Abstract
Education is programmed to implant the values or cultivate the existing values for human
being in order their potential can be developed maximally. The challenges today and in the
future are how to put characteristic education as a national power. Education-based
characteristic in the school covered in the local wisdom education is very important and
strategic in order to build the nation. The local wisdom can function as one of noble values
source , and as a filter for the values that come from outside, reduce internal flare-ups and
also make the personal identity of the learner stronger as a power to build the militaristic
personality. Therefore, this paper is intended to give presentation about how to build local
wisdom characteristic education especially in education of schooling
informal dapat saling melengkapi dan Disamping itu diperlukan pendidikan kepada
memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur orang tua melalui parenting skill yang dapat
pendidikan yang berbasis keluarga dan membantu orang tua dalam mendidik anak
lingkungan. Pendidikan informal sesungguh- yang relatif baik dalam lingkungan keluarga.
nya memiliki peran dan kontribusi yang sangat Langkah tersebut semakin memperjelas
besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta fungsi dan tujuan pendidikan di setiap jenjang
didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya berkaitan dengan pembentukan karakter
sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. peserta didik sehingga mampu bersaing,
Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam beretika, bermoral, dan berinteraksi dengan
keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat masyarakat. Hasil penelitian di Harvard
dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,
sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak
terhadap hasil pendidikan peserta didik. ditentukan semata-mata oleh pengetahuan
Dalam dunia persekolahan pendidikan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi
moral (karakter) telah diberikan kepada anak- lebih oleh kemampuan mengelola diri dan
anak didik atau peserta didik mulai jenjang orang lain (soft skill). Penelitian ini meng-
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi ungkapkan, bahwa kesuksesan hanya di-
melalui mata pelajaran Pendidikan Moral tentukan sekitar 20% oleh hard skill dan
Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-
Pendidikan Agama Islam. Pada saat ini orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikembangkan semua mata pelajaran melalui dikarenakan lebih banyak didukung kemampu-
kurikulum berkarakter. Pendidikan karakter an soft skill daripada hard skill. Hal ini
diberikan terintegrasi pada semua mata mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
pelajaran di sekolah dan guru berkewajiban karakter peserta didik sangat penting untuk
menanamkan nilai karater yang telah ter- ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai
konsep dalam rencana pelaksanaan pem- perilaku manusia yang berhubungan dengan
belajaran. Pendidikan moral dianggap masih Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
belum berhasil diserap maksimal jika dilihat manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
dari parameter kejahatan dan demoralisasi terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
yang tampak meningkat pada saat ini. perkataan dan perbuatan, berdasarkan norma-
Sedangkan pendidikan informal, terutama norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
dalam lingkungan keluarga belum memberikan adat istiadat.
kontribusi berarti dalam mendukung pen- Pada dasarnya pembentukan karakter itu
capaian kompetensi dan pembentukan dimulai dari fitrah yang diberikan Ilahi, yang
karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kemudian membentuk jati diri dan prilaku.
kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya Dalam prosesnya sendiri fitrah Ilahi ini sangat
pemahaman orang tua dalam mendidik anak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,
di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan sehingga lingkungan memilki peranan yang
di lingkungan sekitar, dan pengaruh media cukup besar dalam membentuk jati diri dan
elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif prilaku. Oleh karena itu Wamendiknas
terhadap perkembangan dan pencapaian hasil mengatakan bahwasanya sekolah sebagai
belajar peserta didik. Salah satu alternatif bagian dari lingkungan memiliki peranan yang
untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat penting. Disamping itu karakter dapat
adalah melalui pendidikan karakter terpadu, terbentuk dengan baik tidak akan terlepas dari
yaitu memadukan dan mengoptimalkan budaya yang berkearifan lokal. Nilai-nilai
kegiatan pendidikan informal lingkungan karakter yang dikembangkan di sekolah harus
keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. relevan dengan budaya lingkungan sekitarnya.
sama antara yang satu dengan yang lain, komponen yang ada di sekolah (isi kurikulum,
demikianlah orang-orang yang berkarakter proses pembelajaran, kualitas hubungan,
dapat dibedakan satu dengan yang lainnya penanganan mata pelajaran, pelaksanaan
(termasuk dengan yang tidak/belum ber- kurikuler, dan etos seluruh lingkungan sekolah)
karakter atau berkarakter tercela). agar mereka memiliki nilai-nilai karakater itu
Karakter (character) mengacu pada dalam dirinya dan diterapkan dalam kehidupan
serangkaian sikap (attitudes), perilaku sehari-hari sehingga mereka bisa menjadi
(behaviors), motivasi (motivations), dan Insan Kamil.
keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap Hubungannya dengan karakter, terdapat
seperti keinginan untuk melakukan hal yang beberapa istilah yang lumrah diucapkan dan
terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir disesuaikan dengan budaya lokal. Kadangkala
kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur istilah tersebut digunakan dan dipertukarkan
dan bertanggung jawab, mempertahankan untuk menjelaskan maksud yang sama. Istilah
prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh tersebut dapat dijelaskan di bawah ini, yaitu:
ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan 1. Karakter: watak atau sifat, fitrah yang ada
emosional yang memungkinkan seseorang pada diri manusia yang terikat dengan
berinteraksi secara efektif dalam berbagai nilai hukum dan ketentuan tuhan.
keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi Bersemayam dalam diri seseorang sejak
dengan komunitas dan masyarakatnya. kelahirannya. Tidak bisa berubah, meski
Karakteristik adalah realisasi perkembangan apapun yang terjadi. Bisa tertutupi
positif sebagai individu (intelektual, sosial, dengan berbagai kondisi (Hamka Abdul
emosional, dan etika. Individu yang ber- Aziz. 2011: 48).
karakter baik adalah seseorang yang berusaha 2. Tabiat: sifat, kelakuan, perangai, kejiwaan
melakukan hal yang terbaik (Victor Battistich. seseorang yang bisa berubah-ubah
2007) karena interaksi sosial dan sangat
Hamka (2011:73) menjelaskan bahwa dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan. Sifat
karakter adalah watak atau sifat, fitrah yang dalam diri yang terbentuk oleh manusia
ada pada diri manusia. Sebagai contoh yanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan
sederhana adalah kayu yang ada di hutan, (M. Furqon Hidayatullah. 2010: 11).
yang masih berupa pohon-pohon dianalogikan 3. Adat: sifat dalam diri yang diupayakan
sebagai karakter. Sedangkan kayu yang sudah manusia melalui latihan, yakni berdasar-
menjadi bangku, meja, lemari, dan sebagainya kan keinginan.
adalah komoditas. Pada hakikatnya semua 4. Kepribadian: tingkah laku atau perangai
adalah kayu hutan. Bedanya, kayu yang masih sebagai hasil bentukan dari pendidikan
ada di hutan belum dicemari oleh gergaji, dan pengajaran baik secara klasikal atau
mesin, bahan atau zat kimia tertentu dan lain non formal. Bersifat tidak abadi, jarena
sebagainya. Sedangkan kayu yang sudah selalu berhubungan dengan lingkungan
menjadi komoditas; meja, kursi, lemari dan (Hamka Abdul Aziz. 2011: 50).
sebagainya, sudah dikemas oleh polesan 5. Identitas: alat bantu untuk mengenali
dunia berupa berbagai macam bentuk, sesuatu. Sesuatu yang bisa digunakan
desain, fungsi, dan zat kimia yang menempel untuk mengenali manusia.
pada kayu tersebut. 6. Moral: ajaran tentang budi pekerti, mulia,
Dari beberapa pengertian yang telah ajaran kesusilaan. Moralitas adal adat
dipaparkan di atas, maka dapat diambil istiadat, span santun, dan perilaku
kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah (Bambang Mahirjanto. 1995: 414).
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada 7. Watak: sifat alamiah atau batin manusia
peserta didik dengan melibatkan seluruh yang mempengaruhi pikiran dan prilaku .
rekonstruksi ini perlu dibumikan dan disebar- nasional dan internasional. Melalui pengenal-
luaskan ke dalam seluruh masyarakat an lingkungan yang paling kecil, anak-anak
sehingga menjadi identitas kokoh bangsa, bisa mencintai desanya. Apabila mereka
bukan sekadar menjadi identitas suku atau mencintai desanya, mereka baru mau bekerja
masyarakat tertentu. di desa dan untuk desanya. Kearifan lokal
Ketulusan sebagai perangkat dan pekerja- mempunyai arti sangat penting bagi anak
an hati perlu dijadikan modal dasar bagi didik. Nilai-nilai kerja keras, pantang mundur,
segenap unsur bangsa. Ketulusan untuk dan tidak kenal menyerah perlu diajarkan pada
mengakui kelemahan diri masing-masing, dan anak-anak didik. Dengan demikian, pendidikan
ketulusan untuk membuang egoisme, karakter melalui kearifan lokal seharusnya
keserakahan, kesombongan, serta mau mulai diperkenalkan oleh guru kepada para
berbagi dengan yang lain sebagai entitas dari peserta didiknya. Semua satuan pendidikan,
bangsa yang sama. Para elit di berbagai peserta didiknya yang memiliki keberagaman
tingkatan perlu menjadi garda depan, bukan ras maupun agama, dapat menjadi sasaran
dalam ucapan, tapi dalam praksis konkret utama untuk penerapan pendidikan karakter.
untuk memulai. Kearifan lokal yang digali, Proses interaksi yang melibatkan semua pihak
dipoles, dikemas dan dipelihara dengan baik dalam kearifan lokal sama saja mempelajari
bisa berfungsi sebagai alternatif pedoman karakteristik dari materi yang dikaji sehingga
hidup manusia Indonesia dewasa ini dan dapat peserta didik secara langsung dapat menggali
digunakan untuk menyaring nilai-nilai baru/ karakter peristiwa kelokalan itu. Peserta didik
asing agar tidak bertentangan dengan dimatangkan kondisinya untuk menerima,
kepribadian bangsa dan menjaga keharmonis- memahami dan mengimplementasikan nilai-
an hubungan manusia dengan Tuhan, alam nilai karakter yang diperolehnya di sekolah.
sekitar, dan sesamanya. Sedangkan untuk mempertegas eksistensi
Kemudian, untuk mengimplementasikan kearifan lokal, perlu memahami pengertian dan
kearifan lokal untuk membangun pendidikan esensi kearifan lokal itu sendiri. Kearifan lokal
karakter di sekolah, perlu adanya revitalisasi dapat didefinisikan sebagai kebijaksanaan
budaya lokal (kearifan lokal) yang relevan atau nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
untuk membangun pendidikan karakter secara kekayaan-kekayaan budaya lokal berupa
berkelanjutan. Hal ini diasumsikan bahwa, tradisi, petatah dan semboyan hidup (Pikiran
pendidikan karakter yang berkearifan lokal di Rakyat, 4 Oktober 2004). Dalam kamus
daerah pada gilirannya akan mampu meng- Inggris-Indonesia, terdiri dari 2 kata yaitu;
antarkan peserta didik untuk mencintai daerah- kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local
nya. Kecintaan peserta didik pada daerahnya berarti setempat dan wisdom sama dengan
akan mewujudkan ketahanan daerah. kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local
Ketahanan daerah adalah kemampuan suatu wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-
daerah yang ditunjukkan oleh kemampuan gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan
warganya untuk menata diri sesuai dengan setempat (local) yang bersifat bijaksana,
konsep yang diyakini kebenarannya dengan penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
jiwa yang tangguh, semangat yang tinggi, dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
serta dengan cara memanfaatkan alam secara Esensi dari kearifan lokal adalah nilai-nilai
bijaksana. kebaikan, kebijaksanaan, kedewasaan me-
Dalam konteks tersebut, kearifan lokal mandang segala sesuatu hal dan kemampuan
menjadi relevan. Anak bangsa di negeri ini menerjemahkan secara baik setiap persoalan
sudah sewajarnya diperkenalkan dengan yang bertumpu pada budaya lokal. Bertolak
lingkungan yang paling dekat di desanya, dari pengertian dan esensi dari kearifan lokal
kecamatan, dan kabupaten, setelah tingkat tersebut, membangun pendidikan karakter