Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KONSEPTUAL PENDIDIKAN

KARAKTER BERWAWASAN MUTU TERPADU DI


INDONESIA
Rafli Eka Musyary, Almira Noritika Zulaikha
Universitas Sriwijaya

ABSTRAKS
Dalam kancah internasional, terutama pada era perdagangan bebas (AFTA, APEC,
WTO) termasuk dalam dunia pendidikan dan kebudayaan, menjadikan Indonesia rentan akan
dampak terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia seperti masuknya budaya
asing yang kurang sesuai dengan budaya bangasa Indonesia, tentunya hal ini akan memicu
tergerusnya budaya dan nilai luhur negeri dan terdegradasinya nilai-nilai moral anak bangsa.
Hal ini “menantang” masyarakat Indonesia untuk meningkatkan penguatan nilai-nilai budi
luhur sejak dini dengan mengimplementasikan pendidikan karakter terutama yang
berwawasan pada mutu terpadu. Dalam Undang-undang (UU) No.20, tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan UU di atas jelas
bahwa, selain bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, fungsi pendidikan nasional
kita susungguhnya juga diarahkan untuk membentuk watak atau karakter bangsa Indonesia,
sehingga mampu menjadi bangsa yang beradab dan bermartabat serta mampu menjadi bangsa
yang memiliki keunggulan tertentu dibanding bangsa-bangsa lain.
Berbagai persoalan moral, budi pekerti, watak atau karakter, masih menjadi persoalan
signifikan yang menghambat pembangunan dan cita-cita luhur bangsa kita, seperti:
meningkatnya dekandensi moral, etika.sopan santun para pelajar, meningkatnya
ketidakjujuran pelajar, seperti mencontek, suka bolos, suka mengambil barang milik orang
lain, serta berbagai persoalan lainnya yang mengarah pada terjadinya dekadensi moral
bangsa. Melihat kasus-kasus kekerasan di beberapa daerah di negeri ini, termasuk kekerasan
di lingkungan sekolah, mendorong para pemangku kebijakan pendidikan untuk mengambil
lankah-langkah antisipatif yang sifatnya edukatif sebagai solusi. Ironisnya, beberapa lembaga
sekolah telah “mengabaikan” tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan,
sikap dan nilai, dan keterampilan secara terintegrasi dan seimbang, dimana sekolah telah
memberikan porsi yang berlebih terhadap pengetahuan kognitif, akibatnya porsi untuk
pengembangan sikap dan perilaku, nilai dan moral luhur sangat minim. Oleh karena itu
peranan pendidikan karakter kembali dilirik berkaitan dengan kondisi tersebut. Untuk
menrespon permasalahan di atas, perlu kiranya memasukkan wawasan mutu terpadu kedalam
sistem pendidikan karakter dimana pendidikan karakter berwawasan mutu tersebut tidak
dibuat dalam bentuk mata pelajaran tersendiri, tetapi dengan diintegrasikan ke dalam semua
mata pelajaran yang telah ada. Sehingga, dalam mengimplementasikannya tidak ada
tambahan mata pelajaran, tetapi cukup dengan memberikan penguatan pada masing-masing
mata pelajaran.
Kata kunci: pendidikan, karakter, mutu

1
PENDAHULUAN pendidikan karakter perlu dilakukan
dengan mengacu pada grand design
Pendidikan merupakan pilar penting dalam tersebut.
membangun daya saing suatu bangsa Menurut UU No 20 Tahun 2003
(Sulisworo, 2016). Indonesia dengan Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
sebaran penduduk yang tidak merata antar Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur
pulau mengalami berbagai permasalahan pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
dalam membangun system pendidikan nonformal, dan informal yang dapat saling
yang berkualitas. Guru sebagai komponen melengkapi dan memperkaya. Pendidikan
penting dalam pendidikan formal juga informal adalah jalur pendidikan keluarga
memiliki permasalahan tersendiri untuk dan lingkungan. Pendidikan informal
dapat mendukung pendidikan yang baik sesungguhnya memiliki peran dan
(Sulisworo dkk., 2017). Terlepas dari kontribusi yang sangat besar dalam
berbagai kekurangan dalam praktik keberhasilan pendidikan. Peserta didik
pendidikan di Indonesia, apabila dilihat mengikuti pendidikan di sekolah hanya
dari standar nasional pendidikan yang sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari
menjadi acuan pengembangan kurikulum, 30%. Selebihnya (70%), peserta didik
dan implementasi pembelajaran dan berada dalam keluarga dan lingkungan
penilaian di sekolah, tujuan pendidikan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas
sebenarnya dapat dicapai dengan baik. waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi
Pembinaan karakter juga termasuk dalam hanya sebesar 30% terhadap hasil
materi yang harus diajarkan dan dikuasai pendidikan peserta didik.
serta direalisasikan oleh peserta didik Selama ini, pendidikan informal
dalam kehidupan sehari-hari (Fischer, terutama dalam lingkungan keluarga
2013). Permasalahannya, pendidikan belum memberikan kontribusi berarti
karakter di sekolah selama ini baru dalam mendukung pencapaian kompetensi
menyentuh pada tingkatan pengenalan dan pembentukan karakter peserta didik.
norma atau nilai-nilai, dan belum pada Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua
tingkatan internalisasi dan tindakan nyata yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman
dalam kehidupan sehari-hari . orang tua dalam mendidik anak di
Sebagai upaya untuk lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan
meningkatkan kesesuaian dan pendidikan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media
karakter yang berwawasan mutu terpadu, elektronik ditengarai bisa berpengaruh
Kementerian Pendidikan Nasional negatif terhadap perkembangan dan
mengembangkan grand design pendidikan pencapaian hasil belajar peserta didik.
karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan Salah satu alternatif untuk mengatasi
jenis satuan pendidikan. Grand design permasalahan tersebut adalah melalui
menjadi rujukan konseptual dan pendidikan karakter terpadu, yaitu
operasional pengembangan, pelaksanaan, memadukan dan mengoptimalkan kegiatan
dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan informal lingkungan keluarga
pendidikan. Konfigurasi karakter dalam dengan pendidikan formal di sekolah
konteks totalitas proses psikologis dan (Supriyanto, 2015). Dalam hal ini, waktu
sosial-kultural tersebut dikelompokan belajar peserta didik di sekolah perlu
dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil
development), Olah Pikir (intellectual belajar dapat dicapai, terutama dalam
development), Olah Raga dan Kinestetik pembentukan karakter peserta didik
(Physical and kinestetic development), dan berwawasan mutu terpadu .
Olah Rasa dan Karsa (Affective and Sasaran pendidikan karakter
Creativity development)(Almerico, 2014). adalah seluruh sekolah di Indonesia
Pengembangan dan implementasi terutama pada tingkat SMP negeri maupun

2
swasta, karena di masa SMP peserta didik berguna serta tidak akan sia-sia.
belum terlalu melawan kepada guru, (Sisdiknas, 2003) merumuskan fungsi dan
seperti anak SMA, dan anak SMP tidak tujuan pendidikan nasional yang harus
terlalu kecil untuk mendapatkan materi digunakan dalam mengembangkan upaya
pendidikan karakter, seperti anak SD atau pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU
MI. Semua warga sekolah, meliputi para Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan
peserta didik, guru, karyawan administrasi, nasional berfungsi mengembangkan dan
dan pimpinan sekolah menjadi sasaran membentuk watak serta peradaban bangsa
program ini. Sekolah-sekolah yang selama yang bermartabat dalam rangka
ini telah berhasil melaksanakan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa,
karakter dengan baik dijadikan sebagai bertujuan untuk berkembangnya potensi
best practices, yang menjadi contoh untuk peserta didik agar menjadi manusia yang
disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Pendidikan karakter bertujuan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
untuk meningkatkan mutu berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di menjadi warga negara yang demokratis
sekolah yang mengarah pada pencapaian serta bertanggung jawab”.
pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan Karakter bangsa haruslah
seimbang (Rolina, 2014). Melalui berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Kalau
pendidikan karakter diharapkan peserta sudah dipahami, maka nilai-nilai pancasila
didik mampu secara mandiri mudah dikembangkan. Perlu kita sadari
meningkatkan dan menggunakan bahwa pendidikan dalam membangun
pengetahuannya, mengkaji dan umat, menempati posisi yang sangat
menginternalisasi serta mempersonalisasi strategis. Dan perlu kita hayati bersama
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia bahwa pendidikan merupakan kunci masa
sehingga terwujud dalam perilaku sehari- depan bangsa kita.
hari. Menurut (Khairudin, 2013), Pendidikan berkarakter harus
pendidikan karakter seharusnya membawa berjalan secara baik dalam aspek kognitif,
peserta didik ke pengenalan nilai secara afektif, maupun psikomotorik dalam
kognitif, penghayatan nilai secara afektif, mempersiapkan generasi muda bagi
dan akhirnya ke pengamalan nilai secara keberlangsungan kehidupan masyarakat
nyata. Permasalahan pendidikan karakter dan bangsa yang lebih baik di masa depan
yang selama ini ada di SMP perlu segera (Buchori, et al., 2016). Persiapan dengan
dikaji, dan dicari altenatif-alternatif mewariskan budaya dan karakter bangsa
solusinya, serta perlu dikembangkannya yang telah menjadi ciri khas bangsa
secara lebih operasional sehingga mudah Indonesia. Dengan kata lain, peserta didik
diimplementasikan di sekolah. akan selalu bertindak, bersikap yang
mencirikan budaya dan karakter bangsa
Hakikat pendidikan karakter bagi (Sciences & Date, 2016). Hal ini sesuai
bangsa Indonesia dengan fungsi utama pendidikan yang
diamanatkan dalam UU Sisdiknas,
Pendidikan karakter adalah “mengembangkan kemampuan dan
pendidikan yang menyeimbangkan ilmu membentuk watak serta peradaban bangsa
pengetahuan (iptek) dengan ilmu agama yang bermartabat dalam rangka
(imtak), sehingga Individu memiliki mencerdaskan kehidupan bangsa”.
kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau Pendidikan berkarakter merupakan inti
unggul, dan mampu bertindak sesuai dari suatu proses pendidikan (Anwar,
potensi dan kesadarannya tersebut. 2015). Dalam mengembangkan pendidikan
Karakter ini sangat dihargai dan tentu karakter, kesadaran akan siapa dirinya dan

3
kepedulian terhadap kemajuan bangsa proses pembelajaran, seperti
akan terasa teramat penting . mengerjakan tugas sendiri, dan
melengkapi bahan pembelajaran.
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter Kemandirian melatih siswa untuk
dan dampaknya bagi pelajar Indonesia terbiasa menggunakan kemampuan
Karakter bangsa Indonesia adalah yang dimilikinya. Jadi, generasi muda
karakter yang dimiliki warga negara harus mandiri dalam mengerjakan
Indonesia berupa tindakan-tindakan yang kewajiban yang telah diberikan.
dinilai sebagai suatu kebajikan d. Disiplin (Kedisiplinan membuat
berdasarkan nilai yang berlaku di pelajar senantiasa menggunakan waktu
Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan dengan sebaiknya, dalam arti tidak
karakter bangsa diarahkan pada upaya menghabiskan waktu dengan hal-hal
mengembangkan nilai-nilai yang yang tidak bermanfaat atau sia-sia).
mendasari suatu kebajikan sehingga Dalam lingkup nilai disiplin, Indonesia
menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan masih jauh tertinggal dari bangsa lain
mutu pendidikan (Tanis, 2013) yang sukses menerapkan nilai
Nilai – nilai Pendidikan karakter kedisiplinan. Apabila dunia pendidikan
yang berhasil diterapkan akan gagal menanamkan sikap disiplin
menghasilkan nilai-nilai sebagai berikut: terhadap peserta didik, berarti para
(Rasyidah, et. all, 2011). guru dan dosen siap mengantarkan
Nilai yang berhubungan dengan diri bangsa di negeri ini kelapisan bawah
sendiri: dari bangsa-bangsa dunia yang telah
a. Religius (nilai religius merupakan maju peradabannya (Badaracco, 1998).
pendidikan karakter bangsa yang e. Gemar Membaca
utama). Melihat nilai religius yang Dengan gemar membaca, pelajar dapat
semakin memudar dalam membuka cakrawala yang luas.
perkembanggan zaman, maka harus Pepatah mengatakan “Membaca Buku
diterapkan sejak dini dalam proses Berarti Membuka Jendela Dunia”.
pendidikan baik formal ataupun tidak, Informasi yang diperoleh menjadikan
misalnya berdo’a sebelum dan sesudah peserta didik memiliki potensi awal
belajar, berbuat baik kepada sesama, yang sangat baik, sehingga dapat
mengormati dan patuh kepada kedua mengaitkan berbagai ilmu yang
orang tua dan sebagainya merupakan dikuasai.
bentuk aplikatifnya (Anggraini, 2016). Nilai yang berhubungan dengan diri
Jika sudah menyatu dan menjadi suatu orang lain:
kebutuhan maka akan melahirkan a. Jujur (Karakter bangsa yang kini
generasi bangsa yang berkualitas, menjadi sorotan pada berbagai aspek
sehingga mutu pendidikan dapat kehidupan adalah kejujuran).
ditingkatkan. Lemahnya nilai kejujuran di sekolah,
b. Kreatif seperti, budaya menyontek, berbohong
Alternatif lain yang digunakan untuk kepada guru akan berdampak terhadap
mengatasi permasalahan yaitu dengan proses pendidikan dan hasil yang akan
pemikiran yang kreatif. Siswa yang diperoleh. Nilai kejujuran dapat
kreatif sangat diidamkan, karena dikembangkan melalui kantin
mampu menghasilkan karya-karya kejujuran, sehingga materi atau pokok
yang baru seperti karya sastra, karya bahasan dalam mata pelajaran dapat
seni, tidak terbebani terhadap satu langsung dipraktekkan.
solusi serta jauh dari jiwa imitasi . b. Toleransi (sikap dan tindakan yang
c. Mandiri menghargai perbedaan agama, suku,
Kemandirian sangat dibutuhkan dalam etnis, pendapat, perilaku orang lain

4
yang berbeda dari dirinya. Rasa g. Menghargai Prestasi
toleransi harus selalu tertanam dan Prestasi yang diperoleh harus dihargai
dipahami agar generasi muda terlepas sebagai buah perjuangan yang telah
dari permasalahan. Menurut (Bryan & dipetik. Dengan berbagai sarana yaitu
Babelay, 2009) Permasalahan timbul berbagi ilmu terhadap sesama, dan
karena adanya perbedaan, karena itulah selalu menggali potensi diri.
kita membutuhkan toleransi dalam h. Bersahabat dan Komunikasi
proses pendidikan supaya tercipta Dalam aspek pendidikan keberhasilan
suasana yang kondusif dan damai. sesalu diraih dengan saling bekerja
Seperti menghargai guru, menghargai sama karena perasaan senang telah
pendapat teman, saling membantu tercipta dan komunikasi yang berjalan
menuju kesuksesan. dengan baik (membentuk kelompok
c. Kerja keras (Suksesnya penerapan diskusi) akan meningkatkan proses
kerja keras dalam melaksanakan hak belajar menjadi lebih efisien.
dan kewajiban, akan melahirkan i. Peduli Lingkungan
peserta didik yang mau berusaha, tanpa Upaya yang dilakukan sebagai bentuk
mengenal putus asa. Kerja keras yang pencegahan terhadap kerusakan
dilakukan meliputi rajin belajar, lingkungan.
membuat tugas dengan sungguh- Implementasinya di sekolah
sungguh, dan bekerja sama dalam seperti membuang sampah pada
mencapai tujuan (Berkowitz & Hoppe, tempatnya, dan menjaga kebersihan,
2009). Hal ini membuat siswa mau kenyamanan lingkungan sekolah
bekerja keras dalam mencapai tujuan (Anggraini, 2016). Keadaan
akhir pendidikannya. lingkungan sangat mempengaruhi
d. Demokrasi proses pembelajaran, seperti
Pendidikan yang demokratis akan lingkungan belajar yang bersih akan
menghasilkan lulusan yang mampu menciptakan suasana senang sehingga
berpartisipasi dalam kehidupan pikiran lebih terbuka untuk menerima
masyarakat dan mampu mempengaruhi materi.
pengambilan keputusan kebijakan j. Peduli Sosial
publik. Demokrasi dapat berupa saling Sikap dan tindakan yang berjiwa sosial
bertukar pendapat dalam forum dengan saling membantu untuk
diskusi, mengajukan pemikiran dalam mewujudkan kerukunan dan
musyawarah, memilih pemimpin kelas/ lingkungan yang damai serta sejahtera
sekolah dan sebagainya . dalam dunia pendidikan (Meretzky,
e. Rasa Ingin Tahu (Minat dalam proses 2001). Apabila ada kemalangan dari
belajar adalah rasa ingin tahu terhadap warga sekolah diwujudkan dengan rasa
materi yang disampaikan. Rasa ingin empati, mengumpulkan dana bantuan.
tahu membuat siswa selalu menggali k. Bertanggung Jawab
ilmu, mencari informasi, melakukan Bertanggung jawab berarti berani
suatu hal yang baru. mengambil resiko terhadap tindakan
f. Cinta Tanah Air yang telah diperbuat (Sharp, 2002).
Dari nilai cinta tanah air, kepedulian Peserta didik sangat dituntut untuk
terhadap bangsa dan Negara Indonesia bertanggung jawab terhadap apa yang
yang sangat menonjol dalam telah dilakukannya, baik terhadap diri
kepribadian. Dalam segi aplikatif cinta sendiri, lingkungan masyarakat dan
tanah air dapat diwujudkan dengan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
kesetiaan, kepedulian terhadap bahasa Implikasi konsep mutu terpadu dalam
dan lingkungan, membeli produk anak pendidikan
bangsa dan dalam berbagai aspeknya.

5
Berdasarkan praktik yang bermartabat dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mencerdaskan kehidupan bangsa.
selama ini, dan langkah-langkah yang Berdasarkan UU tersebut jelas bahwa,
telah dirintis (baik oleh pemerintah selain bertujuan untuk mencerdaskan
maupun masyarakat) serta kebijakan ke kehidupan bangsa, fungsi pendidikan
depan, konsep mutu dianut secara sinergis, nasional kita susungguhnya juga diarahkan
bersamaan, dan saling melengkapi. Di untuk membentuk watak atau karakter
Indonesia dikenal adanya sekolah-sekolah bangsa Indonesia, sesuai dengan potensi
unggulan (sebagai nama “generik”, bukan keunggulan budaya lokal bangsa yang
nama diri suatu sekolah) baik yang beradab dan bermartabat luhur. Dapat
diprakarsai oleh pemerintah maupun yang diartikan disini, bahwa siswa perlu
tumbuh atas prakarsa masyarakat termasuk mengakomodasi segala karakter yang baik
dunia usaha. Mutu dalam pengertian sehingga dapat berwawasan mutu terpadu .
relatif (standar) diterapkan dalam dunia Untuk ini diperlukan pengembangan
pendidikan di Indonesia, antara ain pembelajaran siswa yang memberi peluang
terbukti dengan adanya kurikulum bagi guru untuk mengembangkan karakter
nasional yang memberikan perincian yang berbasis pada mutu terpadu
tujuan yang ingin dicapai, rumusan standar pendidikan yang terjadi di sekitar proses
(Supriyanto, 2015). pembelajaran itu berlangsung, yaitu
Kompetensi yang diinginkan, standar isi, pembelajaran yang akomodatif yang
dan sistem penilaian yang diantaranya ditinjau dari sudut pandang keunggulan
berupa ujian nasional. Ujian nasional karakter yang berwawasan mutu.
sebagai alat pengukur (penerapan standar) Substansi dari proses
pencapaian standar kompetensi, juga pengembangan pembelajaran karakter
menjadi standar yang dapat dinaikkan atau dimulai dengan mengidentifikasi masalah
diturunkan derajat kualitasnya sesuai dan kebutuhan (need analysis), dilanjutkan
kesepakatan. Kalau hasil ujian nasional dengan mengembangkan bahan, dan
secara keseluruhan memuaskan, strategi pembelajaran (model
standarnya secara berangsur-angsur development), dan diakhiri dengan
dinaikkan dan hal ini dikaitkan dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya
upaya peningkatan mutu pendidikan untuk (evaluation) (Hutcheon, 1999). Sebagai
mencapai standar mutu yang lebih tinggi. suatu sistem, pembelajaran karakter
Disamping standar nasional, terdapat memiliki ciri sistem secara umum seperti
standar lokal maupun sekolah. Ketentuan halnya sistem-sistem yang lain. Sistem
tentang standar nasional dapat dilihat pada adalah benda, peristiwa, kejadian, atau
Bab IX, Pasal 35 UU Sisdiknas Nomor 20 cara yang terorganisasi yang terdiri atas
Tahun 2003. Di luar standar yang sifatnya bagian-bagian yang lebih kecil, dan
substantif (berhubungan dengan seluruh bagian tersebut secara bersama-
kompetensi yang harus dicapai), sama berfungsi untuk rnencapai tujuan
pemerintah juga melakukan pengecekan tertentu. Menurut (Faridi, 2014)
standar yang berkaitan dengan kinerja setidaknya terdapat empat indikator dari
satuan pendidikan dan kelayakan sebuah sistem, yakni: a) memiliki atau
pengelolaan satuan pendidikan melalui dapat dibagi menjadi bagian yang lebih
sistem akreditasi. kecil atau subsistem, b) setiap bagian
mempunyai fungsi sendiri-sendiri, c)
Pendidikan karakter berwawasan mutu
seluruh bagian itu melakukan fungsi secara
terpadu
bersama, d) fungsi bersama tersebut (
Pendidikan nasional berfungsi mempunyai tujuan tertentu. Pembelajaran
mengembangkan kemampuan dan karakter sebagai suatu sistem haruslah
membentuk watak serta peradaban bangsa memiliki empat indikator yang dipaparkan

6
di atas. Model umum sistem pembelajaran meningkatkan mutu pendidikan
karakter terdiri atas komponen input, Pendidikan karakter yang berhasil
proses, dan output, bahkan dapat diterapkan akan menghasilkan nilai-nilai,
dilengkapi dengan outcome. yakni: religius, jujur, toleransi, displin,
Strategi yang dikembangkan kerja keras, kratif, mandiri, demokrasi,
dalam penggunaan pendidikan karakter rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
yang berwawasan mutu terpadu dalam cinta tanah air, menghargai prestasi,
dunia pendidikan adalah institusi/ bersahabat dan komunikasi, cinta damai,
lembaga-lembaga pendidikan gemar membaca, peduli lingkungan,
memposisikan dirinya sebagai institusi/ peduli sosial serta bertanggung jawab.
lembaga jasa, yaitu memberikan pelayanan
yang sesuai dengan keinginan pelanggan Implementasi pendidikan karakter
(Mihardi, 2015). Sehingga dalam hal ini berwawasan mutu terpadu menjadi salah
institusi/ lembaga-lembaga sekolah dapat satu solusi alternatif bagi pelaksanaan
mengembangkan serta menerapkan pendidikan karakter sesuai dengan
pendidikan karakter yang berwawasan perkembangan zaman ini dalam
mutu terpadu demi meningkatnya kualitas mengantisipasi, menanggulangi, dan
moral para siswa maupun keinginan orang mencegah dekadensi moral dan karakter
tua menyekolahkan anaknya, salah satunya anak bangsa, dan hal ini juga sejalan
adalah mempunyai karakter sikap yang dengan fungsi pendidikan nasional yaitu
baik. mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
KESIMPULAN dan SARAN yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
Pendidikan karakter adalah untuk mengembangken potensi peserta
pendidikan yang menyeimbangkan ilmu didik agar menjadi manusia manusia yang
pengetahuan (iptek) dengan ilmu agama beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
(imtak), sehingga Individu memiliki Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
unggul, dan mampu bertindak sesuai menjadi warga Negara yang demokratis
potensi dan kesadarannya tersebut. serta bertanggung jawab. Selain itu juga
Karakter bangsa haruslah berdasarkan diarahkan untuk membentuk watak atau
nilai-nilai Pancasila. Kalau sudah karakter bangsa Indonesia, sehingga
dipahami, maka nilai-nilai pancasila mampu menjadi bangsa yang beradab dan
mudah dikembangkan. Perlu kita sadari bermartabat luhur serta mampu menjadi
bahwa pendidikan dalam membangun bangsa yang memiliki keunggulan tertentu
umat, menempati posisi yang sangat dibanding bangsa-bangsa lain.
strategis. Dan perlu kita hayati bersama
bahwa pendidikan merupakan kunci masa Sesuai uraian tersebut, maka
depan bangsa kita. Pendidikan berkarakter keluaran institusi pendidikan atau lembaga
harus berjalan secara baik dalam aspek sekolah seharusnya mampu menghasilkan
kognitif, afektif, maupun psikomotorik orang-orang yang pandai dan baik dalam
dalam mempersiapkan generasi muda bagi arti yang luas, dimana pendidikan untuk
keberlangsungan kehidupan masyarakat membuat anak pandai dan juga mampu
dan bangsa yang lebih baik di masa depan. menciptakan nilai-nilai luhur sesuai
dengan karakter bangsa. Sehingga penting
Pendidikan karakter bangsa kiranya menanamkan nilai-nilai luhur atau
diarahkan pada upaya mengembangkan karakter dimulai sejak usia sekolah
nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan dasar/dini. Manfaat yang diharapkan
sehingga menjadi sebuah solusi untuk dalam makalah ini meliputi; manfaat

7
teoretis dan manfaat praktis. Secara teortis, Pendidikan karakter yang
diharapkan memberikan konstribusi berwawasan mutu membantu dalam
terhadap pengembangan materi ajar mata mengimplementasikan karakter-karakter
pelajaran, bagaimana mengintegrasikan yang harus dikembangkan dan dilakukan
pendidikan karakter yang berwawasan oleh siswa secara terus-menerus sehingga
mutu terpadu kedalam mata pelajaran. mutu sekolah dalam mencerdaskan para
Secara praktis, makalah ini diharapkan siswa dan membentuk siswa mempunyai
dapat memberikan klarifikasi konsep karakter yang luhur akan tercapai seiring
kepada pihak-pihak yang bersinggungan dengan kerjasama antar pihak sekolah dan
dengan materi ajar pendidikan karakter. orang tua siswa. pendidikan karakter
Melalui makalah pengembangan materi seharusnya membawa peserta didik ke
ajar pendidikan karakter ini diharapkan pengenalan nilai secara kognitif,
peningkatan mutu pembelajaran penghayatan nilai secara afektif, dan
pendidikan karakter yang menjadi ruh akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.
kehidupan yang bermartabat luhur dapat Permasalahan pendidikan karakter yang
tercapai. Di samping itu, makalah singkat selama ini ada di SMP perlu segera dikaji,
ini juga dapat dijadikan acuan bagi guru dan dicari altenatif-alternatif solusinya,
dalam melakukan pengembangan materi serta perlu dikembangkannya secara lebih
ajar dan proses pembelajaran pendidikan operasional sehingga mudah
karakter terutama di tingkat sekolah dasar. diimplementasikan di sekolah. Melalui
Di sisi lain, bagi siswa yang sedang program pendidikan karakter berwawasan
belajar, mereka dapat belajar dan mutu terpadu diharapkan lulusan-lulusan
memahami materi pendidikan karakter dari peserta didik dapat memiliki
menjadi lebih cepat dan mudah. keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
Saran untuk makalah diatas adalah berkarakter mulia, kompetensi akademik
pendidikan karakter sebagai dasar untuk yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki
mendatangkan perbaikan terhadap mutu kepribadian yang baik sesuai norma-norma
pendidikan di Indonesia. Pendidikan dan budaya Indonesia. Pada tataran yang
karakter dapat digunakan sebagai alternatif lebih luas, pendidikan karakter nantinya
untuk membangun generasi bangsa yang diharapkan menjadi budaya sekolah yang
lebih baik. Selain itu, pendidkan karakter bermutu tinggi.
dapat mengembangkan penerus bangsa
dalam berbagai aspek serta memperkecil DAFTAR PUSTAKA
faktor permasalahan budaya dan karakter
bangsa. Dengan pendidikan karakter Almerico, G. M. (2014). Building character
seseorang dapat memiliki kecerdasan through literacy with children’s
emosional yang baik. Kecerdasan emosi literature. Research in Higher Education
akan menjadi bekal untuk menyonsong Journal, 26, 1–13.
masa depan, menghadapi berbagai Anggraini, P. (2016). The Implementation of
masalah, termasuk tantangan untuk Character Education Model Based on
berhasil secara akademis. Suksesnya Empowerment Theatre for Primary
pendidikan karakter secara otomatis mutu School Students, 7(1), 26–29.
pendidikan terangkat kelevel-level yang Anwar, C. (2015). Learning Value at Senior
lebih baik, dengan tidak menghasilkan High School Al-Kautsar Lampung for the
Formation of Character, 6(9), 40–46.
peserta didik yang hanya pandai
Badaracco, J. L. (1998). The discipline of
mengekor, tetapi menghasilkan SDM yang building character. Harvard Business
unggul, kompetitif dan dapat diandalkan. Review, 76(2), 115–124.
Berkowitz, M. W., & Hoppe, M. A. (2009).
Character education and gifted children.

8
High Ability Studies, 20(2), 131–142. traits. The Journal of School Health,
Bryan, C. S., & Babelay, A. M. (2009). 72(7), 303–304.
Building character: A model for Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Republik
reflective practice. Academic Medicine. Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Buchori, A., Setyosari, P., Dasna, I. W., & Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ulfa, S. (2016). Developing Character Tambahan Lembaran Negara Republik
Building Learning Model Using Mobile Indonesia Nomor 4301, (c), 1–26.
Augmented Reality On Elementary https://doi.org/10.1024/0301-
School Student In Central Java, 12(4), 1526.32.1.54
3433–3444. Sulisworo, D. (2016). The Contribution of the
Faridi, A. (2014). The difficulties of english Education System Quality to Improve the
teachers in instilling character building Nation’s Competitiveness of Indonesia.
through narrative stories at elementary Journal of Education and Learning
schools in central java , Indonesia, 1(2), (EduLearn), 10(2), 127-138.
68–82. Sulisworo, D., Nasir, R., & Maryani, I. (2017).
Fischer, J. (2013). Building Human Capital: Identification of teachers’ problems in
the Impact of Parents´ Initial Educational Indonesia on facing global community.
Level and Lifelong Learning on Their International Journal of Research
Children. Journal on Efficiency and Studies in Education, 6(2), 81-90.
Responsibility in Education and Science, Supriyanto, D., Kunci, K., Bermutu, M.,
6(4), 218–231. Manajemen, D., & Terpadu, M. (2015).
Hutcheon, P. D. (1999). Building Character MADRASAH BERMUTU BERBASIS
and Culture. Philosophy, 303. MANAJEMEN MUTU TERPADU
Khairudin, M. (2013). Pendidikan Karakter (MMT). MODELING: Jurnal Prodi
Melalui Pengembangan Budaya Sekolah PGMI, 70–84.
Di Sekolah Islam Terpadu Salman Al Tanis, H. (2013). Pentingnya Pendidikan
Farisi Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Character Building Dalam Membentuk
Karakter, (1), 77–86. Kepribadian Mahasiswa. Humaniora,
Meretzky, S. (2001). Building Character: An 4(2), 1212–1219.
Analysis of Character Creation.
Gamasutra.
Mihardi, S. (2015). Improved Characters and
Student Learning Outcomes Through
Development of Character Education
Based General Physics Learning Model,
6(21), 162–171.
Rasyidah, U. H., Pratiwi, R., & Sulur. (2011).
Pengembangan karakter tanggung jawab,
kejujuran, tekun/gigih dan peningkatan
hasil belajar kognitif fisika matematika ii
melalui perkuliahan terpadu. In
Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA (pp.
247–254).
Rolina, N. (2014). Developing Responsibility
Character for University Student in ECE
through Project Method. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 123,
170–174.
Sciences, S., & Date, P. (2016). The Influence
of Learning Model Based Character
Education to Student Characters and
Learning Outcomes, 3(11), 135–140.
Sharp, K. (2002). Building character:
discovering and developing character

Anda mungkin juga menyukai