Anda di halaman 1dari 10

19

MEMBANGUN KARAKTER BERKEARIFAN LOKAL


DALAM BINGKAI PENDIDIKAN PERSEKOLAHAN
Ali Harsojo
(Staf UPT Laboratorium & Multimedia STKIP PGRI Sumenep)

Abstract

Education is programmed to implant the values or cultivate the existing values for human
being in order their potential can be developed maximally. The challenges today and in the
future are how to put characteristic education as a national power. Education-based
characteristic in the school covered in the local wisdom education is very important and
strategic in order to build the nation. The local wisdom can function as one of noble values
source , and as a filter for the values that come from outside, reduce internal flare-ups and
also make the personal identity of the learner stronger as a power to build the militaristic
personality. Therefore, this paper is intended to give presentation about how to build local
wisdom characteristic education especially in education of schooling

Keyword: Character Education, Local Wisdom, Schooling

A. Pendahuluan dan bangsa di masa mendatang. Sebagaimana


Perjalanan zaman yang terus selalu dalam pemikiran Kartini Kartono (1992:22),
berkembang bukan tanpa pengaruh dari pendidikan adalah proses pembudayaan,
pengalaman dan pendidikan. Hasil-hasil proses kultural, atau proses kultivasi untuk
teknologi informasi dan komunikasi, lahirnya mengembangkan semua bakat dan potensi
para pakar dan pemikir, berkembangnya manusia guna mengangkat diri sendiri dan
berbagai disiplin ilmu, munculnya kemajuan dunia sekitarnya pada taraf human.
di berbagai bidang, merupakan contoh produk Pendidikan karakter saat ini menjadi isu
dari pendidikan, baik pendidikan yang penting dalam dunia pendidikan, selain
diperoleh melalui jalur formal, informal dan menjadi bagian dari proses pembentukan budi
non-formal. pekerti anak bangsa, pendidikan karakter
Pendidikan mulai diarahkan untuk me- inipun diharapkan mampu menjadi pondasi
numbuhkan bakat, minat, kemampuan dan utama yang kokoh dalam mencapai tujuan
keterampian setiap peserta didik. Pendidikan pendidikan nasional. Undang-Undang No 20
adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
dalam mengembangkan potensi peserta didik. Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa,
Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan pendidikan nasional berfungsi mengembang-
generasi sebagai generasi pembelajar bagi kan kemampuan dan membentuk karakter
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan serta peradaban bangsa yang bermartabat
bangsa yang lebih baik pada masa kini dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
masa depan. Keberlangsungan itu ditandai bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
oleh pewarisan budaya dan karakter yang berkembangnya potensi peserta didik agar
telah dimiliki masyarakat generasi pendahulu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
yang telah tertanam dan membudaya. kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi dan menjadi warga negara yang demokratis
generasi muda, dan juga proses pengembang- serta bertanggung jawab. Pasal 13 Ayat 1
an budaya serta karakter bangsa untuk menyebutkan bahwa, jalur pendidikan terdiri
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat atas pendidikan formal, nonformal, dan
Volume 4, Nomor 1, Januari 2013
20 MEMBANGUN KARAKTER BERKEARIFAN LOKAL

informal dapat saling melengkapi dan Disamping itu diperlukan pendidikan kepada
memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur orang tua melalui parenting skill yang dapat
pendidikan yang berbasis keluarga dan membantu orang tua dalam mendidik anak
lingkungan. Pendidikan informal sesungguh- yang relatif baik dalam lingkungan keluarga.
nya memiliki peran dan kontribusi yang sangat Langkah tersebut semakin memperjelas
besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta fungsi dan tujuan pendidikan di setiap jenjang
didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya berkaitan dengan pembentukan karakter
sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. peserta didik sehingga mampu bersaing,
Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam beretika, bermoral, dan berinteraksi dengan
keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat masyarakat. Hasil penelitian di Harvard
dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,
sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak
terhadap hasil pendidikan peserta didik. ditentukan semata-mata oleh pengetahuan
Dalam dunia persekolahan pendidikan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi
moral (karakter) telah diberikan kepada anak- lebih oleh kemampuan mengelola diri dan
anak didik atau peserta didik mulai jenjang orang lain (soft skill). Penelitian ini meng-
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi ungkapkan, bahwa kesuksesan hanya di-
melalui mata pelajaran Pendidikan Moral tentukan sekitar 20% oleh hard skill dan
Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-
Pendidikan Agama Islam. Pada saat ini orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikembangkan semua mata pelajaran melalui dikarenakan lebih banyak didukung kemampu-
kurikulum berkarakter. Pendidikan karakter an soft skill daripada hard skill. Hal ini
diberikan terintegrasi pada semua mata mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
pelajaran di sekolah dan guru berkewajiban karakter peserta didik sangat penting untuk
menanamkan nilai karater yang telah ter- ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai
konsep dalam rencana pelaksanaan pem- perilaku manusia yang berhubungan dengan
belajaran. Pendidikan moral dianggap masih Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
belum berhasil diserap maksimal jika dilihat manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
dari parameter kejahatan dan demoralisasi terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
yang tampak meningkat pada saat ini. perkataan dan perbuatan, berdasarkan norma-
Sedangkan pendidikan informal, terutama norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
dalam lingkungan keluarga belum memberikan adat istiadat.
kontribusi berarti dalam mendukung pen- Pada dasarnya pembentukan karakter itu
capaian kompetensi dan pembentukan dimulai dari fitrah yang diberikan Ilahi, yang
karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kemudian membentuk jati diri dan prilaku.
kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya Dalam prosesnya sendiri fitrah Ilahi ini sangat
pemahaman orang tua dalam mendidik anak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,
di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan sehingga lingkungan memilki peranan yang
di lingkungan sekitar, dan pengaruh media cukup besar dalam membentuk jati diri dan
elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif prilaku. Oleh karena itu Wamendiknas
terhadap perkembangan dan pencapaian hasil mengatakan bahwasanya sekolah sebagai
belajar peserta didik. Salah satu alternatif bagian dari lingkungan memiliki peranan yang
untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat penting. Disamping itu karakter dapat
adalah melalui pendidikan karakter terpadu, terbentuk dengan baik tidak akan terlepas dari
yaitu memadukan dan mengoptimalkan budaya yang berkearifan lokal. Nilai-nilai
kegiatan pendidikan informal lingkungan karakter yang dikembangkan di sekolah harus
keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. relevan dengan budaya lingkungan sekitarnya.

Jurnal Pelopor Pendidikan


Ali Harsojo 21
B. Definisi Pendidikan Karakter pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
Dalam kamus umum bahasa Indonesia proses pembelajaran dan penilaian, pe-
dijelaskan, karakter adalah sifat-sifat ke- nanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
jiwaan, akhlak atau budi pekerti yang mem- pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
bedakan seseorang dengan yag lain; tabiat; atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
watak. Berkarakter artinya mempunyai tabiat; sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos
mempunyai kepribadian; dan watak (W.J.S kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di
Poerwadarminta. 1926: 669). Hermawan samping itu, pendidikan karakter dimaknai
Kertajaya mengemukakan bahwa karakter sebagai suatu perilaku warga sekolah yang
adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu dalam menyelenggarakan pendidikan harus
benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah berkarakter.
asli dan mengakar pada kepribadian benda David Elkind & Freddy Sweet (2004)
atau individu tersebut. Dan merupakan memaknai pendidikan karakter sebagai
mesin yang mendorong bagaimana se- berikut:
seorang bertindak, bersikap, berujar dan character education is the deliberate effort
merespons sesuatu. Ciri khas inipun yang di- to help people understand, care about, and
ingat oleh orang lain tentang orang tersebut act upon core ethical values. When we think
dan menentukan suka atau tidak sukanya about the kind of character we want for our
children, it is clear that we want them to be
mereka terhadap sang individu. Karakter
able to judge what is right, care deeply about
memungkinkan perusahaan atau individu
what is right, and then do what they believe
mencapai pertumbuhan yang berkesinambung- to be right, even in the face of pressure from
an karena karakter memberikan konsistensi, without and temptation from within.
integritas dan energi (M. Furqon Hidayatullah. T. Ramli (2003) berpendapat bahwa,
2010: 13). pendidikan karakter memiliki esensi dan
Badan Penelitian dan Pengembangan makna yang sama dengan pendidikan moral
Pusat Kurikulum (2010:4) menyebutkan bahwa dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
Pendidikan budaya dan karakter bangsa membentuk pribadi anak, supaya menjadi
dimaknai sebagai pendidikan yang me- manusia yang baik, warga masyarakat,
ngembangkan nilai-nilai budaya dan karakter danwarga negara yang baik. Adapun kriteria
bangsa pada diri peserta didik sehingga manusia yang baik, wargamasyarakat yang
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai baik, dan warga negara yang baik bagi suatu
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai masyarakatatau bangsa, secara umum adalah
tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak
anggota masyarakat, dan warganegara yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
religius, nasionalis, produktif dan kreatif. bangsanya. Oleh karenaitu, hakikat dari
Selain itu, pendidikan karakter adalah pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni
kepada peserta didik atau warga sekolah yang pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksana- rangka membina kepribadian generasi muda.
kan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter Sedangkan Zaim Elmubarok (2008:102)
dapat dimaknai sebagai the deliberate use berpendapat, bahwa membangun karakter
of all dimensions of school life to foster (character building) adalah proses mengukir
optimal character development.Dalam atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga
pendidikan karakter di sekolah, semua berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau
komponen (pemangku pendidikan) harus dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat
dilibatkan, termasuk komponen-komponen sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah
Volume 4, Nomor 1, Januari 2013
22 MEMBANGUN KARAKTER BERKEARIFAN LOKAL

sama antara yang satu dengan yang lain, komponen yang ada di sekolah (isi kurikulum,
demikianlah orang-orang yang berkarakter proses pembelajaran, kualitas hubungan,
dapat dibedakan satu dengan yang lainnya penanganan mata pelajaran, pelaksanaan
(termasuk dengan yang tidak/belum ber- kurikuler, dan etos seluruh lingkungan sekolah)
karakter atau berkarakter tercela). agar mereka memiliki nilai-nilai karakater itu
Karakter (character) mengacu pada dalam dirinya dan diterapkan dalam kehidupan
serangkaian sikap (attitudes), perilaku sehari-hari sehingga mereka bisa menjadi
(behaviors), motivasi (motivations), dan Insan Kamil.
keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap Hubungannya dengan karakter, terdapat
seperti keinginan untuk melakukan hal yang beberapa istilah yang lumrah diucapkan dan
terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir disesuaikan dengan budaya lokal. Kadangkala
kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur istilah tersebut digunakan dan dipertukarkan
dan bertanggung jawab, mempertahankan untuk menjelaskan maksud yang sama. Istilah
prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh tersebut dapat dijelaskan di bawah ini, yaitu:
ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan 1. Karakter: watak atau sifat, fitrah yang ada
emosional yang memungkinkan seseorang pada diri manusia yang terikat dengan
berinteraksi secara efektif dalam berbagai nilai hukum dan ketentuan tuhan.
keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi Bersemayam dalam diri seseorang sejak
dengan komunitas dan masyarakatnya. kelahirannya. Tidak bisa berubah, meski
Karakteristik adalah realisasi perkembangan apapun yang terjadi. Bisa tertutupi
positif sebagai individu (intelektual, sosial, dengan berbagai kondisi (Hamka Abdul
emosional, dan etika. Individu yang ber- Aziz. 2011: 48).
karakter baik adalah seseorang yang berusaha 2. Tabiat: sifat, kelakuan, perangai, kejiwaan
melakukan hal yang terbaik (Victor Battistich. seseorang yang bisa berubah-ubah
2007) karena interaksi sosial dan sangat
Hamka (2011:73) menjelaskan bahwa dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan. Sifat
karakter adalah watak atau sifat, fitrah yang dalam diri yang terbentuk oleh manusia
ada pada diri manusia. Sebagai contoh yanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan
sederhana adalah kayu yang ada di hutan, (M. Furqon Hidayatullah. 2010: 11).
yang masih berupa pohon-pohon dianalogikan 3. Adat: sifat dalam diri yang diupayakan
sebagai karakter. Sedangkan kayu yang sudah manusia melalui latihan, yakni berdasar-
menjadi bangku, meja, lemari, dan sebagainya kan keinginan.
adalah komoditas. Pada hakikatnya semua 4. Kepribadian: tingkah laku atau perangai
adalah kayu hutan. Bedanya, kayu yang masih sebagai hasil bentukan dari pendidikan
ada di hutan belum dicemari oleh gergaji, dan pengajaran baik secara klasikal atau
mesin, bahan atau zat kimia tertentu dan lain non formal. Bersifat tidak abadi, jarena
sebagainya. Sedangkan kayu yang sudah selalu berhubungan dengan lingkungan
menjadi komoditas; meja, kursi, lemari dan (Hamka Abdul Aziz. 2011: 50).
sebagainya, sudah dikemas oleh polesan 5. Identitas: alat bantu untuk mengenali
dunia berupa berbagai macam bentuk, sesuatu. Sesuatu yang bisa digunakan
desain, fungsi, dan zat kimia yang menempel untuk mengenali manusia.
pada kayu tersebut. 6. Moral: ajaran tentang budi pekerti, mulia,
Dari beberapa pengertian yang telah ajaran kesusilaan. Moralitas adal adat
dipaparkan di atas, maka dapat diambil istiadat, span santun, dan perilaku
kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah (Bambang Mahirjanto. 1995: 414).
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada 7. Watak: sifat alamiah atau batin manusia
peserta didik dengan melibatkan seluruh yang mempengaruhi pikiran dan prilaku .

Jurnal Pelopor Pendidikan


Ali Harsojo 23
Cakupannya meliputi hal-hal yang bagi penghormatan atas komitmen yang
menjadi tabiat dan hal-hal yang diupaya- dipilih. Karakter itulah yang menentukan
kan hingga menjadi adat (Bambang bentuk seorang pribadi dalam segala bentuk
Mahirjanto. 1995: 572). tindakannya.
8. Etika: ilmu tentang akhlak dan tata
kesopanan; peradaban atau kesusilaan. C. Pendidikan Karakter dalam Dunia
Menurut Ngainum dan Achmad yaitu, Persekolahan
Pertama; nilai-nilai dan norma-norma Pendidikan karakter digali dari landasan
moral yang menjadi pegangan seseorang idiil Pancasila dan konstitusional UUD 1945.
atau kelompok dalam mengatur tingkah Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa
lakunya, merupakan sistem nilai yang pada tahun 1928, ikrar Sumpah Pemuda
bisa berfungsi dalam kehidupan se- menegaskan tekad untuk membangun per-
seorang atau kelompok sosial. Kedua; adaban nasional Indonesia. Mereka ber-
kumpulan asas atau nilai moral, atau kode sumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan
etik. Ketiga; ilmu tentang baik dan buruk berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika bangsa
(Ngainun Naim dan Achmad Sauqi: 113). ini menyatakan kemerdekaannya, satu pilihan
9. Akhlak: budi pekerti atau kelakuan, dalam yang disuarakan adalah Negara Kesatuan
bahasa arab; tabiat, perangai, kebiasaan. Republik Indonesia. Kedua peristiwa sejarah
Ahmada mubarok mengemukakan 2001; ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara
14 mengemukakan bahwa akhlak adalah sosio-politis merefleksi keberadaan watak
keadaaan batin seseorang yang menjadi pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah ter-
seumber lahirnya perbuatan dimana sebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol
perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa Bhineka Tunggal Ika pada lambang negara
memikirkan untung dan rugi. Indonesia.
10. Budi pekerti: perilaku, sikap yang Nilai-nilai karakter bangsa diberikan mulai
dicerminkan oleh perilaku (M. Furqon dari pendidikan informal, dan secara pararel
Hidayatullah. 2010: 11). berlanjut pada pendidikan formal dan non-
Foerster menjelaskan ada empat ciri dasar formal. Tantangan saat ini dan ke depan bagai-
dalam pendidikan karakter, yaitu: Pertama, mana menempatkan pendidikan karakter
keteraturan interior dengan setiap tindakan sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh
diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi karena itu, kebijakan dan implementasi
pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, pendidikan yang berbasis karakter menjadi
koherensi yang memberi keberanian, membuat sangat penting dan strategis dalam rangka
seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga
terombang-ambing pada situasi baru atau menuntut adanya dukungan yang kondusif dari
takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang pranata politik, sosial, dan budaya bangsa.
membangun rasa percaya satu sama lain. Dalam pelaksanaannya, pendidikan secara
Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredi- ideal mempunyai fungsi tertentu. Badan
bilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Di sinilah Penelitian dan Pengembangan Pusat
seseorang menginternalisasikan aturan dari Kurikulum (2010:7) menjelaskan, bahwa fungsi
luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. pendidikan karakter dirumuskan sebagai
Itu dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan berikut:
pribadi tanpa terpengaruh oleh atau desakan 1. Pengembangan: potensi peserta didik
dari pihak lain. Keempat, keteguhan dan dikembangkan untuk menjadi pribadi
kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan berperilaku baik. Peserta didik diharap-
seseorang guna mengingini apa yang kan mencerminkan budaya dan
dipandang baik. Kesetiaan merupakan dasar karakter bangsa;

Volume 4, Nomor 1, Januari 2013


24 MEMBANGUN KARAKTER BERKEARIFAN LOKAL

2. Perbaikan: memperkuat kiprah pen- Berikut prinsip-prinsip yang digunakan


didikan nasional untuk ber-tanggung dalam pengembangan pendidikan karakter,
jawab dalam pengembangan potensi yaitu:
peserta didik yang lebih bermartabat; 1. Berkelanjutan; mengandung makna
dan bahwa proses pengembangan nilai-
3. Penyaring: untuk menyaring budaya nilai budaya dan karakter bangsa
bangsa sendiri dan budaya bangsa lain merupakan sebuah proses panjang,
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dimulai dari awal peserta didik masuk
budaya dan karakter bangsa yang sampai selesai dari suatu satuan
bermartabat. pendidikan. Sejak dalam pendidikan
Lebih lanjut, Badan Penelitian dan keluarga, karakter telah menjadi
Pengembangan Pusat Kurikulum (2010:7) pendidikan utama yang diberikan
menjelaskna tujuan dari pendidikan karakter kepada anak. Selanjutnya mulai kelas
dirumuskan sebagai berikut: 1 SD atau tahun pertama dan ber-
1. Mengembangkan potensi nurani/ langsung paling tidak sampai kelas 9
afektif peserta didik sebagai manusia atau kelas akhir SMP. Pendidikan
dan warganegara yang memiliki nilai- budaya dan karakter bangsa di SMA
nilai budaya dan karakter bangsa; adalah kelanjutan dari proses yang
2. Mengembangkan kebiasaan dan telah terjadi selama 9 tahun dan
perilaku peserta didik yang terpuji dan seterusnya sampai perguruan tinggi
sejalan dengan nilai-nilai universal dan (PT). Pendidikan karakter yang ber-
tradisi budaya bangsa yang religius; kearifan lokal juga diperoleh secara
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan non-formal melalui pendidikan dalam
tanggung jawab peserta didik sebagai masyarakat.
generasi penerus bangsa; 2. Terintegrasi pada semua mata pelajar-
4. Mengembangkan kemampuan peserta an, pengembangan diri, dan budaya
didik menjadi manusia yang mandiri, sekolah;mensyaratkan bahwa proses
kreatif, berwawasan kebangsaan; dan pengembangan nilai-nilai budaya dan
5. Mengembangkan lingkungan kehidup- karakter bangsa dilakukan melalui
an sekolah sebagai lingkungan belajar setiap mata pelajaran, serta di-
yang aman, jujur, penuh kreativitas kembangkan dalam setiap kegiatan
dan persahabatan, serta dengan rasa kurikuler dan ekstrakurikuler.
kebangsaan yang tinggi dan penuh 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembang-
kekuatan (dignity). kan; mengandung makna bahwa
Pendidikan karakter dalam mengembang- materi nilai budaya dan karakter
kan peserta didik berpegangan pada prinsip bangsa bukanlah bahan ajar biasa;
bahwa, pendiddikan karakter tidak dimasukkan artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan
sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke pokok bahasan yang dikemukakan
dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan seperti halnya ketika mengajarkan
budaya sekolah (Badan Penelitian dan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun
Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010: 11). fakta seperti dalam mata pelajaran
Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS,
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembang- matematika, pendidikan jasmani dan
kan dalam pendidikan karakter ke dalam kesehatan, seni, dan ketrampilan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-nilai
Silabus dan Rencana Program Pembelajaran budaya dan karakter bangsa tidak
(RPP) yang sudah ada. ditanyakan dalam ulangan ataupun

Jurnal Pelopor Pendidikan


Ali Harsojo 25
ujian. Walaupun demikian, peserta karakter yang berakar kuat pada setiap aspek
didik perlu mengetahui pengertian dari lokalitas budaya ini. Seluruh eksistensi
suatu nilai yang sedang mereka kebudayaan lokal tersebut memiliki visi
tumbuhkan pada diri mereka. Mereka terciptanya kehidupan bermartabat, sejahtera
tidak boleh berada dalam posisi tidak dan damai. Eksplorasi terhadap kekayaan luhur
tahu dan tidak paham makna nilai itu. budaya bangsa tersebut sangat perlu untuk
4. Proses pendidikan dilakukan secara dilakukan, sekaligus juga berupaya untuk
aktif dan menyenangkan; prinsip ini mengkritisi eksistensinya terkait dengan
menyatakan bahwa proses pendidikan keniscayaan adanya perubahan budaya. Ruang
nilai budaya dan karakter bangsa eksplorasi dan pengkajian kearifan lokal
dilakukan oleh peserta didik bukan menjadi tuntutan tersendiri bagi eksplorasi
oleh guru. Peserta sebagai subjek khasanah budaya bangsa pada umumnya.
pembelajaran atau pembelajaran Masyarakat Indonesia sudah sepatutnya
berpusat pada peserta didik. Guru untuk kembali kepada jati diri mereka melalui
sebagai fasilitator mendorong peserta pemaknaan kembali dan rekonstruksi nilai-
didik untuk aktif dalam kegiatan nilai luhur budaya yang telah dibangun oleh
pembelajaran. Guru mengarahkan dan leluhur mereka. Dalam kerangka itu, upaya
mengembangkan budaya belajar yang perlu dilakukan adalah menguak makna
partisipatif, mengontrol sikap dan substantif kearifan lokal. Sebagai masyarakat
perilaku peserta didik dan menumbuh- yang beradab perlu tahu bahwa dirinya
kembangkan bakat dan minat belajar memiliki kekayaan budaya, terlepas dari
serta kemampuan peserta didik secara perbedaan istilah yang digunakan untuk
intens. menyebutnya. Kearifan lokal budaya itu
Terkait dengan pelaksanaan dan pe- berserakan dan tersebar luas dalam segala
nanaman nilai/karakter di sekolah, lingkungan aspek kehidupan masyarakat. Terutama
menjadi faktor penting dalam mengembanga- ditemukan dalam bahasa daerah/ibu. Setiap
kan dan mengintegrasikan budaya karakter kelompok masyarakat memiliki cara yang khas
tersebut. Masing-masing etnis dan suku dalam mengungkapkan kandungan kearifan
memiliki kearifan lokal sendiri. Sebagai contoh, lokalnya, yang mencerminkan cara pandang-
suku Madura memiliki harga diri yang tinggi, nya tentang dunia. Kearifan lokal yang
suku Batak kental dengan keterbukaan, suku terkandung dalam bahasa daerah/ibu,
Jawa nyaris identik dengan kehalusan, dan memiliki makna yang sangat esinsial pada
etnis Cina terkenal dengan keuletan. Masing- penggunaannya. Bahasa yang dituturkan
masing daerah tersebut memiliki keakraban secara lisan dalam bahasa daerah/ibu
dan keramahan dengan lingkungan alam yang berunsur siloka (makna yang tersampaikan/
mengitari mereka. Kearifan lokal itu tentu tersirat secara kiasan). Selain itu, budaya sikap
tidak muncul serta-merta, tapi berproses dan perilaku yang dicerminkan pada budaya
panjang sehingga akhirnya terbukti me- lokal akan melahirkan nilai-nilai positif yang
ngandung kebaikan bagi kehidupan mereka. sangat perlu dikembangkan, dilaksanakan dan
Budaya di suatu daerah dinilai baik, belum dilestarikan sebagai kekuatan jati diri.
tentu menjadi baik di daerah lain yang berbeda Suatu misal, keterbukaan dikembangkan
kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan dan cara menjadi kejujuran dan segala aspek yang
pandangnya. menjadi nilai turunannya yang lain. Kehalusan
Kondisi semacam itu menunjukkan kearif- diformulasi sebagai keramahtamahan yang
an lokal menjadi budaya yang mentradisi, tulus. Harga diri diletakkan dalam upaya
melekat kuat pada kehidupan masyarakat. pengembangan prestasi; dan demikian
Artinya, sampai batas tertentu ada nilai-nilai seterusnya. Pada saat yang sama, hasil

Volume 4, Nomor 1, Januari 2013


26 MEMBANGUN KARAKTER BERKEARIFAN LOKAL

rekonstruksi ini perlu dibumikan dan disebar- nasional dan internasional. Melalui pengenal-
luaskan ke dalam seluruh masyarakat an lingkungan yang paling kecil, anak-anak
sehingga menjadi identitas kokoh bangsa, bisa mencintai desanya. Apabila mereka
bukan sekadar menjadi identitas suku atau mencintai desanya, mereka baru mau bekerja
masyarakat tertentu. di desa dan untuk desanya. Kearifan lokal
Ketulusan sebagai perangkat dan pekerja- mempunyai arti sangat penting bagi anak
an hati perlu dijadikan modal dasar bagi didik. Nilai-nilai kerja keras, pantang mundur,
segenap unsur bangsa. Ketulusan untuk dan tidak kenal menyerah perlu diajarkan pada
mengakui kelemahan diri masing-masing, dan anak-anak didik. Dengan demikian, pendidikan
ketulusan untuk membuang egoisme, karakter melalui kearifan lokal seharusnya
keserakahan, kesombongan, serta mau mulai diperkenalkan oleh guru kepada para
berbagi dengan yang lain sebagai entitas dari peserta didiknya. Semua satuan pendidikan,
bangsa yang sama. Para elit di berbagai peserta didiknya yang memiliki keberagaman
tingkatan perlu menjadi garda depan, bukan ras maupun agama, dapat menjadi sasaran
dalam ucapan, tapi dalam praksis konkret utama untuk penerapan pendidikan karakter.
untuk memulai. Kearifan lokal yang digali, Proses interaksi yang melibatkan semua pihak
dipoles, dikemas dan dipelihara dengan baik dalam kearifan lokal sama saja mempelajari
bisa berfungsi sebagai alternatif pedoman karakteristik dari materi yang dikaji sehingga
hidup manusia Indonesia dewasa ini dan dapat peserta didik secara langsung dapat menggali
digunakan untuk menyaring nilai-nilai baru/ karakter peristiwa kelokalan itu. Peserta didik
asing agar tidak bertentangan dengan dimatangkan kondisinya untuk menerima,
kepribadian bangsa dan menjaga keharmonis- memahami dan mengimplementasikan nilai-
an hubungan manusia dengan Tuhan, alam nilai karakter yang diperolehnya di sekolah.
sekitar, dan sesamanya. Sedangkan untuk mempertegas eksistensi
Kemudian, untuk mengimplementasikan kearifan lokal, perlu memahami pengertian dan
kearifan lokal untuk membangun pendidikan esensi kearifan lokal itu sendiri. Kearifan lokal
karakter di sekolah, perlu adanya revitalisasi dapat didefinisikan sebagai kebijaksanaan
budaya lokal (kearifan lokal) yang relevan atau nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
untuk membangun pendidikan karakter secara kekayaan-kekayaan budaya lokal berupa
berkelanjutan. Hal ini diasumsikan bahwa, tradisi, petatah dan semboyan hidup (Pikiran
pendidikan karakter yang berkearifan lokal di Rakyat, 4 Oktober 2004). Dalam kamus
daerah pada gilirannya akan mampu meng- Inggris-Indonesia, terdiri dari 2 kata yaitu;
antarkan peserta didik untuk mencintai daerah- kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local
nya. Kecintaan peserta didik pada daerahnya berarti setempat dan wisdom sama dengan
akan mewujudkan ketahanan daerah. kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local
Ketahanan daerah adalah kemampuan suatu wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-
daerah yang ditunjukkan oleh kemampuan gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan
warganya untuk menata diri sesuai dengan setempat (local) yang bersifat bijaksana,
konsep yang diyakini kebenarannya dengan penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
jiwa yang tangguh, semangat yang tinggi, dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
serta dengan cara memanfaatkan alam secara Esensi dari kearifan lokal adalah nilai-nilai
bijaksana. kebaikan, kebijaksanaan, kedewasaan me-
Dalam konteks tersebut, kearifan lokal mandang segala sesuatu hal dan kemampuan
menjadi relevan. Anak bangsa di negeri ini menerjemahkan secara baik setiap persoalan
sudah sewajarnya diperkenalkan dengan yang bertumpu pada budaya lokal. Bertolak
lingkungan yang paling dekat di desanya, dari pengertian dan esensi dari kearifan lokal
kecamatan, dan kabupaten, setelah tingkat tersebut, membangun pendidikan karakter

Jurnal Pelopor Pendidikan


Ali Harsojo 27
disekolah melalui kearifan lokal sangatlah D. Penutup
tepat. Hal ini dikarenakan pendidikan berbasis Berdasarkan uraian tersebut, dapat
kearifan lokal adalah pendidikan yang dikemukakan bahwa membangun pendidikan
mengajarkan peserta didik untuk selalu dekat karakter di sekolah melalui kearifan lokal
dengan situasi konkret yang mereka hadapi mengandung nilai-nilai yang relevan dan
sehari-hari di lingkungan sekitar. Model berguna bagi pendidikan. Esensi dari kearifan
pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan lokal adalah nilai-nilai kebaikan, kebijaksana-
sebuah contoh pendidikan yang mempunyai an, kedewasaan memandang segala sesuatu
relevansi tinggi bagi kecakapan pengembang- hal dan kemampuan menerjemahkan secara
an hidup, dengan berpijak pada pemberdayaan baik setiap persoalan yang bertumpu pada
keterampilan serta potensi lokal pada tiap-tiap budaya lokal. Membangun pendidikan karakter
daerah. disekolah melalui kearifan lokal sangatlah
Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat tepat. Pendidikan berbasis kearifan lokal
digunakan sebagai media untuk melestarikan adalah pendidikan yang mengajarkan peserta
potensi dan kebudayaan masing-masing didik untuk selalu dekat dengan situasi konkret
daerah. Kearifan lokal harus dikembangkan yang mereka hadapi sehari-hari di lingkungan
dari potensi daerah. Potensi daerah merupa- sekitar. Model pendidikan berbasis kearifan
kan potensi sumber daya spesifik yang dimiliki lokal merupakan sebuah contoh pendidikan
suatu daerah tertentu. Para peserta didik yang mempunyai relevansi tinggi bagi
yang datang ke sekolah tidak bisa diibaratkan kecakapan pengembangan hidup, dengan
sebagai sebuah gelas kosong, yang bisa diisi berpijak pada pemberdayaan keterampilan
dengan mudah oleh ceret-ceret guru yang serta potensi lokal pada tiap-tiap daerah.
penuh air. Peserta didik telah memiliki bakat, Oleh karena itu, pendidikan karakter yang
minat dan kemampuan awal dan sudah mem- berkearifan lokal dapat dilakukan dengan
bawa nilai-nilai budaya yang diserap dari merevitalisasi budaya lokal. Dalam konteks ini,
lingkungan keluarga dan masyarakatnya. guru diharapkan mampu menyelipkan nila-nilai
Dalam konteks ini, guru diharapkan mampu kearifan lokal mereka dalam proses pem-
menyelipkan nila-nilai kearifan lokal mereka belajaran. Pendidikan berbasis kearifan lokal
dalam proses pembelajaran. Pendidikan tentu akan berhasil apabila guru memahami
berbasis kearifan lokal tentu akan berhasil wawasan kearifan lokal itu sendiri. Selain itu,
apabila guru memahami wawasan kearifan guru sebagai pribadi perlu menjadi contoh
lokal itu sendiri. untuk diteladani oleh peserta didik sebagai
Guru yang kurang memahami makna sosok figur yang mencerminkan miniatur sikap
kearifan lokal, cenderung kurang sensitif dan perilaku yang berkarakter dalam bingkai
terhadap kemajemukan budaya setempat. budaya berkearifan lokal.[]
Hambatan lain yang biasanya muncul adalah
guru yang belum maksimal memahami dan
menguasai kebudayaan dan kebiasaan lokal Daftar Pustaka:
itu sendiri. Akibatnya, mereka kurang mampu Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan
menciptakan pembelajaran yang menghargai Politik Departemen Dalam Negeri,
keragaman budaya daerah. Jika hal ini Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
dibiarkan, maka tidak mustahil peserta didik 39 Tahun 2007 tentang Pedoman
menjadi lebih tidak memahami dan meng- Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan
amalkan nilai-nilai karakter dan tidak Bidang Kebudayaan, Keraton, dan
mengenal budayanya sendiri yang berimplikasi Lembaga Adat dalam Pelestarian dan
langsung pada pengkerdilan kebudayaan dan Pengembangan Budaya Daerah, Jakarta,
pendidikan yang berkearifan lokal. 2007.

Volume 4, Nomor 1, Januari 2013


28 MEMBANGUN KARAKTER BERKEARIFAN LOKAL

Sartono Kartodirdjo, Kebudayaan Pem-


bangunan dalam Perspektif Sejarah,
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1994a.
__________________, Pembangunan Bangsa
tentang Nasionalisme, Kesadaran dan
Kebudayaan Nasional, Aditya Media,
Yogyakarta, 1994b.
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas
dan Pembangunan, Cet. ke-11,
Gramedia, Jakarta, 1984.
______________, Pengantar Ilmu Antropologi,
Cet. ke-6, Aksara Baru, Jakarta, 1986.
Edi Sedyawati, Keindonesiaan dalam Budaya:
Buku 1 Kebutuhan Membangun Bangsa
yang Kuat, Wedatama Widya Sastra,
Jakarta, 2007.
L.R. Retno Susanti, Membangun Pendidikan
Karakter Di Sekolah Melalui Kearifan
Lokal, Makalah Seminar Kearifan Lokal,
2012

Pendidikan berbasis kearifan lokal


adalah pendidikan yang mengajarkan peserta didik
untuk selalu dekat dengan situasi konkret
yang mereka hadapi sehari-hari di lingkungan sekitar.

Jurnal Pelopor Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai