Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI GURU KELAS 3 DALAM MEMBENTUK KARAKTER

PESERTA DIDIK DI SDIT QURRATA AYUN CURUP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia, melalui pendidikan tingkah laku manusia dapat berubah dan

berkembang dari satu masa kemasa selanjutnya. Pada umumnya Pendidikan

mempunyai dua fungsi yaitu fungsi sosial dan fungsi individual. Dalam fungsi

sosialnya, pendidikan bertugas menolong setiap individu agar dapat menjadi

anggota masyarakat yang berkualitas, handal dan mampu yaitu dengan

mengajarkan sejumlah ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum.

Dalam fungsi individualnya, pendidikan membentuk individu agar dapat

menikmati kehidupan yang lebih baik dengan cara mempersiapkan individu

tersebut untuk menangani pengalaman-pengalaman baru dengan baik.1

Mendidik adalah upaya manusia dan dilakukan oleh mereka yang sudah

berpengalaman, bagaimanapun juga manusia tak dapat terlepas dari individu

yang. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama antara manusia dan

berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi, dalam kehidupan

semacam inilah terjadi interaksi. Dengan kegiatan ini hidup manusia selalu
1
M. Syahran Jailani, “Teori Pendidikan Keluarga Dan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam
Pendidikan Anak Usia Dini,” Nadwa 8, no. 2 (2014): 245–260.
dibarangi oleh proses interaksi atau komunikasi baik interaksi dengan lingkungan

alam, interaksi dengan sesama maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu

sengaja maupun tidak senganja.2

Meskipun demikian perkembangan seorang anak tidak cukup dengan

interaksi dengan komunikasi saja tetapi harus diarahkan dan dibimbing secara

bertahap melalui pendidikan serta didukung oleh faktor sosial dimana anak itu

tumbuh dan berinteraksi. Jadi proses interaksi dan keberhasilan pendidikan

seorang anak sangat erat kaitannnya dengan dukungan dan perhatian yang

diberikan oleh orang tua sebab untuk mencapai pendidikan yang baik tidaklah

cukup dengan interaksi antara guru dan anak didik saja, namun banyak faktor lain

yang perlu diperhatikan, salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikan anak

adalah faktor sosial. Keluarga atau orang tua merupakan bagian dari faktor sosial

yang turut mempengaruhi proses belajar seorang anak.

Dalam proses pendidikan orang tua memegang peranan pertama dan

utama yang berkewajiban serta bertanggung jawab dalam memenuhi segala

kebutuhan anak-anaknya. Anak adalah tunas bangsa, potensi dan penerus cita-

cita, agar anak mampu memikul tanggung jawab tersebut maka perlu

memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh secara wajar baik

rohani jasmani maupun sosialnya, dan ia berhak atas kesejahteraannya.3

Anak usia sekolah menurut Sutari Imam Barnadib adalah sebagai berikut:

“Pertama tingkat Sekolah Taman Kanak-kanak (umur 4-6 Tahun), kedua tingkat

2
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (BPK Gunung Mulia,
2008).
3
Wibowo Agus, “Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban,” Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Sekolah Dasar (umur 6-12 Tahun), ketiga tingkat sekolah menengah (umur 13-20

Tahun)”. Dengan demikian dalam pempersiapkan masa depannya, anak masih

harus sekolah sampai sekolah lanjutan atau sekolah kejuruan khususnya sesudah

Sekolah Dasar.

Pendidikan berlaku bagi semua individu tanpa memandang pekerjaan

orang tua, berhasil tidaknya pendidikan tergantung bagaimana proses belajar

mengajar yang dialami anak itu sendiri. Memberikan pendidikan bukan hanya

tugas guru semata melainkan orang tua mempunyai peranan penting membantu

terbentuknya kepribadian, sikap, dan terutama sekolah membantu tercapainya

tujuan pendidikan itu sendiri, karena pendidikan merupakan kebutuhan pokok

bagi setiap manusia. Di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No 20

Th 2003 disebutkan sebagai berikut:4

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Berdasarkan uraian di atas, sesuai dengan Undang-undang Dasar sistem

pendidikan nasional bahwa setiap warga Negara dari usia dini berhak

memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikan dapat dimulai melalui

berbagai jenjang sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 17

tentang pendidikan dasar merupakan pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah, pasal 18 tentang pendidikan menengah merupakan

4
Departemen Pendidikan Nasional, “Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional,” Jakarta: Depdiknas 33 (2003).
lanjutan pendidikan dasar dan pasal 19 tentang pendidikan tinggi merupakan

jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah.

Untuk mencapai tujuan tersebut banyak hal yang harus diperhatikan

sebagaimana yang diungkapkan Slameto bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi yaitu: Faktor interen dan exteren. Pada faktor interen peranan

anak dalam menguasai keadaan yang timbul sangat diperlukan, sedangkan dalam

faktor exteren peranan orang tua dalam memajukan dan meningkatkan prestasi

anak sangat penting sekali.

Orang tua memiliki kedudukan penting dalam membimbing dan

mengarahkan anak-anaknya guna menjadi anak yang pandai dan berguna bagi

agama, bangsa dan negara. Orang tua dalam lingkungan keluarga merupakan

kumpulan orang-orang yang dianggap dewasa sebagai pendidik, Pembina

pertama bagi anak-anaknya. Pentingnya perhatian orang tua dalam memberikan

pendidikan kepada anak-anaknya sebagaimana pendapat Muhaimin bahwa Orang

tua dituntut untuk menjadi pendidik yang memberikan pengetahuan kepada anak-

anaknya serta memberikan sikap dan keterampilan yang memadai, memimpin

keluarga dan mengatur kehidupannya, memberikan contoh sebagai keluarga yang

ideal dan bertanggung jawab dalam kehidupan keluarga baik yang bersifat

jasmani maupun rohani semakin meningkat tuntutan kehidupan maka semakin

banyak masalah yang dihadapi dan perlu danya pemecahan. Hal ini merupakan

satu titik tolak atau betapa sekolah sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk

mengembangkan potensi dasar, maka manusia membutuhkan adanya bantuan

dari orang lain untuk membimbing, mendorong, dan mengarahkan agar berbagai
potensi tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan optimal,

sehingga kelak kehidupannya dapat berdaya guna dan berhasi guna bagi

kehidupan di tengah-tengah masyarakat.5

Berkaitan dengan hal di atas, maka orang pertama yang dapat memberi

dorongan, bimbingan serta mengarahkan potensi dasar seorang anak adalah

kedua orang tua, dalam hal ini orang tua mempunyai tangung jawab sekurang-

kurangnya ada 4 hal sebagaimana diungkapkan Darajat yaitu Pertama

memelihara dan membesarkan anak, kedua melindungi dan menjamin kesamaan,

baik jasmani maupun rohani dari berbagai gangguan penyakit dan dari

penyelewengan tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang

dianutnya, ketiga memberi pengajaran dari arti luas sehingga anak memperoleh

peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin

yang dapat dicapainya, ke empat membahagiakan anak baik dunia maupun

akhirat sesuai dengan pandangan hidup muslim.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus masalah dalam

penelitian ini adalah strategi guru kelas 3 dalam membentuk karakter peserta

didik di sdit qurrata ayun.

5
Munirwan Umar, “Peranan Orang Tua Dalam Peningkatan Prestasi Belajar
Anak,” JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling 1, no. 1 (2015): 20–28.
C. Pertanyaan Peneliti

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Apa saja strategi guru kelas 3 dalam membentuk karakter peserta didik sdit

qurrata ayun?

2. Bagaimana strategi guru kelas 3 dalam membentuk karakter peserta didik

sdit qurrata ayun ?

D. Tujuan penelitian

Setiap pelaksanaan kegiatan pasti memiliki tujuannya masing-masing, begitu

juga dengan penelitian ini, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan Apa saja strategi guru kelas 3 dalam membentuk

karakter peserta didik sdit qurrata ayun

2. .Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana strategi guru kelas 3 dalam

membentuk karakter peserta didik sdit qurrata ayun

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian lebih lanjut dan referensi untuk penelitian lebih lanjut

dan memberikan wawasan baru kepada pembaca mengenai strategi guru kelas

3 dalam membentuk karakter peserta didik sdit qurrata ayun.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis sendiri sebagai ajang latihan pengembangan imu

pengetahuan dan menambah wawasan untuk mendalami sebagai pendidik

tentang strategi guru kelas 3 dalam membentuk karakter peserta didik sdit

qurrata ayun.
b. Bagi institusi prodi dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan yang

dapat menambah wawasan dan ilmu serta dapat dijadikan sebagai acuan

untuk pembuatan penelitian selanjutnya.

c. Bagi pemerintah dapat menjadi gambaran tentang strategi guru kelas 3

dalam membentuk karakter peserta didik sdit qurrata ayun.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

a. Pengertian strategi pembelajaran

Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Anisatul

Mufarokah mengatakan bahwa:“Strategos berarti jendral atau berarti pula

perwira negara (strates officer), jendral ini yang bertanggung jawab

merencanakan suatu strategi dari mengarahkan pasukan untuk mencapai sesuatu

kemengan”. Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis

besar haluan dalam bertindak untuk mencapai yang telah ditentukan. Syaiful

Bahri Djamarah mengatakan bahwa:“Dihubungkan dengan belajar, mengajar,

strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan

kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang digariskan”. Beberapa

ahli mengungkapkan tentang definisi strategi, diantanya: Menurut J.R David

yang dikutip oleh Wina Sanjaya bahwa, dalam dunia pendidikan strategi dapat

diartikan sebagai “a planed method or series of activities designed to achieve a

particular educational goal”. Dasim budimansyah mengatakan bahwa, strategi

adalah “kemampuan guru menciptakan siasat dalam kegiatan belajar yang

beragam sehingga memnuhi berbagai tingkat kemampuan siswa”. Menurut baron

yang dikutip Moh. Asrori mendefinisikan bahwa, “Strategi adalah kemampuan

untuk mensiasati sesuatu, sesuatu disini bukan berarti harus baru sama sekali

tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada

sebelumnya”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi guru adalah suatu rencana
yang dilakukan oleh pendidik agar tercapainya suatu sasaran tertentu dengan baik

dan maksimal sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Strategi dan metode

tentunya berbeda, pengertian dari metode sendiri merupakan upaya untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk

merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah

perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat

digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat

dilaksanakan dengan bebagai metode. Perencanaan Strategi Guru Planning atau

perencanaan ialah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk mencapai.

Perencanaan merupakan pedoman, garis-garis besar atau petunjuk-petunjuk yang

harus dituruti jika menginginkan hasil yang baik sebagaimana direncanakan.

Pertama-tama harus memusatkan apa yang ingin dikerjakan, tujuan jangka

pendek dan tujuan jangka panjang untuk organisasi serta memutuskan alat apa

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Proses pembelajaran

dimulai dari analisis situasi dan kebutuhan sebagai dasar pengembangan rencana

pembelajaran sehingga membantu guru mengorganisasikan materi. Melalui

perencanaan pembelajaran guru dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapai

dalam pembelajaran serta caracara yang dilakukan untuk mencapai suatu

pembelajaran. Maka perencanaan pembelajaran harus dibuat dengan teliti dan

cermat, sehingga perencanaan dapat di jadikan bimbingan dan acuan para guru

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tugas merencanakan kegiatan belajar

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009


tentang Standart Pendidikan Anak Usia Dini dilakukan oleh pendidik. Pendidik

pada Taman Kanak-Kanak yang dimaksud adalah guru dan guru pendamping.

pembelajaran oleh guru difasilitasi oleh kepala sekolah. Berkaitan dengan tugas

guru sebagai perencana, maka perenanaan pembelajaran wajib disusun oleh guru

secara mandiri. Terdapat tiga jenis perencanaan pembelajaran yang harus disusun

dan disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran yaitu: a. Program

Semester (Prosem) b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) c.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPH)9 Begitu juga dengan

menjadi guru tahfidz Al-Qur’an juga perlu mempunyai persiapan ilmu sebelum

melakukan kegiatan pembelajaran, baik secara waktu, fisik, maupun ilmu.

Persiapan ilmu yang dimaksud adalah mempersiapkan bahan bahan ajar/materi

yang akan di sampaikan sebelum mengajar kepada peserta didik dan diusahakan

untuk menghindari sikap tergesa-gesa dalam menyampaikan materi. Jadi dalam

proses pembelajaran sangat diperlukan perencanaan pembelajaran agar pendidik

atau guru dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan maksimal. Adapun

komponen dalam perencanaan pembelajaran terdiri dari lima aspek yaitu sebagai

berikut: a. Perumusan tujuan pembelajaranPerumusan tujuan pembelajaran

mempunyai tiga kriteria yaitu meliputi: kejelasan tujuan, kelengkapan cakupan

rumusan tujuan pembelajaran dan kesesuaian dengan kempotensi dasar. Tujuan

yang di rumuskan dalam perencanaan pembelajaran setidaknya mudah dipahami

oleh semua orang. Selain itu, dalam tujuan pembelajaran tidak hanya

mengutamakan hasil tapi juga proses yang dialami oleh anak selama belajar. Ada

juga hal yang lebih penting adalah tujuan yang dirumuskan harus berdasar pada
kurikulum yang dimiliki oleh sekolah, sehingga pembelajaran akan berjalan

searah dengan tujuan yang telah dimiliki oleh sekolah. b. Pemilihan dan

pengorganisasian materi ajar Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar

tentunya mengacu pada tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Pemilihan

materi ajar harus disesuaikan dengan karakteristik anak, kemampuan anak dalam

menerima materi dan waktu yang dimiliki dalam pembelajaran. c. Pemilihan

sumber belajar/media pembelajaran Pemilihan sumber belajar/media

pembelajaran harus mempunyai kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan

materi pembelajaran. Pemilihan sumber belajar atau media pembelajaran dipilih

untuk membantu anak dalam menghafal Al-Qur’an. Maka dari itu lebih baik jika

media yang akan digunakan di jabarkan dengan jelas dalam perencanaan,

sehingga dapat dengan mudah orang lain memahami secara detail dari media

maupun sumber belajar yang akan digunakan. d. Skenario/kegiatan pembelajaran

Skenario/kegiatan pembelajaran berdasarkan kriteria kesesuaian dengan

metode/strategi pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik anak, serta

memperhatikan kelengkapan langkah-langkah pembelajaran. Skenario/ kegiatan

pembelajaran direncanakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Dalam

skenario pembelajaran perlu untuk memperhatikan strategi maupun metode yang

digunakan dalam pembelajaran. Strategi dan metode yang digunakan harus

menyesuaikan dengan perkembangan dan karakteristik anak dan alokasi waktu

yang dimiliki guru. Skenario pembelajaran perlu dijelaskan dalam langkah-

langkah kegiatan yang jelas, sehingga mudah untuk dipahami oleh orang lain.

Selain itu juga dapat membantu pendidik atau guru untuk mempersiapkan
kegiatan berjalan dengan maksimal dan membantu guru pengganti untuk

memahami kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan jika guru utama atau

guru kelas berhalangan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. e. Penilaian

hasil belajar Penilaian hasil belajar direncanakan dengan memperhatikan

ketercapaian tujuan yang ditetapkan. Teknik penilaian, prosedur dan instrumen

penilaian perlu direncanakan dengan baik, sehingga penilaian yang dilakukan

dapat benar-benar memberikan gambaran ketercapaian hasil belajar. Perencanaan

penilaian juga dapat memberikan gambaran hasil penilaian yang diperoleh

setelah pembelajaran sehingga hasil penilaian dapat digunakan sebagai evaluasi

dan merencanakan kegiatan belajar selanjutnya. Pentingnya Strategi Guru Di

dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat

belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.

Roestiyah N.K mengatakan bahwa salah satu langkah untuk memiliki strategi itu

ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode

mengajar adalah singkatan dari Auditory, Intellectualy, and Repetition.

Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan

tiga hal tersebut. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam

belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,

argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually yang

berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar,

mencipatakan, memecahkan masalah, dan menerapkan. Repetition yang berarti

pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih

melalui pengerjaan soal, pemberian tugas atau kuis. b. Metode Pembelajaran


Artikulasi Menurut Mustain 2010 artikulasi adalah apa yang kita definisikan

sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara (area

kemampuan berbicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area gerak

tambahan (menulis, membuat sketasa, dan gerak ekspresif lainnya). Artinya,

artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan dengan berbicara atau

melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja otak. Model pembelajaran

artikulasi merupakan model pembelajaran yang menekankan pada kosep siswa

aktif. Siswa dibagi kedalamm kelompok kecil berpasangan, satu siswa bertugas

mewawancarai siswa lain mengenai materi yang disampaikan oleh guru, hal ini

dilakukan bergantian. Kemudian tiap kelompok menyampaikan hasil kegiatan

kelompok kepada kelompok yang lain. c. Metode Pembelajaran Brainstorming

Metode pembelajaran Brainstorming merupakan salah satu metode pembelajaran

yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses

belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya didepan kelas. Menurut

Mufidah 2010 bahwa: metode Brainstorming adalah bentuk diskusi dalam rangka

menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman dari semua

peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana ggasan dari seseorang dapat ditanggapi

(didukung, dilengkapi, dikurangi atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada

pengguna metode brainstorming pendapat orang lain tidak perlu ditanggapi. d.

Metode Pembelajaran Course Review Horay Metode pembelajaran course review

horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas

menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab

benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak “hore!” atau yel-yel lainnya yang
disukai. Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu

model pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana

pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sedangkan para siswa

merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran course review horay ini,

apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut

diwajibkan meneriakkan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah

disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri. Dari uraian diatas

merupakan metode pembelajaran secara umum. Sedangkan metode dalam proses

pembelajaran menghafal Al-Qur’an adalah sebagai berikut: a. Metode Talqin

Pada metode ini mengajarkan anak menghafal menghafal Al-Qur’an dengan

metode ini adalah dengan cara membacakan terlebih dahulu ayat yang dihafal

secara berulang-ulang sampai anak-anak menguasainya. Setelah anak-anak

menguasai ayat tersebut, barulah pindah ke ayat selanjutnya. b. Metode Talqin

dan Memperdengarkan Sebanyak 20 Kali (Metode Tabarok) Metode Tabarok ini

merupakan metode yang diciptakan oleh Syeikh Dr. Kamil El. Laboody, seorang

yang pakar tahfidz pada usia tahfidz dan motivator asal mesir. Metode ini sangat

mudah untuk dipraktekkan. Caranya yaitu dengan mentalqinkan kepada anak

tersebut surat yang akan dihafal. Setelah selesai mentalqin, lalu anak

diperdengarkan melalui CD sebanyak 20 kali dari qori-qori ternama seperti

Syaikh al-Hushari, al-Minsyawy, Abdul Basith, Muhammad Ayyub dan lain

sebagainya. Dengan menggunakan metode tabarok ini putra putri dari Dr. Kamil

bisa menghafal Al-Qur’an di usia 4,5 tahun. proses itu pun cukup dilakukan

dalam waktu 1,5 tahun.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif

yakni penelitian dimaksud untuk dipahami fenomena tentang apa saja yang

diamati oleh peneliti. Dalam pembahasan proposal ini peneliti menggunakan

metode desktiptif kualitatif, menurut Suharsimi arikunto bahwa penelitian

deskriftif merupakan penelitian yang di maksud untuk menggambarkan apa

adanya suatu gejala.6

Pernyataan ini sejalan dengan apa yang dikemukkan oleh suardi, bahwa

penelitian deskrifrif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan objek atau subjek yang di teliti sesuai dengan apa adanya,

dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek

yang diteliti secara tepat.7

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang menjadi sumber data dan

informasi dalam sebuah penelitian,

b. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan yang dibutuhkan

penulis, penulis memggunakan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:

6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek,(Rineka
Cipta,Jakarta:1989).Hal174
7
Sukardi,Metodologi Penelitian Pendidikan,(Bumi Aksara,Jakarta:2003).Hal 14
a. Interview(wawancara)

Wawancara adalah suatu cara pengumpulam data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan lisan kepada sumber data, dan sumber data memberi

jawaban secara lisan pula.8

Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan.

Mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan

wawancara mendalam ini data- data bisa terkumpul semaksimal mungkin.

dalam hal ini peneliti menggunakan sistem wawancara yang terstruktur untuk

mendapatkan data dan bukti pengumpulan data secara akurat.

b. Observasi

Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan pengamatan langsung

meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dalam suatu

periode tertentu dan mengadakan pencatatan seacara sistematis tentang hal-

hal tertentu dalam pengamatan tersebut.9 Dalam penelitian kualitatif

observasi di klasifikasikan menurut tiga cara pertama observasi berfartisifasi

( participant observasion ) kedua observasi secara terang terangan dan

tersamar( over observationdan cover observasion) ketiga, observasi yang

tidak berstruktur (unstructured obsevasition).10

Dalam penelitian ini dan digunakan tekhnik observasi yang pertama,

dimana pengamat bertindak sebagai partisipan, pada observasi ini peneliti

8
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu,(Usaha Nasional, Surabaya:1993),Hal.35
9
http:wawan-junaidi. Blogspot.com(2009);13 april 2012
10
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif,hal 64
mengamati aktivitas-aktivitas sehari-hari obyek penelitian, karakter, fisik,

situasi sosial dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi

tersebut selama peneliti dilapangan, dan jenis observasinya tidak tetap.

Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan sebab

alat catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif. Membuat catatan pada waktu dilapangan, catata observasi berupa

catatan-catatan lapangan yang sesuai dengan informasi yang dbutuhkan.11

c. Teknik Analisis data

Teknik analisis data dalam penelitia ini menggunaan analisis deskriptif

kualitatif. Kegiatan analisis data merupakan pekeraan pengumpulan data

dalam penelitia deskriptif kualitatif harus diikuti langsung dengan

menuliskan, mengedit, mengklasifikasikan, menyajikan data, dan selanjutnya

data dianalisis sesuai denga pendekatan penelitian maka dat yang terkmpul

diklasifkasikan dan diinterpretasikan secara kualitatif dari awal hingga akhir

penelitian. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang didapat dari lapangan masih berupa atau berbentuk uraian atau

laporan yang terperinci yangakan terasa sulit untuk dicerna apabila tidak

direduksi, dirangkum hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting

dan dicari polanya. Reduksi data yang peneliti lakukan adalah mengolah data

11
Lexy, J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,(Remaja
Rosdakarya,Bandung:2001),Hal.135
yang sudah di dapatkan dari lapangan peneliti merangkum, memilih ha-hal

yang penting dan membuang data-data yang tidak diperlukan.

b. Data Display

Penyajian data yang akan peneliti lakukan adalah menyajikan data-data

yang telah direduksi dengan cara menguraikan data telah diolah kedalam

bentuk teks yang bersifat naratif yaitu menjelaskan suatu keadaan yang terjadi

c. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan berhubungan dengan proses penarikan

kesimpulan dari hasil pengolahan data yang dilakukan.

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentutan dengan menggambarkan

criteria kridibilitas. Untuk mendapatkan data yang relavan, maka peneliti

melakukan pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara:

1. Ketekunan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Meningkatkan ketekunan ini ibarat kita mengecek soal-soal atau makalah

yang telah dikerjakan, apakah ada yang salah atau tidak. Dengan

meningkatkan ketekunan itu maka peneliti dapat melakukan pengecekan

kembali apakah data yang telah ditemukan ini salah atau tidak. Demikian

juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan

deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
PENUTUP

Saran

Dari penelitian ini penulis memberikan saran pada pihak-pihak terkait agar

dapat berkembang serta lebih baik lagi kedepan nya.

Anda mungkin juga menyukai