Anda di halaman 1dari 15

“AKUNTANSI SEBAGAI SAINS ALAM ATAU SAINS SOSIAL”

Proposal

Disusun untuk Memenuhi Ujian Ahir Semester Mata Kuliah Sosiologi Akuntansi

Oleh:
ERMIDA FERMIANA SONBAY 176020300111026

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pandangan konvensional atas akuntansi merupakan cara pandang
yang paling lazim. Tak heran pandangan konvensional atas akuntansi menjadi
ciri khas yang melekat pada diri seorang akuntan. dalam ilmu akuntasipun
pandangan konvensional masih menjadi ciri khas yang tidak dapat dilepaskan,
hal ini menimbulkan miskonsepsi di masyarakat seolah-olah pemahaman
konvensional merupakan satu-satunya cara pandang atas akuntansi. tidak
heran miskonsepsi tersebut sering ditemukan dikalangan akademisi dibidang
akuntansi, sehingga munculnya sikap monolithic dalam perilaku ilmiahnya
yakni dalam melihat, memahami dan menyikapi obyek-obyek kajian
keilmuannya. Disamping itu pemahaman konvensional telah dianggap sebagai
sesuatu yang taken for granted, maka inovasi-inovasi dalam bidang akuntansi
yang dapat berlangsung di dunia akademik khususnya perguruan tinggi,
kurang mendapat respon yang positif. dalam pemahaman konvensional,
akuntansi masih dipahami seperti definisi American Accounting Association
dalam A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dimana akuntansi
hanya sebagai “Proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan
informasi ekonomis untuk memungkinkan dihasilkannya pertimbangan dan
keputusan yang tepat dan rasional oleh para pengguna informasi ekonomi
tersebut”. (Belkaoui, 1992,p.22; Roslender,1992,p.2). Akuntansi ditempatkan
lebih dalam tataran praktis, yakni sebagai alat bantu pengambilan keputusan.
pengdefinisian akuntansi seperti ini tidak berarti salah dan keliru karena
rerangka konspetual terkait pengertian-pengertian akuntansi dan standar
akuntansi didapat dari rujukannya, memang akuntansi harus diletakan dalam
ranah praktis ini yaitu dengan memasukan decision usefulness sebagai kriteria
penting dalam menyeleksi prinsip atau konsep yang akan dipakai sebagai
acuan dalam pengembangan standar akuntansi. namun jarang disadari bahwa
penekanan yang berlebihan pada aspek praktis justru membuat akuntansi
terkungkung dan semata-mata untuk pengambilan keputusan yang nalar
(reasonable), sementara derajat tersebut merupakan “kepentingan” kreditur
dan pemegang saham semata. kenyataan demikian justru mengabaikan adanya
ukuran-ukuran keberhasilan lainnya. cara pandang kita mengenai akuntansi
terbukti masih konvensional artinya kita masih menempatkan diri pada posisi
dalam suatu konteks yang seakan-akan hanya ada satu cara pandang yang
benar dan tidak ada lagi kemungkinan lain sebagai alternatifnya. hal ini
membuat kita menerima apa adanya bahkan menyulitkan kita untuk melihat
adanya kesalahan (anomali, kekeliruan) yang ditimbulkan dari cara pandang
tersebut.

Padahal di sisi lain, jika ditelik lebih dalam mengenai akuntansi akan
ditemukan karakter-karakter keakuntansian yang dapat di sajikan dalam
berbagai dimensi, sudut pandang, paradigma, atau apa lagi sebutannya yang
preveren. Apakah akuntansi itu adalah suatu ilmu, atau mengandung ilmu, atau
bagian dari ilmu, atau mungkin tak ada kaitannya sama sekali dengan ilmu?
Hal itulah yang justru telah menimbulkan rasa penasaran bagi-(mungkin
sebagaian kecil)-dari orang-orang yang yang berkompeten membidanginya
untuk melakukan suatu penelitian tentangnya. Lalu apakah akuntansi yang
disinyalir memiliki kaitan yang erat dengan ilmu atau keilmuan telah memiliki
posisi yang tetap untuk dinobatkan sebagai disiplin ilmu tertentu. melalui
makalah ini kami berusaha untuk menjawabnya.

II. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dipecahkan melaui telaahan dan kajian-kajian dari hasil penelitian atau teori-
teori yang sudah dibangun oleh para ilmuan/peneliti sebelumnya, adalah :
1. Apakah Akuntansi Suatu ilmu ?
2. Jika akuntansi suatu ilmu, apakah masuk sebagai ilmu alam ataukah
sebagai ilmu sosial ?
BAB II
PEMBAHASAN

I. LANDASAN TEORI.
Pengetahuan Akuntansi dapat dilihat dari beberapa definisi akuntansi
sebagai berikut :Akuntansi menurut Accounting Principle Board (APB) dalam
Statement No. 4 disebutkan:Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service
activity) fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama
yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan-
pilihan logis di antara tindakan-tindakan alternatif. sedangkan American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam Accounting
Terminology Bulletin No. 1, tahun 1953 menyatakan: Akuntansi adalah seni
pencatatan, pengelompokkan dan pengikhtisaran dengan cara yang berarti,
atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, serta penafsiran
hasil-hasilnya. sementara beberapa pakar menyebutkan defenisi Akuntansi
sebagai berikut : Paul Grady dalam ARS No. 7, AICPA, 1965, mendefenisikan:
Akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi yang
secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklasiflkasikan,
memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterpretasikan seluruh
transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi
entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang
dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas
kepercayaan yang diterimanya.Kieso and Weygandt, menyatakan: Akuntansi
adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan
mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang
berkepentingan.

Berdasarkan definisi Akuntansi diatas terdapat beberapa hal yang


tersirat sebagai berikut :
1. Akuntansi sebagai alat untuk penyedia informasi
2. Akuntansi sebagai seni untuk mencatat, mengelompokan, nencatat,
mengelompokkan dan mengikhtisarkan, sampai pada seni menafsirkan
hasil dari transaksi keuangan.
3. Akuntansi sebagai body of knowledge atau seperangkat pengetahuan yang
dihasilkan dari suatu proses pemikiran yang menghasilkan konsep, prinsip,
standar, prosedur, teknik dalam rangka menyediakan informasi yang
berarti, sebagai pertanggungjawaban manajemen.
4. Akuntansi sebagai sebuah sistem yang mengolah input berupa kejadian-
kejadian ekonomi atau transaksi-transaksi bisnis dari satu kesatuan usaha,
sedemikian rupa melalui pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,
pengikhtisaran, dan pengkomunikasian hasilnya (output) berupa informasi
kepada pihak internal dan eksternal.
Jadi dapat disimpulkan Akuntansi adalah Seperangkat pengetahuan (body
of knoweldge)
Sedangkan Sains(science) diambil dari kata latin scientia yang arti
harifahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan sains
sebagai kumpulan pengetahuan dan proses sedangkan Kuslan Stone
menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu dan Sains merupakan
produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan “Real science is both product
and process, Inseparably joint” (Agus S.2003:11) berdasarkan beberapa
definis diatas Sains dapat diartika sebagai pengetahuan untuk menjelaskan
dan meramalkan gejala alam dan sosial seperti apa adanya dengan metoda
ilmiah, mengajukan dan menetapkan kebenaran penjelasan atau pernyataan
tentang suatu masalah.tujuan dari sains untuk menghasilkan model yang dapat
berguna tentang realitas. pada umumnya penyelidikan ilmiah menggunakan
beberapa bentuk metode ilmiah. secara umum metode yang dipakai, yaitu:
Observasi, Hipotesis, Prediksi, Penelitian dan Kesimpulan.

Karena sains merupakan pengetahuan untuk menjelaskan dan


meramalkan gejala alam dan sosial, maka dikenal 2 (dua) jenis sains yakni
SAINS ALAM (Ilmu Pengetahuan Alam) dan SAINS SOSIAL (Ilmu
Pengetahuan Sosial).menurut Wikipedia Bahasa Indonesia; Sains alam atau
ilmu pengetahuan alam (natural science) merujuk pada rumpun ilmu dimana
obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan
umum, berlaku kapan pun dan di mana pun. sedangkan Ilmu sosial(social
science) atau ilmu pengetahuan sosial (social studies) adalah sekelompok
disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan
manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan
humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari
manusia, termasuk metoda kuantitatif, dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk
menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan
meliputi perilaku, dan interaksi manusia pada masa kini, dan masa lalu.

II. KAJIAN HASIL PENELITIAN


Apakah Akuntansi sebagai sains alam atau sains sosial ?Akuntansi
termasuk dalam kategori ilmu pengetahuan sosial, yaitu sebagai ilmu yang
tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan organisasi sosial yang bersifat
terbuka. ini sesuai dengan definisi akuntansi menurut Mautz (1963) “Akuntansi
berurusan dengan perusahan, yang merupakan kelompok sosial; akuntansi
berkaitan dengan transaksi dan peristiwa ekonomik lain yang memiliki
konsekuensi sosial dan mempengaruhi hubungan sosial; akuntansi
menghasilkan pengetahuan yang berguna dan bermakna bagi manusia yang
terlibat dalam aktivitas yang memiliki implikasi sosial; akuntansi terutama
bersifat mental. atas dasar pedoman yang tersedia tersebut, akuntansi adalah
sebuah sanis sosial”

Akuntansi berada dalam lingkaran (domain) interaksi kehidupan


antara manusia atau kelompok manusia dalam kehidupan sehari-hari. oleh
karena itu, ilmu akuntansi juga berkembang sejalan dengan perkembangan
budaya manusia. interaksi diantara manusia atau kelompok manusia tercipta
karena : (1) mekanisme tukar menukar kepentingan,(2) Kebutuhan adanya
aturan main,(3) sikap dan perilaku individu ataupun kelompok, (4) sistem nilai
sekelompok masyarakat dan (5) anomali perikehidupan sosial. kelima hal
tersebut membentuk berbagai ilmu pengetahuan diantaranya disiplin ekonomi,
hukum, psychologi, sosial, filsafat, sastra dan kebudayaan. disiplin ilmu sosial
tentu berbeda dengan disiplin lainnya, seperti disiplin ilmu matematika, fisika,
teknologi, biologi dan kedokteran. disiplin tersebut menjelaskan gejala alam
yang mempengaruhi kehidupan manusia serta bagaimana manusia berinteraksi
dengan alam yang meliputinya. nilai (value) dari disiplin tersebut terbentuk
dari seperangkat teori yang memang nyata-nyata dibentuk secara alami oleh
alam semesta. hal ini justru berbeda dengan ilmu sosial yang terbentuk oleh
interkasi antar manusia atau kelompok manusia yang justru tidak mengandung
unsur kepastian tetapi hanya suatu keajegan. dengan demikian nilai (value)
yang terkandung dalam disiplin ilmu-ilmu sosial adalah keajegan yang
terbentuk dengan interaksi antar manusia atau kelompok manusia.

Berkembangnya praktek akuntansi tidak terlepas dari terus


meningkatnya pemahaman atas ilmu akuntansi itu sendiri. Ghozali (2004)
membagi pergeseran akuntansi kedalam 3 (tiga) dekade yaitu perkembangan
teori akuntansi normatif, teori akuntansi positif serta pendekatan sosiology
akuntansi. terjadinya perkembangan ini berkaitan erat dengan fenomena-
fenomen sosial yang terjadi di masyarakat. pada awalnya akuntansi dianggap
sebuah seni dan alat pencatatan suatu transaksi keuangan sehingga dikatakan
sekedar alat pelaporan keuangan. munculnya riset gap antar toeri akuntansi
yang diajarkan diberbagai perguruan tinggi dan secara empiris berbeda dengan
apa yang seharusnya terjadi menurut perusahan, maka munculah pergeseran
perkembangan akuntansi dari pendekatan teori akuntansi normative ke teori
akuntansi positive. dapat dikatakan paham positif sampai sekarang ini masih
mendominasi penelitian akuntansi. paham ini menyatakan akuntansi bebas nilai
(free value) ini kemudian dikritik sehingga akuntansi bermetamorfosa dengan
menggunakan pendekatan sosiology yang sarat dengan nilai.

Akuntansi sebagai Ilmu sosial dengan multiparadigma


Isitlah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn
dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution (1962). Ia, menyatakan
paradigma merupakan terminologi kunci dalam perkembangan ilmu
pengetahuan, walaupun dalam bukunya tersebut banyak mengundang kritik
tentang perbedaan dan ketidak konsistenan pemakaian istilah paradigma, Khun
memperbaiki dalam buku edisi kedua. Tujuan utama Kuhn adalah untuk
menantang asumsi yang berlaku umum dikalangan ilmuwan mengenai
perkembangan ilmu pengetahuan. kalangan ilmuwan umumnya berpendirian
bahwa perkembangan atau kemajuan ilmu pengetahuan terjadi secara
kumulatif. inti tesis Khun adalah perkembangan ilmu pengetahuan bukanlah
terjadi secara kumulatif tetapi terjadi secara revolusi.

Akuntansi sebagai suatu multiparadigmatic science berasal dari buku


teori yang ditulis oleh Ahmad Belkaoui (1992), sebuah buku yang jika diukur
menggunakan ukuran perkembangan pemikiran alternatif dalam akuntansi.
dengan adanya perbedaan cara pandang terhadap ilmu akuntansi sebagai ilmu
yang bebas nilai atau sarat dengan nilai, maka munculah pandangan yang
berbeda-beda terhadap hakekat ilmu itu sendiri yang sering disebut dengan
paradigma. Triyuwono (2013) menyatakan bahwa banyaknya pemahaman
tersebut dikenal dengan istilah paradigma, yaitu sudut pandang seseorang atas
suatu obyek.

Michael C. Jensen (1983) seorang ilmuwan terkenal dari Harvard


Business School dalam tulisannya yang menarik di jurnal The Accounting
Review, Volume LVIII, issue ke 2, thun 1983 dengan judul Organization
Theory and Methodology berkeyakinan bahwa akuntansi merupakan bagian
integral dari suatu organisasi, maka dengan perkembangan yang begitu pesat
dalam teori akuntansi, sangat tidak tepat jika para akuntan membiarkan begitu
saja hiruk perkembangan teori organisasi tersebut. menurut argumennya
“Accounting is an integral part of the structure of every organization, and a
fundamental understanding of why accounting parctices evolve as they do anh
how to improve them requires a deeper understanding about organizations
than now exists in the social sciences” (Jensen,1983). disamping itu Covaleski
dan Aiken (1986) mereka berargumen bahwa memasukan teori akuntansi
sebagai teori dasar dalam riset-riset akuntansi akan meningkatkan relevansi
temuan-temuan riset akuntansi mengingat tempat dimana akuntansi
dipraktekan, misalnya dalam bentuk sistem akuntansi atau control, adalah
didalam organisasi. mereka juga menambahkan bahwa kajian organisasi adalah
wilayah sosiologi juga sehingga mampu mengkaitkan aspek akuntansi dari
level mikro, meso dan makro sekaligus, walaupun teori –teori sosiologi
terkesan sedikit lebih jauh berhubungan dengan akuntansi dibandingkan
dengan pengetahuan yang berada dalam domain kajian organisasi terapan
(applied organization studies).

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, kita dapat memperoleh


gambaran bahwa pertama; domain dimana akuntansi dipraktekan adalah
organisasi, kedua; konstelasi kajian atas organisasi berada dalam wilayah ilmu-
ilmu sosial maka maka kajian akuntansi yang bersifat monopradigmatic atau
single perspective sulit untuk dapat diterima secara ilmiah. ketiga; pandangan
bahwa kajian atas masalah – masalah akuntansi hanya dapat diselesaikan
menggunakan ilmu ekonomi adalah “sempit” karena banyak masalah-masalah
dalam organisasi yang tidak hanya diselesaikan dengan ilmu ekonomi tetapi
dapat memanfaatkan ilmu psikologi dan sosiologi. kondisi seperti ini bukan
sesuati yang luar biasa, dan hanya terjadi diwilayah keilmuan akuntansi,
melainkan kondisi yang sangat lazim dalam perkembangan dunia keilmuan
secara umum, yaitu saat induk dari suatu disiplin ilmu mengalami perubahan
maka cabang-cabang disiplin tersebut atau teknologi yang mendasarkan pada
disiplin tersebut akan turut mengalami perubahan. gagasan akuntansi sebagai
multiparadigmatic science bukanlah gagasan baru bahkan mungkin bukan
gagasan yang saat ini terbatas berada diranah sosiologi saja. bila dilihat pada
artikel Anthony Hopwood yang muncul The Accounting Review Volume 85
Issue No.2 dengan judul Whither Accounting Research ? (Hopwood,2007),
gagasan tersebut telah berkembang di Accounting Departement di Chicago
University diakhir tahun 1960an. dimana karya-karya sederet nama akuntan
terkemuka yang masih berstatus sebagai mahasiswa saat itu seperti Joel
Demski, Philip Brown, Ray Ball, Ross Watts dan lainnya dimana upaya-upaya
interdisiplinary studies telah dirasakan. fakta historis ini ingin mempertegas
akuntansi adalah multipleparadigm science dan bukan single paradigm
science.
Akuntansi Keperilakuan sebagai Interdisiplin pertama untuk Akuntansi.
Upaya untuk melihat akuntansi melalui cara pandang psikologi
terutama sosial dan organisasi dibuktikan dengan munculnya penelitian
akuntansi interdisipliner. salah satunya adalah akuntansi keperilakuan, yang
bertujuan untuk meningkatkan praktik akuntansi yang “lebih baik” terutama
dalam organisasi atau perusahan berskala besar. akuntansi keperilakuan juga
mengajarkan setiap anggota organisasi tentang aspek-aspek non-teknis
“kehidupan nyata” organisasi untuk pengembangan karir (Argyris, 1952)

Untuk menghasilkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak


internal dan eksternal organisasi, dibutuhkan motivasi dan perilaku dari
pelaksana sistem informasi. muncul dan berkembangnya akuntansi
keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan
dengan ilmu-ilmu sosial secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan
menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi
gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang
mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi keperilakuan
menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut ini:
1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-
orang dan kinerja perusahaan
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan
terhadap perencanaan strategis

Prespektif sosiology dalam akuntansi


Burell & Morgan (1979) dapat dikatakan sebagai peletak dasar
kategorisasi secara sistematik atas prespektif sosiologis dalam pengkajian atas
masalah-masalah organisasi termasuk akuntansi. kontribusi karya Burell &
Morgan (1979) tidak hanya dalam bentuk cara yang mudah bagi para peneliti
untuk melakukan pemetaan atas dasar prespektif sosiologis atau paradigma atas
berbagai teori atau hasil penelitian keorganisasian (termasuk akuntansi) yang
telah dilakukan, namum sekaligus memberikan pencerahan berupa ruang
potensi penelitian ilmiah yang terbuka luas.

Roslender (1992) meneruskan apa yang dirintis oleh Burell & Morgan
(1979) dengan menulis buku khusus membahas akuntansi modern dilihat dari
sudut pandang sosiologi. meskipun berbeda dalam melakukan kategorisasi
prespektif sosiologisnya namun bisa dikatakan kedua taksonomi tersebut juga
serupa dalam hal-hal yang sama yakni menggunakan pendekatan bipolar
continuum untuk dua hal yang ingin dijadikan dasar pengkategorian. Model
Quadran Burell & Morgan (1979) dibangun diatas dua dimensi independen
yang diletakan berdasarkan asumsi atas krakter hakikat dari ilmu pengetahuan
sosial dan masyarakat. selanjutnya dimensi ilmu pengetahuan sosial tersebut
dibagi kedalam empat elemen yang saling berhubungan satu sama lainnya
yakni ontologi, epistemologi, hakikat dan krakter dasar manusia dan
methodology. Pada tahun 1985 Hopper dan Powell mencoba mengembangkan
pengklasifikasian prespektif sosiologis untuk mempelajari masalah organisasi.
mereka mengenal tiga prespektif yakin positif, interpretif dan kritis.
Berdasarkan argumen-argumen yang disampaikan oleh para pakar
akuntansi diatas dapat dikatakan mereka tidak berkeberatan atas saran yang
disampaikan Jensen (1983), karena tempat dimana akuntansi diterapkan adalah
organisasi sehingga pengabaian yang dilakukan oleh disiplin akuntansi atas
relevensi toeri akuntansi dan perkembangannya merupakan sesuatu yang
merugikan disiplin akuntansi sendiri.

Dalam akuntansi (Chua,1986) membaginya dalam tiga paradigma


yaitu paradigma positif, interpretif dan kritis. dan saat ini dalam akuntansi telah
berkembang pula apa yang dinamakan paradigma postmodern. paradigma yang
dibangun oleh Chua (1986) merupakan ilmu pengetahuan yang berbasis
multiparadigma. paradigma-paradigma diatas dapat diterapkan secara holistik
tanpa memilah-milah mana yang terbaik diantara paradigma tersebut. ini
berarti untuk dapat memahami realitas praktik akuntansi, kita dapat
memandang dari berbagai sudut pandang (multiparadigma). dengan adanya
ilmu pengetahuan yang berbasis multiparadigma maka segala masalah yang
terdapat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengembangan
praktek akuntansi dapat diselesaikan dengan berbagai pandangan, tidak hanya
cukup dengan satu pandangan. suatu permasalahan dalam ilmu pengetahuan
yang hanya diselesaikan dengan satu pandangan mungkin dianggap benar
dalam pandangan tersebut, akan tetapi mungkin menurut pandangan orang lain
permasalahan tersebut belum bisa dipecahkan. pentingnya pondasi utama
dalam berpikir multiparadigma yaitu meyakini adanya kebenaran relatif.
dengan pengembangan praktik akuntansi berbasis multiparadigma, maka
paradigma-paradigma yang ada tidak akan saling menjegal atau menyatakan
sayalah paradigma yang paling cocok dengan meniadakan paradigma yang
lain. akan lebih bagus lagi semua paradigma saling berinteraksi atau bersinergi
sehingga menghasilkan suatu kekuatan. Triyowono (2006) menyatakan sebagai
oposisi biner.

Dalam makalah ini penulis mencoba memberikan gambaran atas


paradigma-paradigma dalam akuntansi berdasarkan temuan (Chua,1986), dan
jua paradigma postmodern namun tidak menjadi suatu bahan pembanding
antara paradigma yang satu dengan lainnya.
a. Paradigma positif
Paradigma Positif atau juga disebut sebagai paradigma fungsionalis
(mainstream) bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi suatu
kejadian. Oleh karena itu paradigma ini bertumpu pada hubungan
mekanistis (sebab/akibat) yang sangat kental. Keilmiahan dimahkotai
dengan obyektivitas. Sifat manusia adalah deterministik (berbeda dengan
paradigma kritis/interpretif yang cenderung voluntaristik). penelitian dalam
paradigma ini selalu mencoba melakukan pengukuran-pengukuran yang
akurat melalui suatu instrumen yang dinamakan questionaire terhadap
realitas sosial yang ditelitinya. melihat realitas sebagai materi yang dapat
diukur dan diinterpretasikan secara rasional, atau satu-satunya untuk
membangun ilmu memakai Metode Ilmiah (Triyuwono 2000). bentuk
metodologi yang sesuai dan banyak dipakai pada paradigma ini adalah
metode kuantitatif dengan teknik statistiknya dan telah mendominasi sejak
abad ke-18 sampai saat ini (Muhadjir 2000:11) yang berakar pada ilmu-ilmu
alam (Hardiman 2003:57; Burell & Morgan 1979).
b. Paradigma interpretif
Paradigma Interpretivisme adalah cara pandang yang bertumpu
pada tujuan untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial dari kacamata
aktor yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu keilmiahannya,
sebagaimana yang dijelakan oleh Burrell dan Morgan (1979), terletak pada
ontologi sifat manusia yang voluntaristik. Subyektivitas justru memainkan
peranan penting dibandingkan obyektivitas (sebagaimana yang ditemui pada
paradigma fungsionalis/positivistik). riset akuntansi dengan menggunakan
paradigma ini bertujuan memahami fenomena akuntansi/ praktik akuntansi
dari sudut pandang pelaku (akuntan/auditor, dll). Metode yang dipayungi
paradigma ini cukup beragam: mulai dari fenomenologi, etnometodologi,
etnografi,dan hermeneutika. dijelaskan Muhadjir (2000:14) pendekata
seperti ini merupakan penegasan mengenai pembangunan ilmu pengetahuan
yang tidak hanya terjebak pada konteks empirisme saja, tetapi
mengakomodasi kepentingan rasionalisme ilmu yang valid.
c. Paradigma kritis
Paradigma Kritis, berlawanan dengan positivism, dalam melihat
realitas. dalam paradigma positif, Fakih (2002) yang menatsir pemikiran
Jurgen Habermas, bahwa realitas tertinggi bukan kenyataan lahir yang dapat
dilihat indera, tetapi justru pada ruh atau gagasan, ilmu sosial lebih
dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari
segenap ketidakadilan, tidak boleh dan tidak mungkin bersifat netral.
paradigma kritis disisi lain memperjuangkan pendekatan yang bersifat
holistik, serta menghindari cara berpikir deterministik dan reduksionistik.
oleh sebab itu, mereka selalu melihat realitas sosial dalam prespektif
kesejarahan. paradigma Kritis bertujuan untuk
membebaskan/mengemansipasi dan merubah. Paradigma ini bertumpu
pada cara pandang bahwa masyarakat sedang dalam kondisi teralienasi.
Mereka hidup dalam suatu opresi ideologi yang dalam rangka
pembebasannya diperlukan suatu pergerakan kesadaran. Burrell dan
Morgan (1979) membagi paradigma ini dalam Radikal Humanis dan
Radikal Strukturalis.Radikal Humanis memandang perubahan dilakukan
lewat consciousness/kesadaran, sedangkan Radical Structuralism
memandang bahwa perubahan bisa dilakukan lewat perubahan structure
atau sistem. riset akuntansi kritis menggunakan teori kritis untuk
menurunkan metode riset. Teori Kritis Barat yang dijadikan acuan
umumnya berasal dari Frankfurt School: Horkheimer, Habermas, Althusser
dan lain lain. Teori Kritis Indonesia juga dapat digunakan, seperti:
Marhaenisme, 4 pilar Tjokroaminoto, dan lain lain.
d. Paradigma postmodern
Paradigma postmodernis bertujuan melakukan dekonstruksi yaitu
memasukkan pemikiran/ide/konsep yang biasanya terpinggirkan ke dalam
diskursus utama (logosentris) untuk menafikkan kebenaran tunggal.
menurut Rosenau (1992:15) terdapat dua aliran postmodernisme yaitu aliran
skeptis dan aliran afirmatif. Aliran skeptis dicirikan atas pesimistik, negatif,
gloomy assesment, melihat abad postmodern telah terfragmentasi, terjadi
disintegrasi, malaise, tak memiliki makna, hilangnya parameter, moral dan
masyarakat chaos se biasanya menolak semua kebenaran karena kebenaran
“dibentuk” dan secara mudah dapat digagalkan keabsahannya. Sedangkan
aliran afirmatif masih memiliki pandangan yang lebih konstruktif. Kajian
akademis biasanya masuk aliran postmodernisme afirmatif. riset akuntansi
postmodernis bisa berkutat pada pencitraan akuntansi, misalnya pencitraan
atas laba, dll. Metode yang digunakan juga bervariasi yang mana hal ini
sebetulnya tidak sepenuhnya membenarkan anything goes- yang tanpa
batas. Penggunaan teori dari Derrida (walau sebenarnya masuk pada ranah
poststrukturalis), Foucault, Lyotard merupakan teori yang dalam riset
akuntansi diturunkan menjadi metode penelitian.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Akuntansi dikategorikan sebagai Ilmu pengetahuan sosial, karena


akuntansi tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan organisasi sosial yang
bersifat terbuka. karena akuntansi berinteraksi antar manusia atau kelompok
manusia dalam kehidupan sehari-hari maka akuntansi juga berkembang sejalan
dengan perkembangan budaya manusia. berkembangnya praktek akuntansi tidak
terlepas dari terus meningkatnya pemahaman atas ilmu akuntansi itu sendiri. teori
akuntansi positif yang masih mendominasi penelitian akuntansi mendapat kritik
tajam karena menurut teori ini akuntansi dikatakan bebas nilai (value free).
akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai bebas nilai karena akuntansi tumbuh dan
berkembang dalam organisasi dimana organisasi tersebut berada dalam masyarakat
yang penuh dengan ketidakpastian. atas kritikan ini munculah pendekatan
sosiologi yang syarat dengan nilai.

Ilmu pengetahuan yang terus berkembang, ternyata terus berpengaruh


terhadap akuntansi dalam ilmu sosial dengan munculnya berbagai cara pandang
tentang akuntansi yang dikenal dengan paradigma. prespektif interdisiplin dalam
akuntansi dapat dilihat dengan munculnya Akuntansi keperilakukan yang bertujuan
untuk meningkatkan praktik akuntansi yang “lebih baik” dan mengajarkan anggota
organisasi tentang aspek-aspek non teknis “kehidupan nyata” organisasi untuk
pengembangan karir mereka. disamping itu Sosiology sebagai salah satu
interdisipliner akuntansipun mengalami perkembangan dengan munculnya berbagai
pandangan seperti pandangan fungsionalis, pandangan interpretif, critical theory
(pandangan humansi radikal dan pandangan strukturalis radikal) serta
postmodernism.
DAFTAR PUSTAKA

Roslender-Dillard,(2003) “ Reflections on the Interdiscilinary prespectives on


accounting project” Critical Perspectives on Accounting (2003) 14, 325–351

Djamhuri Ali, (2011)”Ilmu pengetahuan sosial dan berbagai paradigma dalam


kajian akuntansi”. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,28-23.

Hery.2009.”Teori Akuntansi”,Jakarta: Kecana Perenada Media Group

Belkaoui, Riahi Ahmed.2000”Teori Akuntansi Buku1”,Jakarta: Salemba Empat.


KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan. makalah ini akan
membahas “Apakah Akuntansi sebagai Sains alam atau sains sosial ?”

Makalah ini dibuat untuk memperdalam pemahaman kita tentang posisiakuntansi


dalam kehidupan sehari-hari, karena pengetahuan kita hanya sebatas akuntansi sebagai
“praktek keuangan”tanpa kita sadari bahwa akuntansi ternyata sebagai ilmu pengetahuan
sosial yang syarat dengan nilai (value)karena akuntansi beradadidalam lingkungan sosial
(masyarakat) dan mempengaruhi kehidupan manusia.

Pada Kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ari
Kamayanti yang telah memberi kami kesempatan untuk menyusun makalah ini sehingga
kami dapat memahami akuntansi bukan hanya dari satu sudut pandang saja tetapi akuntansi
merupakan ilmu pengetahuan sosial yang dapat dilihat dengan multiparadigma science.

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kritik, saran
dan masukan yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk menambah wawasan kita
kedepan.

Malang, Juni 2017.

Penulis.
DAFTAR ISI

Kata pengantar i
Daftar isi ii
Bab I Pendahuluan 1
I. Latar Belakang 1
II. Rumusan Masalah 2

Bab II Pembahasan 3
I. Landasan teori 3
II. Kajian hasil penelitian 4

Bab III Penutup 11


Kesimpulan 11

Daftar pustaka iii

Anda mungkin juga menyukai