Anda di halaman 1dari 15

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

MAN 1 YOGYAKARTA

Marzuki dan Lysa Hapsari Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta email:
marzuki@uny.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan berbagai bentuk pembina-
an karakter siswa melalui kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta. Penelitian ini juga mengkaji
berbagai hambatan yang muncul dalam rangka pembinaan karakter siswa MAN 1 Yogyakarta serta
upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif de-
ngan pendekatan kualitatif. Penentuan subjek penelitian dengan teknik purposive. Teknik pengumpul-
an datanya adalah observasi partisipatif, wawancara,dan dokumentasi. Sedang teknik analisis data-
nya adalah teknik analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan karakter me-
lalui kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta dilakukan melalui peran pembina pramuka
sebagai mitra atau pembimbing, memberikan dukungan dan memfasilitasi siswa dengan kegiatan
yang mo-dern, menarik, dan menantang. Metodenya antara lain: pengamalan kode kehormatan
pramuka pada setiap kegiatan; kegiatan belajar sambil melakukan, berkelompok, bekerja sama, dan
berkompetisi; ke-giatan di alam terbuka seperti perkemahan; penghargaan berupa tanda kecakapan
bantara dan laksa-na; sertasatuan terpisah ambalan putra dan putri. Hambatan yang muncul antara
lain adalah kurang-nya perhatian guru terhadap masalah pramuka danbanyaknya siswa yang tidak
suka mengikuti ke-giatan kepramukaan. Upaya untuk mengatasinya dengan mengajak para guru
ikhlas melakukannya dan menciptakan kegiatan yang menarik dan menantang siswa.

Kata Kunci: pembentukan karakter, siswa, kegiatan kepramukaan

STUDENTS’ CHARACTER SHAPING THROUGH SCOUTING ACTIVITIES AT MAN 1


YOGYAKARTA

Abstract: This research aimed to find and describe various forms of students’ character nurturing
through scouting activities at MAN 1 Yogyakarta. This research also studied a number of constraints
emerging within the nurturance of the students’ character and efforts made to overcome the cons-
traints. This was a descriptive research study employing a qualitative approach. The subjects were se-
lected using a purposive sampling technique. The data were collected through participatory observa-
tion, interviews, and documentation. The data were then analyzed using an inductive analysis tech-
nique. The results showed that character shaping through scouting activities at MAN 1 Yogyakarta by
maximizing the roles of the scout nurturers as partners or supervisors, gave supports and facilitated
students with modern, interesting, and challenging activities. Among the methods used were: the im-
plementation of scouting codes of respects in every activity; learning activities through doing, work-
ing in groups, cooperating, and competing; activities in the open air such as camping; rewards in the
forms of capacity symbols such as bantara and laksana; and separate units of ambalan for males and fe-
males. The constraints emerging were, among others, a lack of teachers’ attention to the scouting
issues and the great number of students who did not like to join scouting activities. The solution was
through inviting all the teachers to willingly contribute to the scouting activities and creating interes-
ting and challenging activities for the students.

Keywords: character shaping, students, scouting activities

PENDAHULUAN terutama oleh para penggiat pendidikan.


Persoalan karakter dan pendidikan Indikasi bahwa persoalan karakter ini pen-
karakter menjadi persoalan yang selalu di- ting adalah maraknya tindakan dan peri-
perbincangkan oleh masyarakat Indonesia, laku masyarakat yang jauh dari nilai-nilai

142
143

karakter mulia. Banyak fenomena di Pendidikan formal memang memiliki


tengah masyarakat yang mengindikasikan peran yang penting dalam membangun ka-
hilang-nya nilai-nilai luhur bangsa rakter bangsa, karena dengan pendidikan-
Indonesia, se-perti: kejujuran, kesantunan, lah peserta didik berusaha untuk dibekali
dan kebersa-maan. Di sisi lain perilaku- berbagai pengetahuan dan keterampilan
perilaku negatif, seperti pencurian, supaya bisa hidup di tengah-tengah ma-
pemerkosaan, pembu-nuhan, perzinaan, syarakat. Selain itu, pendidikan juga me-
dan penyalahgunaan narkoba, semakin miliki peran penting dalam menumbuhkan
menghiasi kehidupan para remaja, bahkan semangat cinta tanah air dan jiwa patriotis-
para siswa di sekolah-sekolah di Indonesia. me. Namun, ternyata dalam pelaksanaan-
Karakter tidak bisa dibentuk dalam nya pendidikan formal belum mampu me-
waktu yang singkat. Membangun karakter laksanakan perannya dengan baik. Pendi-
bangsa membutuhkan waktu yang lama dan dikan formal yang dilaksanakan di Indone-
harus dilakukan secara berkesinam-bungan. sia lebih banyak masih terjebak pada trans-
Karakter yang melekat pada bang-sa fer of knowledge saja sehingga diperlukan
Indonesia akhir-akhir ini bukan begitu saja suatu terobosan dalam dunia pendidikan
terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah me-lalui formal, supaya setiap lembaga pendidikan
proses yang panjang. Pemerintah In-donesia, mampu berperan dalam rekayasa pemba-
yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan ngunan karakter bangsa
dan Kebudayaan tiada henti-hentinya Untuk mengantisipasi persoalan se-
melakukan upaya-upaya untuk perbaikan macam itu, pendidikan di Indonesia perlu
kualitas pendidikan di Indone-sia, namun diperhatikan dengan serius, misalnya de-
belum semuanya berhasil. Se-bagian ngan direkonstruksi ulang agar dapat meng-
pengamat pendidikan bahkan ber-pendapat hasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan
bahwa mutu pendidikan di Indo-nesia tidak siap menghadapi “dunia” masa depan yang
meningkat, bahkan cenderung menurun. penuh dengan problema dan tantangan ser-
Salah satu indikatornya adalah menurunnya ta dapat menghasilkan lulusan yang memi-
sikap dan perilaku moral lu-lusan dari satuan liki sikap dan perilaku moral yang mulia.
pendidikan yang sema-kin hari cenderung Dengan kata lain, pendidikan harus mam-pu
semakin jauh dari ta-tanan nilai-nilai moral mengemban misi pembentukan karak-ter
yang dikehendaki. atau akhlak mulia (character building) se-
Peran pemerintah dalam membangun hingga para siswa dan para lulusan lemba-ga
karakter bangsa amat penting, khususnya pendidikan dapat berpartisipasi dalam
melalui pembuatan undang-undang dan mengisi pembangunan di masa-masa men-
peraturan yang menjamin semakin kokoh datang tanpa meninggalkan nilai-nilai mo-ral
dan tegaknya karakter bangsa. Karena te- atau akhlak mulia.
kanan norma-norma kehidupan global, ti-dak Salah satu upaya untuk mewujudkan
jarang peran pemerintah menjadi am-bivalen. pendidikan seperti di atas, para siswaatau
Namun, sayangnya, pemerintah ti-dak cukup peserta didik harus dibekali dengan pen-
menyadari hal ini sehingga pe-merintah didikan khusus yang membawa misi po-
tidak mengembangkan kebijakan yang pro kok dalam pembinaan akhlak mulia. Pen-
dengan pengembangan karakter (Zamroni, didikan seperti ini dapat memberi arah ke-
201: 172). pada para siswa setelah menerima ber-
bagai ilmu maupun pengetahuan dalam

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015


144

bidang studi masing-masing sehingga me- Indonesia. Pada Pasal 3 UU Sisdiknas di-
reka dapat mengamalkannya di tengah- tegaskan, pendidikan nasional berfungsi
tengah masyarakat dengan tetap berpatok- mengembangkan kemampuan dan mem-
an pada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan bentuk watak serta peradaban bangsa yang
yang universal. bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Misi pembentukan karakter ini tidak kehidupan bangsa, bertujuan untuk ber-
hanya diemban oleh bidang studi atau mata kembangnya potensi siswa agar menjadi
pelajaran (mapel) tertentu, misalnya mapel manusia yang beriman dan bertakwa ke-
Pendidikan Agama atau mapel Pendidikan pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
Kewarganegaraan (PKn), tetapi juga oleh mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-
bidang-bidang studi lain secara bersama- diri, dan menjadi warga negara yang de-
sama. Meskipun demikian, dua mapel ter- mokratis serta bertanggung jawab. Dengan
sebut atau mapel-mapel yang semisal da-pat demikian, mata pelajaran Pendidikan Aga-
dijadikan basis yang langsung berhu-bungan ma dan Pendidikan Kewarganegaraan me-
dengan pembinaan karakter siswa, terutama ngemban misi yang amat mulia dalam
karena sebagian besar materi da-lam mapel- pem-bangunan bangsa ini. Tentu saja
mapel tersebut sarat dengan ni-lai-nilai semua mata pelajaran selain dua mata
karakter. Di samping itu, aktivitas pelajaran itu juga bersama-sama memiliki
keagamaan dan aktivitas-aktivitas lain yang misi tersebut se-cara terintegratif.
termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler Fenomena di atas mengindikasikan
dan bentuk-bentuk pembiasaan di sekolah bahwa pendidikan yang membangun nilai-
juga dapat dijadikan sarana untuk membu- nilai moral atau karakter di kalangan siswa
dayakan siswa dengan nilai-nilai karakter harus selalu mendapatkan perhatian. Pen-
mulia. didikan di tingkat dasar (SD dan SMP) me-
Arah dan tujuan pendidikan nasional rupakan wadah yang sangat penting untuk
kita, Indonesia, seperti diamanatkan oleh mempersiapkan sejak dini para generasi
UUD 1945 baik melalui pembukaan mau- pe-nerus yang nantinya akan menjadi
pun pasal-pasalnya adalah peningkatan pemim-pin bangsa kita di masa datang.
iman dan takwa serta pembinaan akhlak Karena itu, semua pelaksana pendidikan di
mulia para siswa yang dalam hal ini adalah tingkat da-sar harus memiliki kepedulian
seluruh warga negara yang mengikuti pro- yang tinggi akan masalah moral atau
ses pendidikan di Indonesia. Hal ini me- karakter tersebut, terutama para pelaku
nunjukkan bahwa negara kita (Indonesia) pendidikan di seko-lah. Jenjang pendidikan
memberikan perhatian yang besar akan berikutnya, yakni pendidikan menengah
pentingnya pendidikan akhlak mulia (pen- dan pendidikan tinggi, juga tetap harus
didikan karakter) di sekolah dalam mem- mendapat perhati-an yang serius dalam hal
bantu membumikan nilai-nilai agama dan pembinaan ka-rakter bangsa, mengingat
kebangsaan melalui ilmu pengetahuan dan begitu gencarnya pengaruh-pengaruh luar
teknologi yang diajarkan kepada seluruh yang mungkin tim-bul dan mengganggu
siswa. pembinaan karakter para siswa.
Keluarnya Undang-Undang Nomor Upaya yang dapat dilakukan untuk
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan pembinaan karakter siswa di lembaga pen-
Nasional (UU Sisdiknas) menegaskan kem- didikan di antaranya adalah dengan me-
bali fungsi dan tujuan pendidikan nasional maksimalkan kualitas pembelajaran di

Pembentukan Karakter Siswa melalui Kegiatan Kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta


145

kelas dan juga kegiatan ekstrakurikuler yang 214). Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata
mendukung penanaman nilai-nilai karakter “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-
siswa di sekolah seperti kegiatan Pramuka. sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
Pendidikan Kewarganegaraan da-pat yang membedakan seseorang dengan yang
dijadikan basis untuk pembinaan ka-rakter lain, dan watak (Pusat Bahasa Depdiknas,
siswa, terutama di samping untuk 2008: 682). Orang berkarakter berarti orang
menumbuhkan kesadaran siswa untuk men- yang berkepribadian, berperilaku, bersifat,
jadi warga negara yang baik sehingga da-pat bertabiat, atau berwatak.
melaksanakan seluruh tugas dan fung-sinya Koesoema (2007:80) memandang ka-
sebagai warga negara. Selain itu, juga rakter identik dengan kepribadian atau
memberikan pemahaman akan pentingnya akhlak. Kepribadian merupakan ciri, ka-
memahami hak dan kewajibannya secara rakteristik, atau sifat khas diri seseorang
benar sehingga tumbuh nilai-nilai demo- yang bersumber dari bentukan-bentukan
krasi dan nasionalisme dalam dirinya. Guru yang diterima dari lingkungan, misalnya
PKn bersama-sama para guru yang lain keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak
dapat merancang berbagai aktivitas sehari- lahir. Seiring dengan pengertian ini, ada
hari bagi siswa di sekolah dan juga sekelompok orang yang berpendapat bah-wa
melakukan pembinaan bagaimana menjadi baik buruknya karakter manusia sudah
warga negara yang baik dan benar yang menjadi bawaan dari lahir. Jika bawaannya
dapat menghargai harkat dan martabat baik, manusia itu akan berkarakter baik, dan
dirinya dan orang lain dan mampu ber-peran sebaliknya jika bawaannya jelek, ma-nusia
serta dalam mengisi kehidupannya dalam itu akan berkarakter jelek. Jika pen-dapat ini
rangka bermasyarakat, berbangsa, dan benar, pendidikan karakter tidak ada
bernegara. Begitu juga, melalui kegiat-an gunanya karena tidak akan mungkin
ekstrakurikuler dan bentuk-bentuk pem- mengubah karakter orang yang sudah taken
biasaan guru dan pembina dapat mena- for granted. Sementara itu, sekelompok orang
namkan nilai-nilai karakter kepada para yang lain berpendapat berbeda, yakni bah-
siswa melalui berbagai aktivitas yang ada. wa karakter bisa dibentuk dan diupayakan
Pembiasaan berpakaian yang sopan yang sehingga pendidikan karakter menjadi ber-
sesuai dengan norma hukum (Islam) juga makna untuk membawa manusia dapat ber-
memberikan pengaruh yang signifikan ter- karakter yang baik.
hadap perilaku moral pemakainya. Dengan Lickona (1991:51) mendefinisikan ka-
cara ini, siswa diharapkan terbiasa untuk rakter sebagai “A reliable inner disposition to
melakukan aktivitas-aktivitas yang sarat respond to situations in a morally good way.”
dengan muatan-muatan moral dan aktivi-tas- Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Cha-
aktivitas lain di lembaga pendidikan yang racter so conceived has three interrelated parts:
pada akhirnya dapat membentuk ka- moral knowing, moral feeling, and moral be-
rakternya. havior”. Dalam proses perkembangan dan
Karakter (Inggris: character), yang se- pembentukannya, karakter seseorang di-
cara etimologis berasal dari bahasa Yunani pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
(Greek), yaitu charassein (Inggris: to engrave) lingkungan (nurture) dan faktor bawaan
bisa diterjemahkan mengukir, melukis, me- (nature). Secara psikologis perilaku berka-
mahatkan, atau menggoreskan (Ryan & rakter merupakan perwujudan dari potensi
Bohlin, 1999: 5; Echols & Shadily, 1995: Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015


146

(EQ), Spiritual Quotient (SQ), dan Adverse ternya. Di antara kegiatan ekstrakurikuler
Quotient (AQ) yang dimiliki oleh sese- yang mesti ada di sekolah dan memiliki
orang. Pemerintah Indonesia telah meru- peran yang besar dalam pembentukan ka-
muskan kebijakan dalam rangka pemba- rakter siswa adalah kegiatan kepramukaan.
ngunan karakter bangsa. Dalam Kebijakan Secara umum kegiatan kepramukaan yang
Nasional Pembangunan Karakter Bangsa diwadahi dalam satu gerakan yang disebut
Tahun 2010-2025 ditegaskan bahwa karak- gerakan pramuka memiliki beberapa tuju-an,
ter merupakan hasil keterpaduan empat yaitu: (1) agar anggotanya menjadi ma-nusia
bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah yang berkepribadian dan berwatak luhur
raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah serta tinggi mental, moral, budi pe-kerti, dan
RI, 2010: 21). Dari nilai-nilai karakter ini, kuat keyakinan beragamanya; (2) anggotanya
Kementerian Pendidikan Nasional (seka- menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan
rang: Kementerian Pendidikan dan Kebu- keterampilannya; (3) ang-gotanya menjadi
dayaan) mencanangkan empat nilai karak- manusia yang kuat dan sehat fisiknya; dan
ter utama yang menjadi ujung tombak pe- (4) anggotanya menjadi warga negara
nerapan karakter di kalangan siswa di se- Indonesia yang berjiwa Pan-casila, setia,
kolah, yakni jujur (dari olah hati), cerdas patuh kepada Negara Kesatu-an Republik
(dari olah pikir), tangguh (dari olah raga), Indonesia, sehingga menjadi anggota
dan peduli (dari olah rasa dan karsa). masyarakat yang baik dan bergu-na yang
Pembinaan karakter siswa di sekolah sanggup dan mampu menyeleng-garakan
bisa dilakukan dengan tiga cara. Pertama, pembangunan bangsa dan negara (Tim
pendidikan karakter dilakukan secara ter- Esensi, 2012:9). Jadi, kegiatan kepra-mukaan
integrasi ke dalam semua mata pelajaran. sangat mendukung upaya sekolah dalam
Integrasi yang dimaksud meliputi pemuat- mengantarkan siswa untuk berka-rakter
an nilai-nilai ke dalam substansi pada se- mulia.
mua mata pelajaran dan pelaksanaan ke- Agar kegiatan ini terarah, dibuatkan
giatan pembelajaran yang memfasilitasi di- anggaran dasar gerakan pramuka yang
praktikkannya nilai-nilai dalam setiap akti- menjadi dasar dan pijakan dalam pelaksa-
vitas di dalam dan di luar kelas untuk se- naan kegiatan kepramukaan di sekolah.
mua mata pelajaran. Kedua, pendidikan Anggaran dasar gerakan pramuka ini di-
ka-rakter juga diintegrasikan ke dalam sahkan dengan Keputusan Presiden Repu-
pelak-sanaan kegiatan pembinaan siswa blik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 ten-
melalui kegiatan ekstrakurikuler dan tang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan
intrakuriku-ler. Ketiga, pendidikan Pramuka. Dalam Pasal 8 Keppres tersebut
karakter dilaksana-kan melalui kegiatan dijelaskan upaya-upaya yang harus dilaku-
pengelolaan semua urusan di sekolah yang kan untuk mencapai tujuan gerakan pra-
melibatkan semua warga sekolah (Dit. muka. Pertama, menanamkan dan menum-
PSMP Kemdiknas, 2010). buhkan budi pekerti luhur dengan cara
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki memantapkan mental, moral, fisik, penge-
sumbangsih yang berarti dalam pembinaan tahuan, keterampilan, dan pengalaman me-
karakter siswa di sekolah. Ada banyak ke- lalui kegiatan keagamaan, kerukunan hi-dup
giatan ekstrakurikuler yang harus dilak- beragama, penghayatan dan pengamal-an
sanakan di sekolah dalam rangka memfasi- Pancasila, kepedulian terhadap sesama
litasi siswa agar dapat berkembang karak- hidup dan alam seisinya, dan pembinaan

Pembentukan Karakter Siswa melalui Kegiatan Kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta


147

dan pengembanan minat terhadap kemaju-an Peneliti menggunakan beberapa tek-


teknologi dengan keimanan dan ketak-waan. nik untuk mengumpulkan data, yaitu ob-
Kedua, memupuk dan mengem-bangkan servasi partisipatif, wawancara (interview),
rasa cinta dan setia kepada tanah air dan dan dokumentasi. Data yang sudah ter-
bangsa. Ketiga, memupuk dan me- kumpul kemudian diperiksa keabsahannya
ngembangkan persatuan dan kebangsaan. agar diperoleh data yang dapat dipertang-
Keempat, memupuk dan mengembangkan gungjawabkan secara ilmiah dengan teknik
persaudaraan dan persahabatan baik nasio- trianggulasi. Adapun teknik analisis data-
nal maupun internasional. Kelima, menum- nya adalah teknik analisis induktif dengan
buhkan pada para anggota rasa percaya di-ri, langkah-langkah reduksi data, kategorisasi
sikap, perilaku yang kreatif dan inovatif, rasa data, display data, dan pengambilan ke-
bertanggung jawab dan disiplin. Ke-enam, simpulan.
menumbuh kembangkan jiwa dan sikap
kewirausahaan. Ketujuh, memupuk dan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengembangkan kepemimpinan. Ke- Gambaran Singkat Madrasah Aliyah Ne-
delapan, membina, kemandirian dan sikap geri Yogyakarta 1
otonom, keterampilan, dan hasta karya. Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta
Penelitian ini berupaya untuk mene- 1 (MAN 1 Yogyakarta) mulai menunjukkan
mukan dan mendeskripsikanberbagai ben- eksistensinya pada tahun 1950, ketika De-
tuk pembinaan karakter siswa melalui ke- partemen Agama (sekarang: Kemenag)
giatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakar- men-dirikan tiga sekolah SGAI (Sekolah
ta. Di samping itu, penelitian ini juga Guru Agama Islam) putra dan putri serta
mengkaji hambatan apa saja yang muncul SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama)
dalam rangka pembinaan karakter di ka- secara de facto. SGHA inilah yang dalam
langan siswa di MAN Yogyakarta 1 dan perjalannya merupakan titik awal MAN 1
upaya-upaya yang ditempuh untuk meng- Yogyakarta. Pendirian tiga sekolah di
atasinya. lingkungan De-partemen Agama ini secara
de jure dengan Surat Penetapan Menteri
METODE Agama No. 7 Tanggal 5 Februari 1951.
Penelitian ini adalah penelitian des- Usia SGHA hanya berlangsung tiga
kriptif dengan menggunakan pendekatan tahun, pada tahun 1954 SGHA oleh Depar-
kualitatif yang didukung dengan analisis temen Agama RI dialihfungsikan menjadi
kuantitatif.Penentuan subjek penelitian da- PHIN (Pendidikan Hakim Islam Negeri).
lam penelitian ini menggunakan teknik Perubahan fungsi ini ditujukan guna me-
pur-posive, dengan kriteria orang-orang nyiapkan dan membentuk hakim-hakim
yang mengetahui, berpengalaman, dan yang saat masa tersebut kebutuhannya sa-
dapat memberikan informasi mengenai ngat besar.Ketika proses penggodokan dan
pena-naman nilai-nilai karakter sekaligus pengkaderan calon hakim telah memenuhi
seba-gai pelaku pendidikan di MAN 1 kebutuhan dan seiring kondisi nyata di
Yogya-karta, yakni kepala sekolah, guru, masyarakat calon hakim merupakan lulus-
karya-wan, para pembina pramuka, dan an fakultas hukum suatu perguruan tinggi.
siswa di MAN 1 Yogyakarta. Penelitian ini Berpedoman kondisi itu Departemen Aga-
dilaku-kan pada awal bulan Maret hingga ma RI pada tanggal 16 Maret 1978 meng-
akhir Mei 2013. alih fungsikan PHIN sebagai sekolah yang

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015


148

tidak mengkhususkan pada satu bidang, ULIL ALBAB, yang merupakan singkatan
yaitu berubah menjadi Madrasah Aliyah dari kata-kata: UngguL, ILmiah, Amaliyah,
Negeri (MAN) Yogyakarta I. IBAdah, dan Bertanggung jawab. Dengan
Berubahnya PHIN menjadi MAN 1 visi ini diharapkan akan terwujud lulusan
Yogyakarta yang secara kejenjangan meru- Madrasah yang unggul di bidang iman dan
pakan sekolah setingkat dengan SMA (Se- takwa (imtak) juga ilmu pengetahuan dan
kolah Menegah Atas). MAN sebagai seko- teknologi (IPTEK), berpikir ilmiah, mampu
lah yang sederajat dengan SMA secara ke- mengamalkan ajaran agama, tekun beriba-
lembagaan Menteri Pendidikan dan Kebu- dah, serta bertanggung jawab dalam kehi-
dayaan memberikan Surat Keputusan No- dupan bermasyarakat dan pelestarian ling-
mor: 0489/U/1999 yang menyatakan bah- kungan.
wa MAN merupakan SMU berciri Agama Adapun misi MAN 1 Yogyakarta ber-
Islam. Dengan dikeluarkannya SK Mendik- dasarkan visi di atas adalah sebagai beri-
bud RI tersebut memberikan bukti nyata kut.
bahwa MAN 1 Yogyakarta dalam pembela-  Menumbuhkan dan meningkatkan ke-
jarannya menerapkan ketentuan dan kete- imanan, ketakwaan dan ibadah serta
tapan yang dijalankan oleh SMA pada akh-lak mulia sehingga menjadi
umumnya dengan ciri khusus Pendidikan pedoman hi-dup.
Agama Islam mendapatkan prioritas yang  Menumbuhkembangkan nilai sosial dan
lebih banyak dibanding dengan kurikulum budaya bangsa sehingga menjadi sum-
yang diterapkan di lingkungan SMA. Se- ber kearifan dalam bertindak.
iring dengan perjalanan waktu dan ber-  Melaksanakan proses pendidikan dan pe-
bagai perubahan kurikulum nasional un- ngajaran secara efektif dan efisien agar
tuk tingkat pendidikan menengah (SMA), siswa dapat berkembang secara optimal
MAN 1 Yogyakarta tetap mampu menun- sesuai dengan potensi yang dimiliki.
jukkan jati dirinya sebagai sekolah Agama  Meningkatkan pembelajaran terhadap
Islam setingkat SMA yang dikelola Depar- siswa melalui pendidikan yang berka-
temen Agama. Di tengah-tengah persaing- rakter unggul, berbudaya, aktif, inovatif,
an yang kompetetif dengan SMA, MAN 1 kreatif, dan menyenangkan.
Yogyakarta merupakan idola terhadap du-  Menumbuhkan semangat juang menjadi
nia pendidikan Islam, dengan siswa ku- yang terbaik kepada siswa dalam bi-
rang lebih 30% berasal dari luar D.I. Yog- dang akademik dan non akademik.
yakarta, terutama yang berbasis pesantren  Mempersiapkan dan menfasilitasi siswa
dan lingkungan Agama Islamnya berakar untuk studi lanjut ke perguruan tinggi.
kuat, seperti: Demak, Kudus, Pantura, dan  Menumbuhkan rasa tanggung jawab da-
lain-lain. Lulusan MAN 1 Yogyakarta telah lam berkehidupan di masyarakat dan
banyak yang berhasil melanjutkan studi ke pelestarian lingkungan.
jenjang pendidikan tinggi baik perguruan Jumlah siswa MAN 1 Yogyakarta pada
tinggi negeri (PTN) dan PTS (perguruan Tahun Ajaran 2012/2013 dari kelas X, XI dan
tinggi swasta) di dalam negeri ataupun di XII 698 siswa. Tenaga kependidikandi MAN
luar negeri, seperti: di Al Azhar (Mesir) 1 Yogyakarta secara keseluruhan ter-diri dari:
dan Pakistan, Kuwait, dan lainnya. Kepala Sekolah 1 orang, Wakil Kepala
MAN 1 Yogyakarta memiliki visi men- Sekolah 4 orang masing-masing Wa-ka
jadikan generasinya menjadi generasi yang Kesiswaan, Waka Humas, Waka Aga-

Pembentukan Karakter Siswa melalui Kegiatan Kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta


149

ma, dan Waka Kurikulum. Jumlah pendi- basyah didirikan pada tanggal 9 Oktober
dik atau guru PNS 53 orang, dan jumlah 1987. Nama ini diambil dari nama seorang
guru bukan PNS 7 orang. Dengan demi- pahlawan Indonesia. Beliau seorang pang-
kian, jumlah keseluruhan pendidik dan te- lima perang yang membantu Pangeran
naga kependidikan di MAN 1 Yogyakarta Diponegoro dalam mengusir penjajahan
adalah 60 orang. Jika dilihat dari latar be- Belanda. Nama ini disahkan dalam Musya-
lakang pendidikan, dari 60 orang tersebut, warah Ambalanpertamapada tahun 1987.
20 orang berlatar belakang pendidikan Ma- Ambalan putri bernama Ratnaningsih di-
gister (S2), 39 orang Sarjana (S1), dan se- dirikan pada tanggal 9 Oktober 1987. Na-
orang Diploma (D3) (Sumber: Administrasi ma ini diambil dari nama istri Pangeran
TU MAN 1 Yogyakarta Tahun 2013). Diponegoro yang selalu mendampingi saat
Lahan atau tanah yang digunakan berjuang melawan penjajah. Nama ini di-
untuk gedung MAN 1 Yogyakarta dan ha- sahkan dalam Musyawarah Ambalan per-
lamannya status kepemilikannya merupa- tama pada tahun 1987.
kan hak milik Keraton Yogyakarta dan peng- Visi Pramuka Ambalan Alibasyah-
gunaannya dengan perijinan pinjam pakai Ratnaningsih Pangkalan MAN 1 Yogyakar-
dengan jangka waktu 5 (lima) tahun serta ta adalah manusia berkepribadian, berwa-
dilakukan perpanjangan untuk tiap waktu tak, dan berbudi pekerti luhur, yang ber-
tersebut. Keberadaan dan kelengkapan ser-ta iman dan bertakwa kepada Tuhan Maha
penggunaan sarana-prasarana yang opti-mal Esa, kuat mental emosional, dan tinggi mo-
menjadi keharusan di dalam suatu ins-titusi ral, tinggi kecerdasan mutu. Adapun misi-
pendidikan. MAN 1 Yogyakarta seba-gai nya adalah: (1) memupuk dan mengem-
lembaga pendidikan menengah atas bangkan rasa cinta dan setia kepada tanah
memberikan kesiapan sarana dan prasa-rana air dan bangsa; (2) memupuk dan me-
yang mencukupi agar KBM secara op-timal ngembangkan persatuan dan kebangsaan;
dapat berlangsung. (3) menumbuhkan dan mengembangkan
Kualitas tamatan MAN 1 Yogyakarta kepada para anggota rasa percaya diri, si-
(MANSA) dituntut untuk memenuhi stan- kap perilaku dan kreatif, rasa tanggung ja-
dar kompetensi dunia kerja. Salah satunya, wab dan disiplin; (4) memupuk dan me-
selain mampu menguasai materi pelajaran, ngembangkan kepemimpinan; (5) menum-
siswa harus dapat berinteraksi dan aktif buhkan jiwa dan sikap kewirausahaan; dan
dalam hubungan sosial. Kegiatan ekstra- (6) dan membina dan melatih jasmani, pan-
kurikuler merupakan salah satu alat penge- ca indera, daya pikir, keterampilan, dan
nalan siswa pada hubungan sosial. Di da- has-ta karya.
lamnya terdapat pendidikan pengenalan Pembina pramuka di MAN 1 Yogya-
diri dan pengembangan kemampuan selain karta berjumlah 4 orang dengan rincian,
pemahaman materi pelajaran. Berangkat Pembina Gugus Depan 1 orang, Pembina
dari pemikiran tersebut, di MAN 1 Yogya- Satuan 3 orang, dan pembantu pembina 6
karta diselenggarakan berbagai kegiatan orang. Sementara Dewan Ambalan (DA)
ekstrakurikuler. Salah satunya adalah eks- Gugus Depan 03089-03090 Pangkalan MAN 1
trakurikuler pramuka dengan nama Amba- Yogyakarta merupakan lembaga keber-
lan Alibasyah dan Ratnaningsih. samaan berdasarkan persaudaraan bhakti
Berdasarkan data dokumentasi pada yang berfungsi sebagai forum komunikasi,
tahun 2012, ambalan putra bernama Ali- edukasi, dan informasi antar Penegak.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015


150

Dewan Ambalan Gugus Depan 03089- beri arahan kepada anggota pramuka yang
03090 pangkalan MAN 1 Yogyakarta tahun disini telah dikukuhnya menjadi Dewan
ajaran 2012-2013 beranggotakan para Pene- Ambalan (DA). Sementara dalam proses
gak yang berjumlah 80 orang dengan rinci- pengolahan organisasinya yang bersentuh-
an DA kelas X berjumlah 22 orang, kelas XI an langung dengan siswa kelas X adalah
berjumlah 21 orang dan kelas XII berjum- Dewan Ambalan (DA) itu sendiri. Mereka-
lah 37 orang. Biro adalah wadah pembi- lah yang mengusahakan pelaksanaan dari
naan warga Ambalan untuk ikut serta dan kegiatan kepramukaan yang akan diada-
dan berlatih di bidang pengelolaan pada kan sehingga untuk RPP yang akan dibuat
cabang-cabang praktis pengelolaan meka- disesuaikan dengan kegiatan latihan apa
nisme Ambalan dalam rangka merealisasi- yang akan mereka selenggarakan untuk
kan tugas pokok dan wewenang BPH Am- siswa kelas X MAN 1 Yogyakarta Ambalan
balan. Biro bertanggung jawab pada ma- Alibasyah-Ratnaningsih dengan dukungan
sing-masing BPH yang mempunyai kesa- orang dewasa yaitu pembina pramuka.
maan fungsi dan wewenang tugas. Jenis- Pembina pramuka sebagai orang de-
jenis biro meliputi biro latihan, logistik, wasa yang terlibat langsung dalam proses
dan adat. Biro latihan berjumlah 9 orang, pendidikan kepramukaan tentunya memi-
biro logistik berjumlah 6 orang, dan biro liki peran yang penting, sehingga melalui
adat berjumlah 8 orang. peran tersebut apa yang menjadi tujuan
dari diselenggarakannya kegiatan kepra-
Peran Kegiatan Kepramukaan dalam mukaan dapat terwujud. Terlebih MAN 1
Pem-bentukan Karakter Siswa Yogyakarta merupakan sekolah bercirikan
Ekstrakurikuler pramuka di MAN 1 Islam, dan dalam penyelenggaraan kegiat-
Yogyakarta merupakan kegiatan ekstraku- an pun tidak boleh menyimpang dari nilai-
rikuler wajib yag harus diikuti oleh seluruh nilai Islam. Hal itu juga sejalan dengan nor-
siswa-siswi MAN 1 Yogyakarta. Untuk itu, ma pertama yang menjadi kode kehormat-
tentunya pembina pramuka juga harus me- an pramuka yaitu Takwa Kepada Tuhan
miliki persiapan yang matang dalam me- Yang Maha Esa. Tentunya kegiatan yang
nyelenggarakan kegiatan kepramukaan akan diselenggarakan justru memperkuat
yang berkualitas. Menurut Ilham Musfah, nilai religius setiap anggotanya.
S.E., selaku pembina satuan putra, pelak- Lalu bagaimana peran pembina pra-
sanaan pendidikan kepramukaan di MAN muka melalui kegiatan kepramukaan da-
1 Yogyakarta sudah menggunakan silabus lam membentuk karakter di MAN 1 Yog-
(hasil wawancara tanggal 06 Mei 2013). Si- yakarta? Menurut Ilham Musfah, S.E., sela-
labus dibuat pada awal masa bakti. Ada- ku pembina satuan putra, bahwa peran
pun RPP diserahkan kepada Dewan Amba- pembina adalah sebagai mitra. Karena
lan yang nantinya terimplementasi dalam moto dalam penegak adalah dari, oleh dan
program kerja (hasil wawancara tanggal 30 untuk penegak sendiri (hasil wawancara
Mei 2013). tanggal 06 Mei 2013). Menurut Nur Wulan-
Pada prinsipnya, pola pembinaan sari, S.Pd., selaku pembina satuan putri,
pramuka penegak adalah dari, oleh, dan peran pembina adalah dengan menanam-
untuk penegak sendiri sehingga pembina kan jiwa korsa/kebersamaan pada siswa.
dalam melakukan pembinaannya hanya Untuk menanamkan nilai karakter secara
sebagai pendorong, motivator, dan pem- pesonalitas pada siswa dapat melalui pe-

Pembentukan Karakter Siswa melalui Kegiatan Kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta


151

nanaman jiwa korsa karena dengan demi- terhadap pramuka di MAN 1 Yogyakarta
kian dapat tumbuh rasa kekeluargaan di sehingga dalam merespons kegiatan terse-
antara sesama anggota sehingga tidak akan but pun mereka memiliki penilaian yang
ada yang merasa seperti atasan maupun negatif.
bawahan. Jika pada siswa pada umumnya Terkait dengan penyiapan siswa agar
peran pembina adalah bagaimana agar sis- siap mengikuti proses kegiatan kepramu-
wa dapat mematuhi kontrak belajar mere- kaan di MAN 1 Yogyakarata, Ilham Mus-fah,
ka (hasil wawancara tanggal 30 Mei 2013). S.E. selaku pembina satuan putra, me-
Peran pembina pramuka di MAN 1 nyatakan bahwa siswa disiapkan dengan
Yogyakarta adalah sebagai mitra. Mitra di penyelenggaraan Orientasi Dasar Tegak
sini adalah sebagai pembimbing dan pe- (ODT). Melalui kegiatan ini diberikan ber-
nasihat apabila terjadi suatu permasalahan bagai kegiatan yang menarik serta materi
di organisasi yang tidak dapat dipecahkan singkat terkait pengenalan pramuka MAN 1
sendiri oleh siswa. Bukan peran sebagai Yogyakarta atau Ambalan Alibasyah dan
atasan maupun bawahan, tetapi berperan Ratnaningsih. Dengan kegiatan ini, siswa
selayaknya kakak terhadap adiknya se- yang baru saja berpindah dari SMP ke SMA
hingga ketika siswa menghadapi suatu per- dari penggalang ke penegak akan le-bih
masalahan mereka tidak akan segan atau mengenal pramuka. Dalam setiap latih-an,
ragu-ragu untuk bercerita dan berkonsul- siswa dibimbing oleh kakak-kakaknya atau
tasi terhadap permasalahan yang sedang Dewan Ambalan dalam mempersiap-kan
dihadapi tersebut. kegiatan (hasil wawancara tanggal 06 Mei
Dari cross check data observasi dapat 2013). Nur Wulansari, S.Pd., selaku pembina
diketahui bahwa pembina sudah melaksa- satuan putri menyatakan bahwa: “Dalam
nakan perannya sebagai mitra. Untuk mem- suatu kegiatan pembina akan mem-bentuk
persiapkan kegiatan perkemahan (Maha- panitia/Sangga Kerja (Sangker) de-ngan
bhakti) banyak hal yang harus dipersiap-kan berbagai tahapannya. Dari sangker inilah
oleh panitia (Sangga Kerja/Sangker). akan terencana suatu kegiatan baik ODT, dan
Banyaknya hal yang harus dipersiapkan lain-lain. Sedangkan jika untuk siswa maka
tentunya juga membuat Sangker menemui persiapannya akan dibantu oleh Dewan
banyak masalah, yang membuat Sangker Ambalan” (hasil wawancara tanggal 30 Mei
perlu berkonsultasi kepada para pembina 2013). Di sini para siswa yang baru saja
melalui rapat-rapat persiapan perkemahan. berpindah dari penggalang menuju calon
Melalui kegiatan rapat tersebut juga dapat penegak diberikan pelatihan dasar selama
diketahui berbagai macam karakter yang tiga hari untuk memperke-nalkan pramuka
berusaha pembina tanamkan misalnya, ba- Ambalan Alibasyah-Rat-naningsih MAN 1
gaimana cara menyampaikan pendapat, Yogyakarta sehingga un-tuk satu tahun ke
menghargai pendapat orang lain, demokra- depan mereka sudah mempunyai gambaran
tis, toleransi, tidak memaksakan pendapat, seperti apa pramu-ka di MAN 1 Yogyakarta.
ketelitian, dan lain-lain. Walaupun melalui Hal ini akan me-mudahkan siswa dalam
angket data terbuka yang diberikan kepada mengikuti ekstra-kurikuler pramuka yang
50 siswa 30 di antaranya merasa pola pem- diselenggarakan secara wajib oleh sekolah.
binaan di pramuka, khususnya penegak
tidak seperti kakak-kakak dan adik-adiknya Setelah dilakukan cross check dengan
karena sudah sejak awal mereka tidak suka hasil observasi, terlihat memang ODT se-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015


152

lalu diselenggarakan secara rutin setiap ta- misalnya perkemahan (Mahabhakti) yang
hunnya sebagai sarana bagi siswa baru un- diselenggarakan pada tanggal 26-29 Mei
tuk mengenalkan pramuka pada tingkatan 2013 di Bumi Perkemahan Waduk Sermo,
yang lebih tinggi dari penggalang ke pene- Kulon Progo. Melalui kegiatan perkemah-
gak. Namun, walaupun diwajibkan berda- an ini, DA menjadi aktif di kepanitian yang
sarkan hasil angket yang diberikan kepada telah terbentuk untuk mempersiapkan dan
siswa atau siswa 32 siswa dari 50 siswa melaksanakan kegiatan. Sementara untuk
menyatakan tidak suka mengikuti kegiatan siswa kelas X menjadi aktif mengikuti ke-
kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta kare- giatan perkemahan tersebut. Melalui ke-
na tidak berminat, tidak suka, capek, tidak giatan perkemahan banyak karakter yang
penting, bosan, dan lain-lain. Walaupun dapat dikembangkan oleh pembina antara
demikian, tantangan tersendiri bagi pembi- lain karakter bagi DA atau Sangker, yaitu
na pramuka dan para organisator pramuka kerjasama, kekompakan, saling menghar-
untuk menyelenggarakan pendidikan ke- gai, dan kepemimpinan. Adapun untuk sis-
pramukaan yang modern, bermanfaat bagi wa yaitu kekeluargaan sesama satu sangga,
siswa maupun lingkungannya. kekompakan, kemandirian, cinta alam, ke-
Lalu bagaimana cara pembina pra- disiplian, kerjasama, dan lain-lain. Hal ini
muka selama kegiatan kepramukaan ber- didukung dengan pernyataan siswa yang
langsung dapat membangun dan mening- mengisi agket data terbuka diantara 50
katkan partisipasi aktif siswa? Berdasarkan siswa 40 siswanya menyatakan melalui ke-
pemaparan dari Ilham Musfah, S.E. diketa- giatan perkemahan dapat membangun rasa
hui bahwa metode pendidikan dalam ke- kebersamaan dan kekeluargaan dengan se-
pramukaan salah satunya adalah learning by sama teman satu sangga.
doing. Jadi, mereka harus lebih aktif me- Bentuk partisipasi aktif siswa yang
ngusahakan sendiri jadi di dalam bentuk baik tentunya perlu didukung dengan
kegiatannya itu. Contohnya kegiatan di luar tang-gapan atau respons yang baik pula
ruangan seperti tali temali mereka melaku- dari pembina pramuka supaya siswa terus
kan sendiri dan pembina hanya memberi ter-motivasi berusaha melakukan yang ter-
contoh (hasil wawancara tanggal 06 Mei baik. Bagaiamana cara pembina pramuka
2013). Menurut Nur Wulansari, S.Pd., sela-ku dalam memberikan tanggapan atau res-
pembina satuan putri, bentuk partisipa-si pons terhadap siswa yang berpartisipasi
aktif pada Dewan Ambalan dapat diba-ngun aktif maupun tidak? Menurut Ilham Mus-
dan ditingkatkan ketika menjadi fah, S.E., bagi yang berpartisipasi aktif pas-
pa-nitia/Sangga Kerja suatu kegiatan. Pada ti mau menjadi seorang Dewan Ambalan
siswa kelas X pada umumnya untuk me- dengan mendapatkan reward berupa Tanda
ningkatkan partisipasi aktifnya dengan cara Kecakapan Umum (Bantara dan Laksana).
melakukan kegiatan yang berinteraksi de- Siswa yang kurang aktif akan mendapat-
ngan alam, berkelompok, learning by doing, kan sanksi dari pihak sekolah baik berupa
dsb. (hasil wawancara tanggal 30 Mei 2013). poin maupun teguran (hasil wawancara
tanggal 06 Mei 2013). Menurut Nur Wulan-
Selain learning by doing, cara pembina sari, S.Pd., reward bagi siswa yang aktif
dalam meningkatkan partisipasi aktif siswa yaitu diikutsertakan dalam berbagai ke-
adalah dengan membentuk suatu Sangga giatan atau perlombaan yang diadakan
Kerja atau panitia untuk kegiatan tertentu oleh Kwaran, Kwarcab, maupun Kwarda.

Pembentukan Karakter Siswa melalui Kegiatan Kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta


153

Bagi yang kurang aktif tentunya akan men- annya dapat lebih terbentuk. Hal ini diper-
dapat penilaian yang kurang baik sehingga kuat dengan pernyataan 36 siswa dari 50
pembina berusaha membangun karakter siswa yang mengisi angket data terbuka
disiplin dan tanggung jawabnya supaya bahwa melalui kegiatan latihan rutin pra-
muncul keaktifan dalam mengikuti kegiat- muka mereka menjadi belajar lebih disiplin
an kepramukaan,sehingga ia tidak malas dan bertanggung jawab.
lagi (hasil wawancara tanggal 30 Mei 2013). Menurut pemaparan dari Ilham Mus-
Respons pembina pramuka kepada fah, S.E., strategi penanaman nilai-nilai se-
siswa yang aktif adalah dengan memberi-kan hingga terbentuk karakter pada siswa ada-
reward berupa TKU (Tanda Kecakapan lah dengan memperhatikan lima area pe-
Umum) setelah menyelesaikan SKU (Syarat ngembangan. Area tersebut yaitu spiritual,
Kecakapan Umum) berupa Bantara dan emosional, sosial, intelektual, dan fisik da-
Laksana serta TKK (Tanda Kecakapan Khu- lam pengujian SKU. Strategi yang lain ya-
sus) serta sebagai Duta Ambalan. Berda- itu dengan menghayati Tri Satya dan
sarkan cross check data observasi sejauh ini meng-amalkan Dasa Dharma dalam setiap
yang memperoleh TKU Bantara untuk ke-las ke-giatan (hasil wawancara tanggal 06 Mei
X ada 22 orang, sedangkan untuk kelas XI 2013). Menurut Nur Wulansari, S.Pd., bagi
ada 21 orang. Reward yang lain berupa Dewan Ambalan, strategi yang digunakan
pengiriman Duta Ambalan sebagai perwa- untuk penanaman nilai karakter kepada
kilan dalam mengikuti suatu perlombaan para siswa adalah dengan menanamkan ji-
misalnya perlombaan PDT (Pengembaraan wa korsa sehingga mereka nantinya mam-
Desember Tradisional) yang diselenggara- pu memecahkan berbagai persoalan yang
kan setiap bulan Desember yang diikuti oleh muncul dalam organisasi. Dari sini mereka
seluruh SMA/MA/SMK se-Kota Yog-yakarta juga belajar mengembangkan jiwa kepe-
memperoleh 4 piala, untuk Jelajah Budaya mimpinan. Strategi yang digunakan pada
memperoleh 3 piala dari 6 piala yang siswa kelas X yaitu dengan melatih kedi-
diperebutkan pada Minggu, 26 Mei 2013 dan siplinan sehingga nantinya mereka menjadi
lain sebagainya. Dari kegiatan ini dapat anak-anak yang lebih tahu diri dan lebih
terbentuk karakter kerja keras, kerja sama, dapat menata diri (hasil wawancara tang-
kekompakan, kepemimpinan, religi-us, gal 30 Mei 2013).
kepedulian, dan kekeluargaan pada diri Memang untuk menanamkan kedisi-
siswa dari proses latihan sampai kegiatan plinan kepada para siswa bukanlah hal
lomba itu selesai. Sedang untuk siswa yang yang mudah, terlebih pramuka sebagai
tidak aktif akan mendapatkan teguran-te- suatu organisasi dipandang sebelah mata
guran baik lewat pembina pramuka atau-pun oleh banyak siswa. Hal ini membuat me-
oleh Waka Kesiswaan diteruskan ke-pada reka malas untuk ikut latihan rutin pramu-
Wali Kelas masing-masing, menda-patkan ka yang diselenggarakan setiap hari Jumat.
poin pelanggaran, melakukan per-lakuan Pernyataan ini sesuai dengan hasil angket
khusus dengan lebih mengedepan-kan data terbuka yang mana 31 siswa dari 50
beberapa nilai yang kurang tertanam kepada siswa menyatakan lebih banyak membolos
diri siswa misalnya suka membolos atau daripada hadir ketika kegiatan latihan ru-
tidak berpakaian lengkap, maka dila-kukan tin pramuka diselenggarakan dengan alas-
pembinaan yang lebih intensif su-paya rasa an antara lain pramuka dianggap tidak
tanggung jawab dan kedisiplin- penting, kegiatan yang melelahkan, kegiat-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015


154

an yang membosankan serta tidak menyu- kehidupan sehari-hari dikarenakan sudah


kai pramuka. Dengan kondisi yang demi- sejak awal mereka merasa tidak suka, tidak
kian, tidak mudah bagi pembina pramuka memperhatikan ketika latihan sehingga ti-
dalam membentuk karakter pada siswa se- dak bisa, hidup di kota sehingga keteram-
hingga diperlukan suatu cara untuk meng- pilan kepramukaan tidak diperlukan, za-
atasinya. man sudah modern, dan pramuka hanya
Banyak kegiatan-kegiatan yang bisa berlaku di alam luar saja sehingga keteram-
dilakukan untuk melaksanakan pendidik- pilan kepramukaan tidak diperlukan.
an karakter dan mendidik disiplin melalui Dari paparan di atas jelaslah kegiat-
kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogya- an-kegiatan kepramukaan yang dilaksana-
karta, misalnya dengan baris berbaris dan kan di MAN 1 Yogyakarta sudah on the
mendidik menghargai orang dengan mu- right tract sesuai dengan yang diharapkan
syawarah. (hasil wawancara dengan Ilham oleh pemerintah sebagaimana tertuang da-
Musfah, S.E. tanggal 06 Mei 2013). Cara lam Anggara Dasar Gerakan Pramuka (Ke-
pembina pramuka melaksanakan pendi- pres RI No. 24 Th. 2009), yakni menumbuh-
dikan karakter melalui kegiatan kepramu- kan budi pekerti luhur siswa sekaligus me-
kaan adalah melalui berbagai kegiatan mantapkan mental, moral, fisik, pengeta-
seperti musyawarah ambalan dan musya- huan, keterampilan, dan pengalamannya.
warah sangga kerja. Melalui berbagai ke- Ini juga merupaan salah satu metode da-
giatan musyawarah itu banyak karakter lam rangka menfasilitasi siswa untuk ber-
yang dapat dibentuk oleh pembina antara kembang nilai dan moral serta karakter-
lain demokratis, menghargai pendapat nya, terutama karakter cerdas, terampil,
orang lain, menerima kritik yang diberi- dan bertanggung jawab (Kirschenbaum,
kan, dan lain sebagainya. Cara yang lain 1995: 159)
yaitu melalui pendampingan terhadap sis- Dalam menunjang proses pendidikan
wa atau siswa kelas X yang memiliki minat kepramukaan diperlukan metode yang te-
lebih terhadap pramuka. Hal ini akan me- pat supaya tujuan dari pendidikan tersebut
mudahkan pembina dalam melakukan dapat tercapai. Metode yang tepat juga
pengkaderan, penanaman nilai, pemberian perlu ditunjang dengan media yang tepat
keterampilan dan ilmu pengetahuan. Sela- pula supaya hasil yang dicapai juga mak-
in itu, cara yang lain adalah menanamkan simal.
jiwa kekeluargaan dan kepedulian sehing-
ga ketika siswa telah lulus proses pendam- Hambatan Pembina Pramuka dalam
pingan dalam menjalankan organisasi ter- Mem-bentuk Karakter Siswa
hadap adik-adiknya yang masih aktif tetap Ada banyak hambatan yang dihadapi
dapat dilakukan. para pembina pramuka di MAN 1 Yogya-
Hasil dari proses pembelajaran ketika karta dalam rangka pembinaan karakter
masih menjadi siswa pun yang berupa ke- siswa sehingga dibutuhkan perjuangan dan
terampilan dapat dipraktikkan dalam ke- usaha yang lebih keras lagi untuk bisa men-
hidupan sehari-hari. Walaupun memang capai tujuan dari pendidikan kepramukaan
hal ini tidak cukup sejalan dengan penda- itu sendiri. Menurut pemaparan Ilham Mus-
pat siswa. Dari 50 siswa, 27 siswa merasa fah, S.E., hambatan yang pertama adalah
tidak memiliki banyak keterampilan kepra- kurangnya dukungan dari pihak sekolah
mukaan yang dapat dipraktikkan dalam dalam menyelenggarakan kegiatan kepra-

Pembentukan Karakter Siswa melalui Kegiatan Kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta


155

mukaan. Kedua, masih banyaknya pihak lai-nilai karakter juga dapat lebih maksi-
yang memandang sebelah mata pada pra- mal. Upaya lain yaitu agar para siswa antu-
muka bahwa kegiatannya hanya sebagai sias dalam mengikuti kegiatan kepramuka-
bentuk pemborosan. Padahal, ada hal yang an adalah dengandilakukan pendekatan
diharapkan dari ekstrakurikuler pramuka khusus/personal, terutama kepada para
dibanding ekstrakurikuler lain (hasil wa- sis-wi. Permasalahan-permasalahan yang
wancara tanggal 06 Mei 2013). mun-cul diselesaikan dengan jalan
Dari penuturan dua pembina pramu- musyawarah mufakat. Berbagai upaya
ka di MAN 1 Yogyakarta, dapat diketahui yang dilakukan tetap harus disesuaikan
ada beberapa hambatan yang ditemui pem- dengan kondisi yang ada.
bina pramuka ketika pendidikan karakter
ditanamkan melalui kegiatan kepramuka- PENUTUP
an. Hambatan tersebut antara lain, kurang- Berdasarkan hasil dan pembahasan
nya dukungan oleh pihak sekolah sendiri penelitian seperti yang sudah diuraikan di
dalam menyelenggarakan kegiatan kepra- depan, dapat dikemukakan beberapa sim-
mukaan, tidak hanya siswa tetapi ternyata pulan sebagai berikut. Pertama, peran ke-
juga ada beberapa guru yang memandang giatan kepramukaan dalam membentuk
pramuka dengan sebelah mata, serta per- karakter pada siswa dilaksanakan melalui
bedaan karakteristik masing-masing anak peran pembina pramuka sebagai mitra ya-itu
yang beraneka ragam. Kemudian berdasar- sebagai pembimbing, memberikan du-
kan pengecekan dari hasil observasi pene- kungan dan memfasilitasi siswa dengan
liti sebagai partisipan adalah bahwa me- kegiatan yang modern, menarik, dan me-
mang betul hambatan-hambatan yang di- nantang. Sementara pelaksanaan roda or-
sampaikan oleh kedua narasumber sering ganisasi dan kegiatan diserahkan oleh pe-
muncul pada saat proses pendidikan ber- negak sendiri berdasarkan moto penegak
langsung. Contohnya perbedaan karakte- dari, oleh, dan untuk penegak. Metode pen-
ristik siswa yang beranekaragam justru didikan dalam kepramukaan yang dilak-
memberi pembina pramuka pengalaman sanakan oleh pembina pramuka di MAN 1
tersendiri dalam menangangi siswa sema- Yogyakarta antara lain: pengamalan kode
cam itu sehingga ketika hamatan atau per- kehormatan pramuka pada setiap kegiatan;
masalahan tersebut muncul kembali, maka kegiatan belajar sambil melakukan, ber-
pengalaman yang lampau dapat diguna- kelompok, bekerja sama, dan berkompetisi;
kan sebagai pembelajaran dalam mengha- kegiatan di alam terbuka seperti perkemah-
dapi permasalahan pada saat ini. an; penghargaan berupa tanda kecakapan
Terkait dengan adanya hambatan- bantara dan laksana; serta satuan terpisah
hambatan di atas telah dilakukan berbagai ambalan putra dan putri.
upaya untuk mengatasinya. Upaya yang Kedua, hambatan yang muncul da-
dilakukan dalam kegiatan kepramukaan di lam pembinaan karakter siswa MAN 1
MAN 1 Yogyakarta adalah dengan menda- Yogyakarta melalui kegiatan kepramukaan
sari pembinaan kepramukaan dengan niat antara lain adalahkurangnya perhatian se-
yang ikhlas, tidak pantang menyerah dan kolah, terutama para gurunya, terhadap
patah semangat. Karena jika yang meng- masalah pramuka, dan banyaknya siswa
hambat secara pribadi maupun organisasi yang tidak suka mengikuti kegiatan kepra-
dapat diatasi maka proses penanaman ni- mukaan. Upaya pembina pramuka dalam

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015


156

menghadapi hambatan yang ditemui di Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter:


MAN 1 Yogyakarta adalah mengajak para Strategi Mendidik Anak di Zaman Glo-
guru untuk mendukung kegiatan pramuka bal. Jakarta: Grasindo. Cet. I.
dengan niat yang ikhlas, lalu menciptakan
kegiatan yang menarik dan menantang sis- Lickona, Thomas. 1991. Educating for Cha-
wa. racter: How Our School Can Teach Res-
pect and Responsibility. New York, To-
UCAPAN TERIMA KASIH ronto, London, Sydney, Aucland:
Penelitian ini terlaksana dengan baik Bantam Books.
atas dukungan bebagai pihak. Dalam ke-
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Ke-
sempatan ini penulis mengucapkan terima
bijakan Nasional Pembangunan Karakter
kasih kepada Dekan FIS UNY yang telah
Bangsa Tahun 2010-2025. Jakarta: Pu-
membantu dengan dana demi kelancaran
sat Kurikulum Balitbang Kemdiknas.
penelitian ini. Selanjutnya, penulis juga
me-nyampaikan ucapan terima kasih Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Na-
kepada Dewan Redaksi Jurnal Pendidikan sional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.
Karakter yang sudi menerima artikel Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I.
sekaligus me-lakukan review hingga
dimuatnya artikel pada jurnal edisi ini. Ryan, Kevin & Bohlin, K. E. 1999. Building
Character in Schools: Practical Ways to
DAFTAR PUSTAKA Bring Moral Instruction to Life. San
Francisco: Jossey Bass.
Dit PSMP Kemdiknas. 2010. Pendidikan Ka-
rakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Tim Esensi. 2012. Mengenal Gerakan Pramu-
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: ka. Jakarta: Esensi, divisi Penerbit Er-
Direktorat PSMP Kemdiknas. langga.

Echols, M. John & Shadily, H. 1995. Kamus Zamroni. 2011. “Strategi dan Model Imple-
Inggris Indonesia: An English-Indone- mentasi Pendidikan Karakter di Se-
sian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia. kolah” dalam Darmiyati Zuchdi dkk.
Cet. XXI. (ed.). Pendidikan Karakter dalam Per-
spektif Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Keputusan Presiden RI No. 24 Tahun 2009
UNY Press.
tentang Pengesahan Anggaran Dasar
Gerakan Pramuka.

Kirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways to


Enhance Values and Morality in Schools
and Youth Settings. Massachusetts:
Allyn & Bacon

Pembentukan Karakter Siswa melalui Kegiatan Kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai