Anda di halaman 1dari 18

STUDI ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER PADA KURIKULUM

MERDEKA

Nurul Amiqa, Zaenab Syifa, Yumna Pathyyah, Nur Wahyuni, Lisa, Sefti Atira Sirajuddin,
Rosma Indayani Rahman, Marwa Ulfa, Nurafifah, Rina Marlina

Abstract
Character education in very important, not only at school, but also at home and in
social circles.Currently, character education does not apply to children and youth, but also
to adults. This is very important for the survival of our nation. Competition in the future will
become increasingly complex. It is clear that this burden will be on us and our parents at
this time. At that time, children will face competition with peers from varios countries
around the world. Even in the future, we ourselves will also feel the same pressure. To meet
the demand for quality human resources in the next millenium, good character is essential.
Therefore, character is the key goal for every individual. The purpose of this research is to
know clearly how character education is in the independent curriculum. This categorizet as
an analytucal study. The author collects data reading infomation obtained from articles and
journal, as well as other scientific writings. The results of this study are. Keywords;
character education independent curriculum.
Keyword: Character education, independent curriculum

Abstrak
Pendidikan karakter sangat penting, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan
dalam lingkungan sosial. Saat ini, pendidikan karakter tidak hanya berlaku untuk anak-anak
dan remaja, tetapi juga untuk orang dewasa. Hal ini sangat penting bagi kelangsungan hidup
bangsa kita. Persaingan di masa depan akan menjadi kompleks. Jelas bahwa beban ini akan
menjadi tanggung jawab kita dan orang tua saat ini. Pada saat itu, anak-anak akan
menghadapi persaingan dengan rekan-rekan dari berbagai negara di seluruh dunia. Bahkan
di masa depan, kita sendiri juga akan merasakan tekanan yang sama. Untuk memenuhi
tuntutan akan sumber daya manusia berkualitas di milenium mendatang, karakter yang baik
sangatlah penting. Oleh karena itu, karakter adalah tujuan kunci bagi setiap individu. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas bagaimana pendidikan karakter pada

1
kurikulum merdeka. Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penilitian studi analisis.
Penulis mengumpulkan data membaca informasi yang didapat dari artikel dan jurnal,
maupun tulisan ilmiah lainnya.
Kata kunci: Pendidikan karakter, kurikulum merdeka

Pendahuluan
Pembentukan karakter bangsa mampuberlangsung melalui pengembangan karakter
individu pada masing-masing individu. Akan tetapi, lantaran manusia hidup dalam suatu
lingkungan dan budaya tertentu, maka perkembangan karakter individu hanya dapat terjadi
dalam kaitannya dengan lingkungan sosial dan budaya yang terkait. Dengan kata lain,
perkembangan budaya dan karakter mampu dicapai melalui proses pendidikan yang
mempertimbangkan interaksi peserta didik dengan lingkungan sosial, budaya, masyarakat
dan budaya bangsa, sehingga tidak dapat dilepaskan dari konteks tersebut.
Kurikulum memegang peranan penting dalam bidang pendidikan karena ada
keterkaitan yang erat antara keduanya. Salah satu upaya pengembangan kurikulum adalah
konsep “Kurikulum Merdeka Belajar”. Merdeka belajar mengacu pada suatu strategi
pembelajaran yang memberikan peluangkepada peserta didik untuk belajar secara santai,
bebas dari tekanan, dan dengan kegembiraan tanpa stres, serta mengakui dan
mengembangkan bakat alami yang dimilki oleh setiap peserta didik. Kurikulum merdeka
bertujuan untuk memperkuat pembentukan karakter peserta didik melalui profil pelajar
pancasila yang terdiri dari enam elelmen-elemennya. Elemen-elemen tersebut meliputi
Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berkhebinnekaan Global,Gotong Royong,
Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif.

Hasil dan Pembahasan

A. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakteradalah salah satu program pemerintah yang dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan mulai dari pendidikan terendah atau tingkat pertama yaitu Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) hingga tingkat satuan pendidikan tertinggi yaitu pada tingkat
perguruan tinggi. Oleh karena itu, pendidikan karakter adalah suatu sistem yang menentukan
dan menetapkan nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

2
kemauan, dan tindakan untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam hubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, orang lain, lingkungan, bangsa dan negara. 1
Pendidikan karakter disebut sebagai faktor kunci dalam membentuk kehidupan sosial yang
demokratis serta membangun komitmen moral dalam kehidupan bersama. Hal ini meliputi
nilai-nilai saling menghargai, menghormati, dan peduli terhadap kesejahteraan masyarakat
(Mahipal& Wahyudin, 2019).Arifi berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah suatu
upaya yang disengaja dan direncanakan melalui lingkungan belajar untuk mengembangkan
potensi manusia secara menyeluruh dengan membangun kepribadian yang baik, moralitas,
etika, serta memberikan dampak positif pada lingkungan alam dan masyarakat (Arifi,
2022).Maka dari itu, pendidikan karakter dapat diterapkan di semua jenis lingkungan
pendidikan, baik itu dalam konteks formal maupun non-formal. 2
Pendekatan ini bertujuan untuk membantu pemerintah dalam membangun karakter
bangsa sesuai dengan harapan masyarakat. Melalui peserta didik, pendidikan karakter yang
baik akan tumbuh karena terbiasa dilaksanakan dan diterapkan di lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat.Tentang undang-undang pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang disengaja dan terencana untuk
menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif. Tujuannya adalah agar
peserta didik dapat mengembangkan potensi diri, kekuatan spiritual, pengendalian diri,
kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan untuk diri
sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan karakter memiliki tujuan untuk mengajukan tuntutan atau upaya untuk
mengubah dan memperbaiki sikap dan perilaku peserta didik agar mereka terbiasa
berperilaku secara positif. Pendidik juga bertanggung jawab untuk menyampaikan
pendidikan karakter yang mencakup nilai-nilai moral melalui mata pelajaran yang diajarkan
di sekolah, pengembangan budaya sekolah, pusat kegiatan belajar, kegiatan ekstrakurikuler,
serta kegiatan sehari-hari baik di rumah maupun di masyarakat. Ada beberapa contoh yang
dapat dijadikan teladan oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa,
seperti: a) religius, yaitu dengan selalu melaksanakan ibadah secara tekun; b) disiplin, yaitu

1
Fadilah, Rabi’ah, Dkk . Pendidikan Karakter, (Bojonegoro; Cv. Agrapana Media, 2021 ) Hal.1.
2
Ikwanul Muslimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Karakter Di Madrasah Berbasis
Kuriukulum Merdeka, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Darussalam (JMPID),Vol. 5, No. 1, 2023. Hal 113.

3
dengan datang dan pulang ke kelas tepat waktu; dan c) bersahabat atau komunikatif, yaitu
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan memberi
penghargaan kepada peserta didik yang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan dari
pendidik.3
Penerapan pendidikan karakter menjadi urgensi karena pengamatan saat ini
menunjukkan bahwa kurikulum nasional dan pendidikan di sekolah cenderung terlalu fokus
pada pengembangan kemampuan kognitif siswa, dengan mengabaikan pengembangan aspek
emosional dan afektif mereka.Di tengah situasi saat ini, sangatlah penting untuk memberikan
perhatian yang lebih serius terhadap pendidikan moral atau karakter dalam rangka mengatasi
krisis moral yang sedang melanda negara kita.4
Pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk moral bangsa Indonesia diakui
oleh banyak pihak. Dalam upaya ini, dunia pendidikan diminta untuk merumuskan konsep
pendidikan karakter yang melibatkan pengajaran beberapa nilai-nilai karakter kepada siswa.
Konsep pendidikan karakter bertujuan untuk memperbaiki karakter siswa yang telah
terdegradasi. Karena itu, pendidikan karakter dianggap sebagai fondasi pendidikan yang
mengajarkan tentang moral dan kebiasaan yang baik. Mencapai tujuan ini dapat dilakukan
melalui pengaruh lingkungan keluarga (orang tua), sekolah (guru), dan lingkungan
sekitar.Orang tua memiliki peran utama dalam membentuk karakter anak-anak. Mereka
harus memberikan contoh yang baik dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak sejak
dini. Orang tua perlu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak mereka,
mengajarkan tentang nilai-nilai kejujuran, kerja keras, tanggung jawab, disiplin, dan
empati.Guru juga memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karakter. Mereka
tidak hanya mengajar mata pelajaran akademik, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk
mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama, kejujuran, sopan santun, dan tanggung jawab
kepada siswa. Selain itu, guru juga harus menjadi contoh yang baik bagi siswa, dengan
mempraktikkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat juga memiliki peran dalam membentuk karakter seseorang. Semua

3Nina Indriani, indrianis Suryani, dkk, Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam
Pembentukkan Karakter Disiplin Peserta Didik di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 17, No. 1,
2023, Hal. 247-248.
4Sukatin, M. Shoffa Saifillah Al-Faruq, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta ; Deepublis, 2020) Hal.
20

4
anggota masyarakat harus peduli dan bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter
generasi muda. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan edukasi, memberikan dorongan
positif, serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter yang
baik.Negara juga memiliki peran dalam membangun pendidikan karakter. Pemerintah dapat
mengadakan program-program pendidikan karakter di sekolah-sekolah dan memberikan
dukungan materi dan non-materi kepada pendidik dalam implementasi pendidikan karakter.
Selain itu, undang-undang dan regulasi terkait juga dapat memberikan pijakan hukum bagi
pendidikan karakter.Secara keseluruhan, pendidikan karakter adalah tanggung jawab
bersama antara orang tua, guru, masyarakat, dan negara. Melalui kolaborasi yang baik antara
semua pihak ini, diharapkan karakter anak-anak Indonesia dapat terbentuk dengan baik,
sehingga mereka dapat menjadi generasi yang memiliki nilai-nilai moral yang kuat dan
dapat berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.Dasar-dasar pendidikan karakter ini harus
diajarkan dan diterapkan secara sistematis dalam pendidikan formal maupun pendidikan
tidak formal. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik dapat memahami dan
menginternalisasi nilai-nilai positif ini dalam pikiran, sikap, perasaan, kata-kata, dan
tindakan mereka sehari-hari.
Pengajaran tentang pendidikan karakter memang telah ada sejak masa lampau,
seperti melalui mata pelajaran pendidikan budi pekerti. Namun, dalam perkembangannya,
terjadi pergeseran fokus dalam pendekatan pendidikan karakter di Indonesia.Pada tahun
1960an, pendidikan budi pekerti lebih menekankan pada pembentukan karakter dan nilai-
nilai positif secara umum. Mata pelajaran ini mencakup nilai-nilai agama, seni, sastra,
olahraga, dan aspek lain yang penting dalam membentuk karakter seseorang.Namun, setelah
periode reformasi, terjadi pergeseran dalam pendekatan pendidikan karakter di Indonesia.
Lebih menitikberatkan pada dimensi religius dan keagamaan, dengan penekanan pada iman
dan takwa serta akhlak mulia. Hal ini mencerminkan upaya untuk mengembalikan kearifan
lokal dan keagamaan sebagai landasan dalam pendidikan karakter.Meskipun ada pergeseran
dalam pendekatan pendidikan karakter di Indonesia, penting untuk tetap memahami
pentingnya mengajarkan nilai-nilai positif dan membentuk karakter yang baik pada peserta
didik. Pendidikan karakter haruslah holistik dan mencakup nilai-nilai universal yang tidak
terbatas pada dimensi agama saja. Program, pendidikan karakter saat ini sedang dijalankan
oleh pemerintah diseluruh sekolah di Indonesia. Pendidikan karakter ini berfokus pada

5
pengembangan nilai-nilai atau kebajikan yang merupakan dasar dari karakter bangsa.
Kebijakan yang menjadi bagian dari karakter pada dasarnya adalah nilai-nilai. Oleh karena
itu, pendidikan karakter adalah proses pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandagan
hidup atau ideologi bangsa indonesia, agama, budaya, serta nilai-nilai yang tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional. 5

B. Kurikulukm Merdeka Belajar


Dalam bahasa Yunani Kurikulum berasal dari Kata “curir” yang berarti “pelari” serta
kata “curere” yang berarti “tempat berpacu” sedangkan “kurikulum” dalam bahasa perancis
yang bermakna berlari (turun).6Kurikulum juga dapat berarti sebagai sebuah jarak yang
harus dilewati ataupun di tempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai ke garis finish
agar dapat memperoleh sebuah medali atau penghargaan. Jaran yang harus dilewati atau di
tempuh tersebut diganti dengan semua program lembaga sekolah serta semua yang terlibat di
dalamnya.
Prihantini & Rustini (2020) dalam sanjaya berpendapat bahwa dalam kurikulum
mencakup seluruh proses pembelajaran yang di lalui oleh peserta didik baik dalam
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Menurut manalu(2022),
berpendapat bahwa kurikulum mengacu pada sebuah pendekatan yang dimana peserta didik
di harapkan dapat mandiri, maksudnya peserta didik diberikan keleluasaan untuk mencari
pengetahuan baik di dunia formal maupun non formal. Kurikulum merdeka
belajartidakmempunyai batasan yang mengingkat dalam proses pembelajaran yang
dilakukan baik itu dalam Slingkungan sekolah maupun luar sekolah. Selain itu, pendidik
maupun peserta didik dituntut agar dapat lebih kreatif.7
Menurut faiz, dkk. (2022) berpendapat bahwa pemerintah memilih kurikulum
merdeka belajar sebagai kebijakan untuk kurikulum 2024 yang akan mendatang. Namun,
kurikulum ini mulai dapat di terapkan mulai tahun ajaran 2022/2023 dan merupakan sebuah
kelanjutan pengembangan dari kurikulum sebelumnya.Menurut sadewa (2022) berpendapat

5Muhammad Farid, Ma’ruf, Implementasi Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Tentang


Penguatan Pendidikan Karakter, (Trenggalek), Hal. 97.
6Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), Hal. 2-3
7Andriani Safitri, Dwi Wulandari, dkk, Proyek Penguatan Profil Pancasila: Sebuah Orientasi Baru

Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Imdonesia, Jurnal Basicedu, Vol. 6, No. 4, 2022, Hal. 7078

6
bahwa kurikulum merdeka merupakan inisiatif kemendikbudRistek dengan tujuan untuk
memperbaiki pembelajaran yang tersendat oleh pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
Kurikulum ini didasarkan dari evaluasi kurikulum sebelumnya yakni kurikulum 2013yang di
terapkan sesudah kurikulum KTSP hingga akhir tahun 2021.8
Astuti, dkk. (2022) berpendapat bahwa kurikulum merdeka belajar merupakan
kurikulum yang di rancang berbasis kompetensi untuk pemulihan pembelajaran akibat
pandemi. Pemulihan pembelajaran ini di lakukan oleh guru dengan menerapkan model
pembelajaran yang di dasarkan pada pendekatan sosial di ruang kelas.Suryadie, dkk. (2022)
berpendapat bahwa kurikulum merdeka belajar merupakan kurikulum berbasis kompetensi
yang mendukung pemulihan pembelajaran. Kurikulum ini menerapkan model pembelajaran
yang berbasis proyek atau ProjectBasedLearning guna mendukung pengembangan karakter
peserta didik berdasarkan dengan profil pelajar pancasila. Kurikulum merdeka belajar dipilih
sebagai pilihan akhir guna memulihkan pembelajaran pasca pandemi. 9
Rosmana, dkk. (2022) berpendapat bahwa kurikulum merdeka belajar dilangsungkan
melalui program sekolah penggerak yang merujuk pada profil pelajar pancasila guna
memperkuat kompetensi dan karakter peserta didik dalam implementasi pembelajaran. 10
Kurikulum merdeka adalah suatu pendekatan kurikulum yang mengedepankan
beragam pembelajaran di dalamnya, dimana isi materi akan di optimalkan supaya peserta
didik mempunyai waktu yang memadai untuk memahami konsep serta memperkuat
kompetensinya. Pendidik mempunyai kebebasan memilah dan memilih berbagai bahan ajar
guna proses pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik. Terdapat
sebuah proyek yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap profil
pelajar pancasila, yang dikembangkan sesuai dengan tema tertentu yang sudah di tetapkan
oleh pemerintah. Projek ini tidak ditujukan agar mencapai target pencapaian pembelajaran
khusus, sehingga tidak mengikat terhadap konten mata pelajaran.11

8Andriani Safitri, Dwi Wulandari, dkk, Proyek Penguatan Profil Pancasila: Sebuah Orientasi Baru

Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Imdonesia, Jurnal Basicedu, Vol. 6, No. 4, 2022, Hal. 7078
9Andriani Safitri, Dwi Wulandari, dkk, Proyek Penguatan Profil Pancasila: Sebuah Orientasi Baru

Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Imdonesia, Jurnal Basicedu, Vol. 6, No. 4, 2022, Hal. 7078
10AndrianiSafitri, Dwi Wulandari, dkk, Proyek Penguatan Profil Pancasila: Sebuah Orientasi Baru
Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Imdonesia, Jurnal Basicedu, Vol. 6, No. 4, 2022, Hal. 7078
11Kemendikbud, Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka, 2022, Hal. 9.

7
C. Karakter Pelajar Pancasila
Pancasila mempunyai peran penting sebagai landasan utama dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Sebagai ideologi. Pancasila bertujuan untuk mengarahkan
kehidupan berkomunitas dengan menerapkan nilai-nilai yang mulia dari setiap sila
Pancasila. Namun, dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, Pancasila
menghadapi berbagai tantangan. Kemajuan ini, berakibat terhadap berbagai aspek kehidupan
baik itu ekonomi, budaya, politik, adat istiadat, serta pendidikan. Tantangan ini berpengaruh
pada eksistensi Pancasila yang berada di masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi generasi
penerus bangsa, terutama siswa SMP untuk memahami serta mengimplementasikan poin-
poin Pancasila dalam kehidupan sehari-harisehari-hari, terutama melalui pendidikan, untuk
membangun karakter bangsa yang berkualitas. 12
Untuk memperkuat pendidikan karakter dapat melalui cara literasi, yang juga
merupakan bagian dari program merdeka belajar. Merdeka belajar di sini mengacu pada
fleksibilitas kurikulum, di mana kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat tetapi
guru memiliki keleluasaan dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Pendapat ini sejalan
dengan pendapat Mustaghfirah (2020)yang menyebutkan bahwa konsep merdeka belajar
dilandaskan pada filsafat meningkatkan dan memanfaatkan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki serta menghayati dan mempraktikkan nilai nilai karakter yang
ber akhlak dan mulia. 13
Suhardi (2022), menyebutkan bahwa terdapat empat prinsip dalam profil pelajar
pancasila yang perlu diperhatikan. Pertama, prinsip holistik mengacu pada pendekatan yang
menyeluruh dan komprehensif, di mana segala sesuatu dianggap sebagai kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dalam pengembangan proyek profil pelajar pancasila, menyebutkan bahwa
prinsip ini memacu kita untuk menganalisis suatu hal dengan cara menyeluruh serta
memahami hubungan antara berbagai elemen yang saling berkaitan. 14

12Amiruddin, Indra Prasetia, dkk, Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam
Mengembangkan Karakter Pancasila di SMPN 5 Satu Atap Kerajaan Pardomuan, Jurnal Penelitian,
Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 3, No.3, 2022, Hal. 270-271
13Amiruddin, Indra Prasetia, dkk, Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam
Mengembangkan Karakter Pancasila di SMPN 5 Satu Atap Kerajaan Pardomuan, Jurnal Penelitian,
Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 3, No.3, 2022, Hal. 270-271
14Andriani Safitri, Dwi Wulandari, dkk, Proyek Penguatan Profil Pancasila: Sebuah Orientasi Baru

Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Imdonesia, Jurnal Basicedu, Vol. 6, No. 4, 2022, Hal. 7079

8
Prinsip kedua adalah kontekstual, yang berkaitan dengan kejadian nyata yang terjadi
dalam proses kegiatan pembelajaran setiap hari. Prinsip kontekstual ini memacu tenaga
pendidik serta peserta didik untuk memperhatikan lingkungan dan kejadian dalam kehidupan
nyata. sebagai sumber utama dalam proses belajar mengajar oleh karena itu, pengolaan
proyek, dalam hal ini yakni satuan Pendidikan, perlu memberikan kesempatan kepada
peserta didik guna menjelajahi kejadian atau kenyataan di luar lingkungan pendidikan. Tema
dari proyek harus berkaitan dengan masalah yang terjadi sesuai dengan daerah peserta didik
masing-masing. Dengan memusatkan proyek terhadap kejadian nyata yang telah di hadapi
dan di alami oleh peserta didik dalam kehidupan maka di harapkan peserta didik dapat
memperoleh pembeli yang signifikan guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan
mereka secara lebih luas.15
Prinsip yang ketiga yaitu berpusat kepada peserta didik. prinsipnya, fokus terhadap
peserta didik ini berkaitan dengan perencanaan pembelajaran yang memacu peserta didik
menjadi Ktid serta subjek utama dalam proses pembelajaran, dimana mereka dapat belajar
secara sendiri. Jika peserta didik dapat belajar secara mandiri, maka akan lebih sedikit
menjelaskan materi atau memberikan instruksi selama pembelajaran berlansung. Sebagai
gantinya, pendidik berperan untuk menyediakan fasilitas dalam proses belajar mengajar.
Karena jika pendidik berfungsi sebagai fasilitatod, maka akan memberikan ruang kepada
peserta didik untuk dapat mengeksplorasi kan berbagai macam hal sesuai keinginan mereka
sendirian, tanpa ada paksaan dari tenaga pendidik. Denga demikian, peserta didik di
harapkan mempunyai inisiatif, mampu memilih, serta mampu memecahkan masalah yang
ada.16
Prinsip yang terakhir yaitu eksplomatif. Pada prinsip ini, terdapat keterkaitan yang
erat dengan semangat untuk memberikan ruangan yang luas untuk proses Inquiry serta
pengembangan pribadi setiap peserta didik. Proyek ini mengikat pada struktur intraakuler
yang mengatur berbagai mata pelajaran secara formal. Oleh karena itu, proyek ini memiliki
cakupan eksplorasi yang luas dalam hal konten pembelajaran, alokasi waktu, serta

15Andriani
Safitri, Dwi Wulandari, dkk, Proyek Penguatan Profil Pancasila: Sebuah Orientasi Baru
Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Imdonesia, Jurnal Basicedu, Vol. 6, No. 4, 2022, Hal. 7079
16Andriani Safitri, Dwi Wulandari, dkk, Proyek Penguatan Profil Pancasila: Sebuah Orientasi Baru

Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Imdonesia, Jurnal Basicedu, Vol. 6, No. 4, 2022, Hal. 7080

9
penyesuaian alur tujuan pembelajaran yang dituju oleh peserta didik. Namun, pada proses
perencanaan maupun pelaksanaan, penting bagi tenaga pendidik untuk menciptakan aktivitas
proyek yang terstruktur dan terpadu guna memudahkan pelaksanaan. Melalui prinsip ini,
maka di harapkan agar dapat meransang peran proyek penguatan profil pelajar pancasila
guna penyempurnaan dan memperkuat kemampuan yang dimiliki dan di peroleh oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran yang telah di tetapkan.
Hal ini sehubungan dengan profil pelajar pancasika yang terdapat pada kurikulum
merdeka belajar. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa kurikulum merdeka belajar, yang
juga sebagai kurikulum merdeka, merujuk pada sebuah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada variasi intrakurikuler. Sesuai dengan penjelasan yang terdapat pada situs
resmi pendidikan kementerian, kebudayaan, riset, dan tekhnologi (kemendikbudRistek),
tujuan dari kurikulum merdeka belajar yakni memastikan jika peserta didik mempunyai
waktu yang cukup banyak untuk memahami konsep-konsep serta sebagai penguatan bagi
kompetensi mereka
Kurikulum merdeka belajar, tenaga pendidik mempunyai kebebasan untuk memilih
bahan maupun alat yang du gunakan selama proses belajar mengajar, sehingga proses
pembelajaran dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Pendekatan ini
menggunakan project sebagai landasan untuk memperkuat pencapaian profil pelajar
pancasila. Proyek-proyek ini di kembangkan sesuai dengan tema yang di tetapkan oleh
pemerintah, dan tidak mengarahkan untuk pencapaian target pembelajaran yang tertentu.
Oleh karena itu, proyek-proyek tersebut tidak terikat pada konten-konten mata pelajaran
Adapun Keunggulan kurikulum merdeka yaitu:17

a. Kurikulum merdeka lebih mendalam dan sederhana karena lebih berfokus kepada
materi yang bersifat esemsial dan pengembangan kompetensi peserta didik bertahap
sesuai dengan kekhususan dan fasenya. Proses belajar mengajar diharapkan dapat
menjadi lebih bermakna, tidak terburu-buru, lebih mendalam dan menyenangkan.

b. Bagi peserta didik terkhusus di jenjang SMALB terdapat program yang khusus di
peminatan, sehingga peserta didik dLT memilih materi pelajaran sesuai dengan

17
Fenny Thresia,Riyanto Kliwandani,Dkk. Implementasi Kurikmulum Merdeka Di SLB Harapan Ibu
Kota Metro, (Magelang ; Pen Figh Thres, 2023 ) Hal 84.

10
aspirasi dan minatnya. Tenaga pendidik juga di harapkan agar dapat mengajar
sesuai dengan perkembangan dan pencapaian peserta didik. Sekolah jiga
berwewenang untuk mengelola dan mengembangkan kurikulum pembelajaran
sesuai dengan peserta didik dan karakteristik satuan Pendidikan.

c. Lebih interaktif dan relevan.

d. Melalui proyek kegiatan pembelajaran memberi kesempatan yang luas kepada


peserta didik agar dapat aktif mengeksplorasi isu aktual misal tentang kesehatan,
lingkungan dan lainnya yang dapat membangun kompetensi profil pelajar pancasila
dan pengembangan karakter.
Setelah mengetahui kelebihan dari kurikulum merdeka maka satuan
Pendidikan dapat memutuskan kurikulum apa yang akan di terapkan dalam lembaga
sekolahnya. Jika lembaga sekolah ingin menerapkan kurikulum merdeka, maka
lembaga sekolah dapat mengakses dan mengisi formulir pendaftaran serta melakukan
survei yang singkat.
Adapun poin-poin dari profil pelajar pancasila kurikulum merdeka yakni
sebagai berikut:18
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia.
Hal ini mengindikasikan bahwa para peserta didik di Indonesia perlu
memiliki keyakinan, ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan menunjukkan
sifat yang baik. Para peserta didik di Indonesia Harus paham terhadap ajaran agama
islam yang menjadi kepercayaan nya serta mengimplementasikan pemahaman ini
dalam kehidupan sehari-hari.
Ada lima aspem utama dari memiliki keyakinan, ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yaitu ;

a. Perilaku beragama

b. Perilaku kepribadian

c. Perilaku terhadap sesama

18Muhammad izzudin haq, (6 karakter profil pelajar pancasila kurikulum merdeka belajar),
malang terkini.com, 07 juli 2023, https://malangterkini.pikiran-rakyat.com/pendidikan/amp/pr-
1254988002/6-karakter-profil-pelajar-pancasila-kurikulum-merdeka-belajar?page=2

11
d. Perilaku terhadap alam, dan;

e. Perilaku sebagai warga negara

2. Berkebhinekaan Global

Para peserta didik di Indonesia harus melestarikan budaya yang berharga,


keunikan lokal, dan identitas mereka sendiri, sambil tetap memiliki pandangan yang
terbuka saat bersosialisasi terhadap budaya lain. Hal ini akan membentuk budaya
yang positif serta akan menumbuhkan sikap saling menghargai.

Adapun kunci dan aspek dalam menerima keberagaman global:

a. Menghargai dan mengetahui berbagai budaya

b. Skill berkomunikasi antarbudaya saat berkomunikasi dengan orang lain; dan

c. Tanggung jawab dan refleksi terhadap praktik keberagaman

3. Bergotong royong

Para peserta didik dapat menghargai semangat bergotong royong, yang


mana aktivitas dilakukan secara bersama-sama dan secara sukarelawan gun berjalan
dengan mudah, ringan dan lancar.

Adapun elemen dari gotong royong meliputi;

a. Berkolaborasi

b. Berbagi

c. Bersifat peduli
4. Mandiri
Mandiri adalah salah satu aspek penting dalam pendidikan karakter di
Indonesia. Siswa diharapkan dapat menjadi mandiri dalam belajar dan bertanggung
jawab atas proses serta hasil belajar mereka.
Kemandirian mencakup beberapa aspek, yaitu kesadaran diri dan situasi
yang dihadapi serta kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Artinya, siswa
diharapkan memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar mereka dan
memiliki kesadaran tentang kemampuan, kekuatan, dan kelemahan mereka sendiri.
Selain itu, siswa juga diharapkan dapat mengenali situasi belajar yang

12
mereka hadapi, termasuk tantangan dan peluang yang mungkin muncul. Mereka
harus terampil dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan yang perlu
diambil, dan mengevaluasi hasil kerja mereka sendiri.
Kemandirian juga melibatkan kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri.
Hal ini mencakup kemampuan untuk mengatur waktu, mengatur sumber daya,
mengatur emosi, dan mengembangkan keterampilan diri. Siswa diharapkan dapat
bekerja secara efektif secara mandiri dan mengambil inisiatif dalam mencapai
tujuan belajar mereka.
Melalui pengembangan kemandirian, siswa di Indonesia diharapkan dapat
menjadi individu yang bertanggung jawab, aktif, dan siap menghadapi tantangan di
dalam dan di luar lingkungan sekolah.
5. Berpikir Kritis
Berpikir kritis sangat penting dalam pendidikan karakter di Indonesia.
Siswa-siswa harus diajarkan untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif,
tetapi juga untuk memahami secara kritis dan analitis. Mereka harus dapat
mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis kesesuaian informasi tersebut
dengan fakta yang ada, dan mengambil kesimpulan yang berdasarkan logika dan
bukti yang kuat.
Siswa yang berpikir kritis juga harus mampu mengevaluasi dan
mempertanyakan argumen yang diberikan. Mereka harus dapat mengidentifikasi
kelemahan dalam suatu argumen dan mempertanyakan asumsi yang mendasarinya.
Hal ini akan membantu mereka dalam mengambil keputusan yang cerdas dan
berdasarkan fakta.
Selain itu, berpikir kritis juga melibatkan refleksi dan introspeksi diri. Siswa
harus diajarkan untuk merenungkan proses berpikir dan bagaimana pikiran mereka
mempengaruhi pengambilan keputusan. Mereka harus mampu mengakui dan
mengatasi bias atau prasangka yang mungkin mempengaruhi pemikiran mereka.
Melalui pengembangan berpikir kritis, siswa di Indonesia diharapkan dapat
menjadi individu yang kritis, logis, dan mampu memecahkan masalah dengan cara
yang rasional dan berdasarkan bukti yang kuat. Mereka akan menjadi individu yang
tidak mudah terpengaruh oleh opini atau pandangan yang tidak berdasar.

13
6. Kreatif
Selain berpikir kritis, kreativitas juga merupakan aspek penting dalam
pendidikan karakter di Indonesia. Siswa-siswa harus diajarkan untuk berpikir secara
kreatif dan melihat berbagai masalah dan situasi dari sudut pandang yang baru dan
inovatif.
Para siswa yang kreatif memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide
yang orisinal dan unik. Mereka tidak hanya mengikuti apa yang sudah ada
sebelumnya, tetapi mencari solusi baru dan inovatif yang mungkin tidak terpikirkan
sebelumnya. Mereka memiliki kemampuan untuk berpikir di luar kotak dan melihat
peluang yang belum terlihat oleh orang lain.
Selain itu, siswa yang kreatif juga harus memiliki kemampuan untuk
menciptakan karya orisinal. Mereka harus bisa menyampaikan ide-ide mereka
melalui seni, sastra, musik, atau bentuk ekspresi kreatif lainnya. Kemampuan ini
akan membantu mereka dalam mengkomunikasikan gagasan-gagasan mereka
dengan penggunaan bahasa non-verbal yang kuat.
Selain itu, kreativitas juga melibatkan tindakan orisinal. Para siswa harus
diajarkan untuk berani mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru serta melihat
kesempatan di tengah tantangan. Mereka harus belajar untuk tidak takut gagal dan
terus mencoba hal-hal baru dalam mencapai sukses.
Melalui pengembangan kreativitas, siswa di Indonesia diharapkan dapat
menjadi individu yang inovatif, berani, dan mampu menciptakan perubahan positif
dalam masyarakat. Mereka akan menjadi individu yang memiliki kemampuan untuk
berpikir di luar kotak, memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri mereka
sendiri, dan mampu melihat solusi-solusi baru untuk meningkatkan kualitas hidup
bagi diri mereka sendiri dan orang lain.

Penutup

Kurikulum merdeka merupakan sebuah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk


mengembangkan karakteristik positif dan nilai-nilai moral pada peserta didik. Pendidikan
karakter menjadi fokus utama dalam kurikulum merdeka, dengan penekanan pada
pengembangan nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, kerja sama, keberanian, dan

14
empati. Studi ini melakukan analisis terhadap implementasi pendidikan karakter pada
kurikulum merdeka berdasarkan hasil analisis penulis dari jurnal, buku, dan artikel. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pendidikan karakter dalam kurikulum merdeka telah
memberikan dampak positif pada peserta didik, termasuk peningkatan sikap dan perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai yang diusung. Para pendidik dan pengambil kebijakan
pendidikan perlu memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan karakter dalam
kurikulum merdeka, karena hal ini penting untuk membentuk pribadi yang berkualitas dan
berdaya saing. Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter pada kurikulum merdeka,
perlu adanya kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas dalam menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung pengembangan karakter peserta didik. Penelitian lebih
lanjut dan evaluasi yang berkelanjutan diperlukan untuk terus memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan karakter dalam kurikulum merdeka, sehingga dapat
memberikan manfaat maksimal bagi peserta didik dan masyarakat secara keseluruhan.

15
DAFTARPUSTAKA

Amiruddin, Indra Prasetia, dkk, (2020). Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
dalam Mengembangkan Karakter Pancasila di SMPN 5 Satu Atap Kerajaan
Pardomuan, Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 3, No.3.

Fadilah, Rabi’ah, dkk, (2021). Pendidikan Karakter, (Bojonegoro; Cv. Agrapana Media)

Fenny Thresia, Riyanto Kliwandani, dkk, (2023). Implementasi Kurikmulum Merdeka Di


SLB Harapan Ibu Kota Metro, (Magelang ; Pen Figh Thres).

Ikwanul Muslimin,(2023). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Karakter Di Madrasah


Berbasis Kuriukulum Merdeka, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Darussalam
(JMPID).

Kemdikbud (2022) ‘Buku Saku Kurikulum Merdeka; Tanya Jawab’, Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan, pp. 1–50.

Liska, L., Ruhyanto, A. and Yanti, R.A.E. (2021) ‘Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa’, J-KIP (Jurnal
Keguruan dan Ilmu Pendidikan), 2(3), 161.

Muhammad Farid, Ma’ruf, Implementasi Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Tentang


Penguatan Pendidikan Karakter, (Trenggalek).

Muhammad izzudin haq,07 juli 2023. “6 karakter profil pelajar pancasila kurikulum
merdeka belajar”, malang terkini.com, https://malangterkini.pikiran-
rakyat.com/pendidikan/amp/pr-1254988002/6-karakter-profil-pelajar-pancasila-
kurikulum-merdeka-belajar?page=2

Mukaromah, D. (2023) ‘Implementasi kurikulum merdeka belajar dalam pembentukan


karakter disiplin peserta didik di sekolah dasar’, 17(1), 242–252.

Safitri, Andriani, Dwi Wulandari, Y.T.H. (2022). Proyek Penguatan Profil Pancasila: Sebuah
Orientasi Baru Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Imdonesia, Jurnal
basicedu, 6(4), 7076–7086.

Sukatin, M. Shoffa Saifillah Al-Faruq, 2020. Pendidikan Karakter, (Yogyakarta ;


Deepublis).

Susilowati, E. (2022) ‘Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada Mata Pelajaran


Pendidikan Agama Islam’, Al-Miskawaih: Journal of Science Education, 1(1), 115–
132.

16
Zainal Arifin, 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya)

17
18

Anda mungkin juga menyukai