar oleh siswa. Untuk
itulah guru harus memberikan contoh yang positif.
a. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala
tingkah laku masyarakat di sekolah.
b. Pemantauan secara kontinyu.
Pemantauan secara kontinyu merupakan wujud dari pelaksanaan
pembangunan karakter atau budi pekerti. Dalam pemantauan ini ada data yang
dimiliki guru. Anak yang sudah melakukan pembiasaan berbuat baik, masuk
dalam penilaian afektif. Bagi anak yang belum bisa melakukan pembiasaan
berbuat baik atau masih sering melakukan aktivitas di luar aturan, perlu langkah
persuasif agar bisa melakukan ;pembiasaan yang positif. Penanaman moral ini
dilakukan dengan cara pendampingan guru. Selain sebagai model perilaku sehari-
hari dalam bentuk perilaku yang bisa diteladani, guru juga melakukan
pemantauan secara berkelanjutan terhadap perkembangan moral anak. Guru juga
bisa membangun komunikasi yang efektif dengan orangtua tentang perilaku anak

6
di rumah. Semua itu untuk menyiapkan anak-anak dalam rangka mengokohkan
konsep moral pada diri mereka.

c. Penilaian orang tua


Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam membangun
karakter anak. Waktu anak di rumah lebih banyak daripada di sekolah dan rumah
merupakan tempat pertama anak berkomunikasi serta bersosialisasi dengan
lingkungannya. Untuk itulah, orangtua diberikan kesempatan untuk menilai anak,
khususnya dalam pembentukan moral/ budi pekerti.
Dengan penerapan empat hal di atas maka diharapkan bisa menumbuhkan
budi pekerti melalui pembiasaan karakter di lingkungan sekolah sekaligus
melibatkan peran orang tua sebagai pendidik utama dan pertama.

7
PROFIL PELAJAR PANCASILA

Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2020-2024:

Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam
ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan
global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti ditunjukkan oleh
gambar berikut:

Keenam ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia

Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak
mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut
dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak
kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.

8
2. Berkebinekaan global

Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan
tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global
meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam
berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.

3. Bergotong royong

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk


melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah
kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

4. Mandiri

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan
situasi yang dihadapi serta regulasi diri.

5. Bernalar kritis

Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah
memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi
penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil Keputusan.

6. Kreatif

Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan
gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

9
KEARIFAN LOKAL

Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Istilah kearifan lokal dapat ditemui dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam undang-undang tersebut,
kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk
antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Menurut Robert
Sibarani dalam Kearifan Lokal: Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan, kearifan lokal
adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur
tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.
Kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana.
Pengertian Kearifan Lokal Prabandani (2011) menyimpulkan, kearifan lokal adalah nilai-
nilai, norma, hukum-hukum dan pengetahuan yang dibentuk oleh ajaran agama, kepercayaan-
kepercayaan, tata nilai tradisional dan pengalaman-pengalaman yang diwariskan oleh leluhur
yang akhirnya membentuk sistem pengetahuan lokal yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan sehari-hari oleh masyarakat.
Menurut Saini, (2005), kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu
komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada
komunitas tersebut daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas itu
berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah jawaban kreatif terhadap situasi geografis-
geopolitis, historis, dan situasional yang bersifat lokal. Sehubungan dengan itu, Wagiran
(2012) mengemukakan bahwa kearifan lokal adalah bagian dari budaya yang menjadi modal
dasar dalam peningkatan karakter, khususnya bagi peserta didik.
Sedangkan I Ketut Gobyah (Sartini, 2004) menjelaskan bahwa kearifan lokal (local
genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal
merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada.
Ciri-Ciri Kearifan Lokal Terdapat sejumlah ciri-ciri kearifan lokal, yaitu:

1. Dapat bertahan terhadap budaya asing Kearifan lokal berasal dari nilai-nilai budaya
setempat yang telah bertahan secara turun temurun diwariskan dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu masyarakat dan bangsa. Hal ini membuat budaya asing yang masuk

10
melalui berbagai media tidak akan membuat kearifan lokal menjadi hilang dari
masyarakat, kecuali memang dirasakan tidak dibutuhkan lagi.
2. Memiliki kemampuan untuk mengakomodasi unsur budaya asing terhadap budaya asli
Kearifan lokal adalah sesuatu yang luwes dan fleksibel, sehingga adanya unsur budaya
asing dapat diakomodir tanpa merusak kearifan lokal yang ada di masyarakat tersebut.
3. Memiliki kemampuan mengintegrasi unsur budaya asing ke dalam budaya asli Kearifan
lokal selain mengakomodir juga mampu mengintegrasikan budaya asing dalam
karakteristik kearifan lokal yang ada menjadi satu kesatuan. Misalnya, dalam
pembangunan gedung, bentuk desain dan arsitektur memadukan budaya lokal tetapi cara
dan prosesnya mengikuti pembangunan modern.
4. Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan Kearifan lokal adalah suatu warisan adat
istiadat dan budaya yang telah turun temurun. Hal ini menyebabkannya sulit dihilangkan
dalam waktu yang cepat. Dengan demikian, kearifan lokal mampu mengendalikan salah
satu dampak negatif globalisasi, yaitu masuknya budaya asing.
5. Memiliki kemampuan untuk memberi arah pada perkembangan budaya Kearifan lokal
merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang menjadi pedoman untuk
bersikap dan bertindak. Melalui kearifan lokal, masyarakat akan mampu
mengembangkan budaya secara terarah. Ciri-ciri tersebut dijelaskan dalam buku
Pemimpin Perubahan Lintas Budaya oleh Wustari L. H. Mangundjaya. Fungsi dan
Manfaat Kearifan Lokal Wustari L. H. Mangundjaya dalam bukunya menjelaskan
beberapa macam fungsi kearifan lokal, yaitu:
a. Konservasi dan pelestarian sumber daya alam Sumber daya alam termasuk dalam
kategori kearifan lokal. Dengan demikian, adanya kearifan lokal dapat membantu
masyarakat dalam melakukan konservasi dan pelestarian sumber daya alam
berlandaskan nilai dan tradisi masyarakat. Contohnya, pelestarian hutan dan
tanaman.
b. Pengembangan sumber daya manusia Kearifan lokal mencakup nilai-nilai yang
menjadi acuan sikap dan perilaku seseorang. Hal ini berhubungan dengan proses
pengembangan sumber daya manusia (SDM). Oleh sebab itu, berbagai kegiatan
pengembangan SDM sebaiknya berlandaskan kearifan lokal. Misalnya, kegiatan
yang berkaitan dengan upacara daur hidup.
c. Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan Nilai budaya yang melekat di
masyarakat dalam suatu daerah tidak akan lepas dari kearifan lokal. Oleh karena

11
itu, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat berkembang baik jika berlandaskan
kearifan lokal.
d. Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan Seseorang dapat bersikap dan
berperilaku dengan landasan kearifan lokal sebagai penuntun karena mengandung
nilai, tradisi, dan adat istiadat. Hal ini ditampilkan dalam norma-norma
masyarakat yang berisi acuan serta pantangan untuk bertindak.
e. Bermakna sosial Kearifan lokal memiliki makna sosial yang melibatkan
masyarakat sekitarnya. Dengan adanya kearifan lokal, suatu bangsa atau
masyarakat memiliki ciri tertentu.
f. Berhubungan dengan etika dan moral Dalam berbagai upacara keagamaan yang
berhubungan dengan tata nilai, etika maupun moral, kearifan lokal dapat
diwujudkan. Misalnya, upacara ngaben di Bali mengandung nilai-nilai etika dan
moral yang baik untuk dipelajari.

Contoh Kearifan Lokal


Contoh kearifan lokal yang menggambarkan keadaan sosial salah satunya adalah
kearifan lokal pantang larang masyarakat Suku Melayu Sambas yang berada di Kalimantan,
sebagaimana dijelaskan dalam buku Nilai-Nilai Kearifan Lokal dan Implementasinya dalam
Pendidikan Sekolah Dasar. Pantang larang adalah pantangan dan larangan yang dijadikan
patokan dalam kehidupan Suku Melayu Sambas. Pantang larang mencakup: Adat sebagai
kebiasaan untuk menghormati yang lebih tua. Adat yang dikhususkan pada pelaksanaan
upacara. Adat yang berkaitan dengan lingkungan yang harus dihormati. Adat sebagai
hukuman kepada masyarakat. Adat istiadat yang berkaitan dengan berbagai perilaku ritual
yang bersifat magis. Adat sebagai sistem kelembagaan. Kearifan lokal tersebut merupakan
aturan yang tidak tertulis, tetapi disepakati dan dilaksanakan bersama.

12
WAWASAN WIYATA MANDALA

A. Wawasan : Suatu pandangan atau sikap yang mendalam terhadap suatu hakikat.
Wiyata : Pendidikan Mandala : Tempat atau lingkungan Wiyata mandala adalah sikap
menghargai dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekolah sebagai tempat
menuntut ilmu pengetahuan. Unsur-unsur wiyata mandala:
1. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
2. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas
penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan sekolah.
3. Antara guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama
erat untuk mengemban tugas pendidikan (hubungan yang serasi)
4. Warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus menjunjung tinggi
martabat dan citra guru.
5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan mendukung
antarwarga.

B. SEKOLAH DAN FUNGSINYA


Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan PBM, menanamkan dan
mengembangkan berbagai nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat berlangsungnya PBM untuk
membina dan mengembangkan:
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pandangan hidup/kepribadian
3. Hubungan antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan Tuhannya
4. Kemampuan berkarya.

C. FUNGSI SEKOLAH
Fungsi sekolah adalah sebagai tempat masyarakat belajar karena memiliki aturan/tata
tertib kehidupan yang mengatur hubungan antara guru, pengelola pendidikan siswa
dalam PBM untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dlam suasana
yang dinamis.

13
D. CIRI-CIRI SEKOLAH SEBAGAI MASYARALAT BELAJAr
Ciri-ciri sekolah sebagai masyarakat belajar adalah :
1. Ada guru dan siswa, timbulnya PBM yang tertib
2. Tercapainya masyarakat yang sadar, mau belajar dan bekerja keras.
3. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya.

E. PRINSIP SEKOLAH
Sekolah sebagai Wiyata Mandala selain harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya,
juga harus mencegah masuknya faham sikap dan perbuatan yang secara sadar ataupun
tidak dapat menimbulkan pertentangan antara sesama karena perbedaan suku, agama,
asal/usul/keturunan, tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham politik. Sekolah
tidak boleh hidup menyendiri melepaskan diri dari tantangan sosial budaya dalam
masyarakat tempat sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi suri teladan bagi
kehidupan masyarakat sekitarnya, serta mampu mencegah masuknya sikap dan
perbuatan yang akan menimbulkan pertentangan. Untuk itu sekolah memiliki prinsip-
prinsip sebagai berikut :
1. Sekolah sebagai wadah/lembaga yang memberikan bekal hidup. Dalam hal ini
sekolah seharusnya bukan hanya sekedar lembaga yang mencetak para
intelektual muda namun lebih dari itu sekolah harus menjadi rumah kedua
yang memberikan pelayanan dan pengalaman tentang hidup, mulai dari
berorganisasi, bermasyarakat (bersosialisasi), pendidikan lingkungan hidup
(PLH) atau bahkan pengalaman hidup yang sesungguhnya.
2. Sekolah sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah bimbingan
pendidik. Bimbingan lebih dari sekedar pengajaran. Dalam bimbingan peran
pendidik berubah dari seorang pendidik menjadi seorang orangtua bahkan
menjadi seorang kakak.
3. Sekolah sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi
stakeholdernya. Hal tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan
mendapatkan transfer of knowledge, maupun transfer of experience, dengan
tanpa membedakan baik dari segi kemampuan ekonomi, kemampuan
intelegensia, dan juga kemampuan fisik (gagasan sekolah inklusi).
4. Sekolah sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa. Prinsip ini
sejalan dengan teori multiple intelligence (Howard Gardner) yang memandang

14
bahwa kecerdasan intelektual bukanlah satu-satunya yang perlu diperhatikan
oleh lembaga pendidikan, terutama sekolah. Kemampuan bersosialisasi,
kemampuan kinestik, kemampuan seni dan kemampuan-kemampuan lainnya
juga perlu diperhatikan secara seimbang.
5. Sekolah sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi. Peningkatan
kemampuan intelektual, emosional maupun kemampuan-kemampuan lainnya
mendapat perhatian yang seimbang.
6. Sekolah harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan
kemampuan emosional dan sosial, kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi, kemampuan bekerjasama dalam kelompok, dan lain-lain.
7. Sekolah sebagai wahana pengembangan sikap dan watak. Sikap sederhana,
jujur, terbuka, penuh toleransi, rela berkomunikasi dan berinteraksi, ramah
tamah dan bersahabat, cinta negara, cinta lingkungan, siap bantu membantu
khususnya kepada yang kurang beruntung merupakan sikap dan watak yang
perlu dibentuk di dalam lingkungan sekolah.
8. Sekolah sebagai wahana pendewasaan diri. Di dalam dunia yang berubah
begitu cepat, salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki tiap peserta
didik adalah kompetensi dasar: belajar secara mandiri. Dengan proses
pendewasaan yang diberikan di sekolah, pendidik tidak lagi perlu menjejali
pemikiran peserta didik dengan perintah. Lebih dari itu peserta didik akan
mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar ketika ia mencari dan
mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk hidupnya.
9. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar (learning society). Sekolah
bukan hanya sebagai tempat pembelajaran bagi peserta didik, namun juga
seharusnya sekolah mampu menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat di
lingkungan sekitar.

F. PENGGUNAAN SEKOLAH
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan sebagai tempat proses
kegiatan belajar mengajar, tidak diperbolehkan dijadikan sebagai tempat :
1. . Ajang promosi /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak
berhubungan dengan pendidikan.
2. Sekolah merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.

15
3. Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu yang
bertentangan dengan undang-undang.
4. Propaganda politik/kampanye.
5. Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
6. . Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan, perpecahan, dan
perselisihan, sehingga menjadikan suasana sekolah tidak kondusif.

G. PENATAAN WIYATA MANDALA DALAM UPAYA KETAHANAN SEKOLAH


1. Ketahanan sekolah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang bersifat
preventif.
2. Untuk menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya, perlu
dilakukan penataan Wiyata Mandala di sekolah melalui langkah-langkah :
a) Meningkatkan koordinasi dan konsolidasai sesama warga sekolah
untuk dapat mencegah sedini mungkin adanya kegiatan dan tindakan
yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
b) Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.
c) Melakukan koordinasi dengan Komite sekolah dan pihak keamanan
setempat untuk terselenggaranya ketahanan sekolah.
d) Mengadakan penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang bermasalah
e) Mengadakan penyuluhan dan pembinanan kesadaran hukum bagi
siswa.
f) Pembinaan dan pengembangan keimanan, ketaqwaan, etika bermoral
Pancasila, kepribadian sopan santun dan berdisiplin.
g) Pengembangan logika para siswa, rajin belajar, gairah menulis, gemar
membaca/ informasi/penemuan para ahli.
h) Mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan
pengembangan diri.
H. TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB KEPALA SEKOLAH
DALAM HAL PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Kepala Sekolah sebagai pimpinan utama, bertugas dan bertanggung jawab memimpin
penyelenggaraan belajar mengajar serta membina pendidik dan tenaga kependidikan
serta membina hubungan kerja sama dan peran serta masyarakat. Kepala Sekolah
dalam melaksanakan penataan Wiyata Mandala di sekolah, dengan melakukan
kegiatan-kegiatan :

16
1. Melaksanakan program-program yang telah disusun bersama Komite
Sekolah.
2. Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik, OSIS,
Komite Sekolah, tokoh masyarakat serta pihak keamanan setempat.
3. Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berbentuk perangkat keras (sarana
prasarana) dan perangkat lunak (peraturan-peraturan, tata tertib, tata upacara
dan lain lain).
4. Mengadakan pertemuan baik rutin maupun insidentil yang bersifat intern
sekolah (kepala sekolah, pendidik, orangtua siswa, siswa).
5. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menunjang ketahanan sekolah seperti
PKS, Pramuka, PMR, Paskibraka, kesenian dan sebagainya.

I. MEKANISME DALAM PELAKSANAAN WIYATA MANDALA


Dalam rangka pelaksanaan Wiyata Mandala perlu upaya penang-gulangan secara dini
setiap permasalahan yang timbul sehingga dapat menghilangkan dampak negatifnya,
yaitu dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berlanjut sebagai berikut :
1. Tahap Preventif Upaya untuk meniadakan peluang-peluang yang dapat
memungkinkan terjadinya kasus-kasus negatif di sekolah, melalui antara lain :
a) Memelihara sekolah, dan lingkungan sekolah serta menciptakan
kebersihan dan ketertiban agar siswa merasa nyaman dan menyenangkan
dan tidak ada tempat tertentu yang dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.
b) Menciptakan suasana yang harmonis antara pihak pendidik/staf dan siswa
serta penduduk di sekitar sekolah.
c) Membentuk jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia terhadap kegiatan
siswa di lingkungan sekolah.
d) Menghilangkan bentuk-bentuk perpeloncoan pada saat MOS.
e) Meminimalisir keterlibatan kelompok maupun perorangan dalam
kegiatan sekolah.
f) Mengisi jam-jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan ekstra lainnya.
g) Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler pada masa awal/akhir semester
dan masa liburan sekolah.
h) Peningkatan keamanan dan ketertiban khususnya pada saat berangkat/
usai sekolah.

17
2. Tahap Represif Upaya untuk menindak siswa yang telah melanggar peraturan-
peraturan dan tata tertib sekolah. Upaya Represif seperti :
a) Mendamaikan para pihak yang terlibat perselisihan berikut
orangtua/pendidik pembinanya.
b) Membatasi areal tempat terjadinya aksi.
c) Menetralisir isu-isu yang berkembang dan mencegah timbulnya isu-isu
baru.
d) Berkoordinasi dengan pihak keamanan apabila terdapat pihak luar sekolah
yang melanggar keamanan, ketertiban dan perbuatan kriminalitas di
lingkungan sekolah.
e) Mengungkap lebih lanjut keterlibatan pihak luar sekolah atas kasus yang
timbul dan menyelesaikan secara hukum.
f) Mengikutsertakan para ahli untuk mengadakan bimbingan dan
penyuluhan.
g) Memberikan sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.

18
LITERASI

Pengertian Literasi adalah keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mengolah,


mempersepsi, dan memahami setiap informasi yang ia peroleh melalui kegiatan membaca
dan menulis. Dalam konteks etimologi, literasi berasal dari kata literatus yang dalam Bahasa
Latin berarti orang yang belajar.

Pengertian Literasi Menurut Para Ahli


• Menurut Elizabeth Sulzby Literasi adalah keterampilan dalam membaca, berbicara,
menulis, dan menyimak menggunakan cara yang beda namun tetap menunjang tujuan
utama.
• Menurut Alberta Literasi adalah kemampuan untuk menulis, membaca, dan
memperkaya pengetahuan dengan mengedepankan pemecahan masalah secara efektif.
Kemampuan ini diharapkan dapat dikomunikasikan dengan cara yang efisien guna
berkontribusi dalam hidup masyarakat luas.

Tujuan Literasi
Melihat definisi literasi di atas sesungguhnya bisa memberi kita gambaran mengenai tujuan
yang akan diperoleh, baik dalam tingkat individu, masyarakat, maupun bangsa, ketika
kemampuan literasi ini dapat dimaksimalkan secara optimal.

1. Mencerdaskan Masyarakat
Memiliki kemampuan literasi yang baik berarti orang tersebut mampu untuk mengolah
dan memilah informasi dengan baik. Sehingga hal ini dapat mendukung terciptanya
individu dan masyarakat yang lebih cerdas.
Kemampuan ini juga nantinya akan sangat bermanfaat untuk orang tersebut dapat lebih
bijak dalam mengambil kesimpulan dan memutuskan sikap apa yang akan diambil
berkenaan dengan informasi yang telah dibaca.

2. Membentuk Kepribadian
Cara berpikir, tutur kata, dan sikap yang literat ini akan membentuk pribadi seseorang
untuk memiliki budi pekerti dan tingkah laku yang baik. Semakin banyak orang yang
memiliki kemampuan literasi, maka semakin baik pula kualitas masyarakatnya.

19
Literasi tak hanya berkaitan dengan keterampilan pribadi, namun bisa juga diasosiasikan
dengan budaya yang berkembang di masyarakat. Mengembangkan budaya literasi yang
baik juga bertujuan supaya kebiasaan membaca meningkat dan memperbaiki pemanfaatan
waktu luang untuk hal yang bermanfaat.

Manfaat Literasi
Selain tujuan positif yang dapat dicapai dengan memperbaiki kualitas literasi, ada juga
serangkaian manfaat yang akan diperoleh.

1. Bertambahnya Ilmu Pengetahuan


Literasi selalu berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis. Salah satu manfaat
utama yang pasti akan didapat adalah bertambahnya perbendaharaan kata. Selain itu, kinerja
otak juga didorong menjadi lebih optimal karena sering digunakan untuk hal yang berkaitan
dengan intelektual.

2. Meningkatkan Kemampuan Interpersona dan Verbal


Kemampuan interpersonal dan verbal juga akan meningkat secara signifikan. Hal ini sangat
berguna terutama ketika Anda harus bekerja bersama dengan orang lain dalam satu tim,
memimpin suatu kelompok, atau mengemukakan pendapat dalam forum resmi.

3. Mampu Berpikir Kritis


Namun di atas semua itu, literasi sangat krusial manfaatnya dalam hal mengasah kemampuan
berpikir kritis, menganalisa sesuatu, meningkatkan daya fokus, serta memperbaiki
kemampuan untuk berkonsentrasi.

Tanpa pemikiran kritis dan analisa mumpuni, mustahil seseorang dapat menyaring dan
mempersepsi informasi dengan baik. Terlebih lagi dengan kondisi saat ini dimana informasi
dapat diakses dengan sangat mudah, literasi membantu individu untuk memilah mana
informasi yang bermanfaat dan tidak.

Macam-Macam Literasi
1. Literasi Baca Tulis
Salah satu jenis literasi yang akan menggantikan Ujian Nasional adalah literasi
baca tulis. Literasi baca tulis adalah kemampuan kita dalam memahami isi teks tertulis,
baik yang eksplisit maupun implisit. Literasi baca tulis juga mencakup kemampuan kita

20
untuk menuangkan ide dan gagasan kedalam tulisan. Membaca dan menulis sendiri
merupakan literasi yang paling awal dikenal dalam sejarah peradaban kita sebagai
manusia. Tak heran bila literasi baca tulis merupakan bagian dari literasi dasar.

2. Literasi Numerasi
Selain baca tulis, literasi numerasi juga merupakan bagian dari literasi dasar.
Bersama literasi baca tulis, literasi numerasi juga direncanakan akan menggantikan Ujian
Nasional mulai tahun 2021 nanti. Literasi numerasi sendiri merupakan kecakapan kita
dalam menggunakan simbol dan angka matematika dasar untuk memecahkan masalah
praktis kehidupan sehari-hari.
Kecakapan literasi numerasi memberi kita kemampuan untuk menganalisis informasi
matematis. Kemudian, interpretasi analisis tersebut dapat kita gunakan untuk membuat
prediksi, memperhitungkan, maupun mengambil keputusan.

3. Literasi Sains
Kita perlu memiliki pengetahuan ilmiah dan menggunakannya untuk mengambil
keputusan yang tepat. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan
aman. Maka, literasi apa yang dibutuhkan? Ya, adalah literasi sains, sebuah literasi yang
menekankan pada kemampuan kita untuk memahami fenomena alam di sekitar kita. Tak
hanya fenomena alam, literasi sains juga mencakup fenomena sosial.

4. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan tentang keuangan. Tak selesai pada
pengetahuan saja, literasi finansial juga mencerminkan kecakapan kita dalam menerapkan
pemahaman, konsep, risiko, dan keterampilan dibidang finansial. Literasi finansial yang
baik berdampak pada kesejahteraan finansial yang baik. Dampak positif ini tak hanya pada
tataran pribadi, tapi juga dalam skala sosial yang lebih luas.

5. Literasi Digital
Pada era digital sekarang ini, literasi digital menjadi kemampuan yang sangat
penting. Literasi inilah yang memberi kita kecakapan untuk tak hanya memperoleh, tapi
juga menyaring informasi. Sebagaimana kita pahami bersama, informasi yang kita peroleh
hari ini datang membanjir tanpa mampu kita hentikan. Dalam pengertian yang lebih
sederhana, literasi digital lebih mengacu pada penggunaan komputer dan internet.
21
Sedangkan dalam cakupan yang lebih luas, kemampuan berpikir kritis, mengevaluasi
media digital, serta membuat konten komunikasi juga merupakan bagian dari literasi
digital.

6. Literasi Budaya dan Kewargaan


Sudah seberapa baik kita memahami dan memposisikan diri sebagai individu
didalam sebuah negara dengan beragam suku, adat istiadat, bahasa daerah, dan
kepercayaan? Semakin baik kita menempatkan diri dalam keberagaman tersebut, artinya
semakin baik pula literasi budaya dan kewargaan kita. Literasi ini juga mencakup hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara, Sobat. Maka, memiliki literasi budaya dan
kewargaan memberi kita pemahaman nilai yang kuat sebagai warga negara Indonesia.

Keenam literasi diatas merupakan literasi yang disepakati dalam World Economic Forum
2015 – penting bagi kita sebagai pelajar untuk menguasainya. Memang masih ada jenis-jenis
literasi berbeda, seperti literasi kesehatan, literasi data, literasi kritikal, literasi visual, dan lain
sebagainya, yang disampaikan oleh pendapat yang berbeda.But for now, let's just go with the
six literacy above. Bukan sekedar memenuhi standar literasi sekolah, alangkah baiknya bila
kita dapat menerapkan literasi-literasi diatas dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukankah
salah satu tujuan kita belajar ilmu pengetahuan adalah untuk menerapkannya secara nyata?

22
CARA BELAJAR EFEKTIF

Belajar yang efektif adalah proses belajar mengajar yang berhasil guna, dan proses
pembelajaran itu mampu memberikan pemahaman, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan
mutu / kualitas yang lebih baik serta dapat memberikan perubahan perilaku dan dapat
diaplikasikan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hasil dari pembelajaran
itu akan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul.
Dan untuk mencapai belajar yang efektif tentu saja dalam proses belajarnya harus dilakukan
dengan baik dan benar. Berikut ini adalah tips-tips belajar yang baik dan benar :
1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena
ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun
sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar
belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang
pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok
kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian
kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.

2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran


Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang
dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan
tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.

3. Membuat Perencanaan Yang Baik


Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada
baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah
kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target
pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Buat rencana belajar yang diprioritaskan
pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.

4. Disiplin Dalam Belajar


Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya
seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika

23
waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi.
Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai.
Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan
bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika
dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang
mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang
tinggi jika kalah.

5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya


Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita
bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan
jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya
kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat
semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka
kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman.

6. Belajar Dengan Serius dan Tekun


Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting
karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian.
Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil
dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri
dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari
kembali soal-soal yang salah dijawab.

7. Hindari Belajar Berlebihan


Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan
pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut
malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat
waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan,
terutama bagi anak-anak.

8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan dan Ujian


Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat
membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat
24
ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk
menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan
memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.

9. Jadilah Seorang Pemimpin. Latihlah rasa tanggung jawabmu.


Apabila guru meminta bantuanmu untuk mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan kelas,
jangan ragu untuk menerimanya. Ajak beberapa teman kelas dan pimpin mereka untuk
membersihkan kelas bersama-sama.

10. Mendengarkan Penjelasan Guru Dengan Baik.


Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru apabila kamu mengetahui jawabannya.
Jangan menunggu guru untuk memanggil kamu untuk menjawab pertanyaan.

11. Jangan Malu Untuk Bertanya.


Selalu ajukan pertanyaan kepada guru apabila tidak mengerti tentang sesuatu hal.

12. Kerjakan PR
Kerjakan PR dengan baik, jangan selalu mencari alasan untuk tidak mengerjakannya. Jangan
malas mengerjakan PR dengan alasan lupa atau menunda-nunda mengerjakannya. Enak kan
kalau kita cepat mengerjakan PR, jadi masih punya banyak waktu untuk bermain dan nonton
TV deh!

13. Selalu Mengulang Pelajaran yang Sudah diajarkan


Setiap pulang dari sekolah, selalu mengulang pelajaran yang tadi diajarkan. Nanti sewaktu
ada ulangan jadi tidak banyak yang harus dipelajari! Asyik!

14. Cukup Istirahat, Makan Dan Bermain


Semuanya dilakukan secara berimbang. Setelah pulang sekolah, kita sering ingin cepat-cepat
bermain dan melupakan segala hal penting lainnya, contohnya makan dan istirahat. Padahal
setelah seharian di sekolah, tak terasa badan kita membutuhkan masukan energi tambahan
yang bisa didapatkan dari istirahat dan makanan yang kita makan. Oleh karenanya kita harus
dapat membagi waktu untuk makan, istirahat dan bermain. Kalau semuanya dilakukan
dengan baik, badan jadi segar setiap hari! Jadi tidak sering mengantuk di kelas!

25
15. Banyak Berlatih Pelajaran Yang Kurang Disukai
Apabila kamu tidak menyenangi suatu mata pelajaran, contohnya matematika, maka banyak-
banyaklah berlatih, mengikuti kursus atau belajar berkelompok dengan teman. Sehabis
belajar bisa bermain dan menambah teman baru di tempat kursus. Selain itu, siapa tahu dari
kurang menyukai matematika, kalian malahan menyukainya.

16. Ikutilah Kegiatan Ektrakurikuler Yang Kamu Senangi


Cari tahu kegiatan apa yang cocok dan kamu suka. Contohnya apabila kalian suka pelajaran
tae kwon do, cobalah untuk mengikuti kursus dari kegiatan tersebut, sehingga selain belajar
pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah, kalian juga dapat mendapatkan pelajaran
tambahan di luar sekolah.

17. Cari Seorang Pembimbing Yang Baik


Orangtua adalah pembimbing yang terbaik selain guru. Apabila ada yang kurang jelas dari
keterangan guru di sekolah, kalian dapat menanyakan hal tersebut kepada orang tua. Selain
itu, kalian juga dapat belajar dari teman yang berprestasi.

18. Jangan Suka Mencontek Teman


Kalau mencontek, kamu bisa bodoh karena tidak berpikir sendiri. Lagipula belum tentu,
teman yang kamu contek itu menjawab pertanyaan dengan benar. Belum lagi kalau ketahuan
guru dan teman lain, malu kan? Kalau kamu rajin belajar, pasti bisa menjawab semua
pertanyaan dengan benar sehingga ulangan dapat nilai baik.

19. Niat Dengan Sungguh-Sungguh


Kalau belajar tidak sungguh-sungguh ataupun tidak niat, yang ada malah pikiran kita
melayang kemana-mana. Entah itu tentang makanan, games, lawan jenis, dll. Oleh sebab itu,
belajar yang baik dimulai dengan niat yang sungguh-sungguh.

20. Lokasi dan Situasi Yang Kondusif


Jikalau kita belajar, tidak mungkin kalau kita lakukan di tengah jalan raya? Ataupun ketika
kita sedang makan. Cara yang paling efektif untuk belajar adalah mencari tempat yang
nyaman dan tidak terlalu banyak gangguan agar kita bisa lebih konsentrasi.

26
21. Hindari Sikap Tidak Jujur
Sekarang ini banyak siswa membuat catatan untuk mencontek saat ada ulangan atau ujian.
Dengan belajar dengan jadwal yang teratur seorang murid akan selalu siap jika ada ulangan
dadakan dan tidak perlu mencontek.

22. Metode Imitasi


Proses belajar bisa berjalan dengan sempurna melalui metode imitasi atau meniru. Metode ini
di realisasikan ketika seorang meniru orang lain atau gurunya, metode ini sering di gunakan
anak kecil untuk melafal kata bahasa dari orang tuanya, Begitu juga jika ia meniru berbagai
perilaku,etika dan tradisi

23. Trial and Error


Manusia juga belajar dari eksperimen pribadi.dia akan berusaha secara mandiri untuk
memecahkan masalah yang di hadapi.terkadang beberapa kali dia melakukan kesalahan
dalam memecahkan masalah, namun dia juga beberapa kali mencoba untuk melakuakan
kembali. Sampai pada akhirnya dia mampu untuk menyelesaikan permasalahan dengan
benar.

24. Conditioning
Manusia bisa belajar dengan pengkondisian. Seseorang di katakan belajar dengan
pengkondisian jika ada stimulun dari indrawi yang merangsangnya. Ketika itulah seseorang
menanggapi stimulus tersebut. Tanggapan yang ia berikan ialah suatu respon yang juga di
barengkan dengan stimulus netral. Kemudian respon menyertai stimulus netral itu akan di
ulang beberapa kali.

Setelah di lakukan pengulangan beberapa kali, kita akan menjumpai bahwa stimulus netrsl
bisa memberikan respon dengan sendirinya sekalipun stimulus indrawi sudah tidak ada
lagi.contoh klasi yang dilakukan psikolog Rusia Ivan pavlov dalam experimennya yang
cukup masyur. Dia membunyikan lonceng (stimulus netral) pada waktu dia meletakkan
sedikit makanan di mulut anjing (indrawi).biasanya, jika makanan itu di letakkan di deapn
mulut anjing maka anjing tersebut akan meneteskan air liur (respon).dengan demikian air liur
berbarengan dengan bunyi lonceng.

27
Ketika hal ini di ulangi beberapa kali, maka peneliti mencoba untuk membunyikan lonceng
tanpa meletakkan makanan pada mulut anjing tersebut. Maka hasilnya anjing tersebut tetap
meneteskan air liur ketika ia mendengar suara lonceng, sebuah respon baru yang belum
pernah dialami oleh anjing. Sekarang anjing tersebut merespon bunyi lonceng dengan
meneteskan air liurnya.padahal sebelum di lakukan eksperimen anjing tersebut tidak
meneteskan air liur kalau hanya mendengar bunyi lonceng.

25. Metode Berpikir


Proses belajar juga bisa berjalan sempurna dengan melalui metode berpikir, dengan metode
ini seseorang sering kali mampu menyelesaikan masalah hidupnya, dia akan memilki
kesamaan dan apa saja yang tidak memiliki kemiripan. Dengan demikian dia akan bisa
menarik kesimpulan, dengan pilihan tersebut. Maka pada kuncinya berilah anak-anak kita
pertanyaan yang menurut dia mudah, dengan demikian anak tersebut akan selalu belajar dan
berpikir.

26. Mulailah Dari yang “Kecil”


Mulailah belajar dari topik yang paling anda kuasai / gampang. Setelah itu barulah
dilanjutkan dengan topik yang lebih “menantang”. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak
langsung down dan putus asa jika mengerjakan soal-soal sulit terlebih dahulu.

27. Sering-seringlah “Practice”


Latihan dan latihan itulah kunci untuk mahir dalam suatu mata pelajaran. Semakin banyak
anda mengerjakan dan memahami soal semakin terbiasa pula anda dalam mengerjakannya.

28. Fokus
Ketika belajar, kita dituntut untuk serius. Jangan setengah hati. Karena pikiran kita tidak
dapat melakukan / memikirkan beberapa kegiatan / hal dalam satu waktu.

29. Mohon Bimbingan-NYA


Jangan lupa banyak-banyak berdoa. Karena selain dari nilai religi-nya, hal tersebut dapat
membuat kita lebih fokus ketika belajar dan dapat membuat pikiran kita lebih tenang.

28
30. Menggunakan Media dan Sumber-Sumber Yang Relevan
Jika kita hanya menggunakan 1 buku sebagai bahan patokan untuk belajar. Apapun hasil
yang kita dapat belum tentu maksimal. Untuk itulah, cobalah untuk mencari-cari hal yang
terkait kita pelajari dengan menggunakan Sumber dan Media yang sudah ada. Kita bisa
mencarinya dengan menggunakan Internet, Koran, Buku lain, Majalah, dan lain-lain. Tentu
kita juga tidak mau ilmu yang kita dapat hanya segitu saja karena hanya mempunyai 1 buku
atau sumber yang tidak lengkap. Untuk itulah, Sumber dan Media hanyalah sebagai
pelengkap dalam belajar yang baik dan benar.

29

Anda mungkin juga menyukai