PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rumah anak sangat kurang. Hal ini dapat sangat dirasakan dengan semakin
banyaknya pejabat yang melakukan korupsi, para siswa dan mahasiswa yang
selalu menyontek saat ujian, pelanggaran peraturan saat berlalu lintas dan
lain-lain. Kondisi ini di perparah lagi ketika para pendidik seperti guru
dini. Karena sesuatu yang sudah di biasakan mulai dari kecil, akan menjadi
penentu sikap anak kelak supaya tidak ikut-ikutan gaya atau tindakan yang
berbau negatif dan memiliki sifat kejujuran serta budi pekerti yang luhur.
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal
1
kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti
generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal
tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan
mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis
bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat
pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga,
yang ketiga. Untuk itu dalam makalah ini penulis mengambil judul
B. RUMUSAN MASALAH
dikelas?
2
5. Dimanakah seharusnya dasar penerapan pendidikan berkarakter di
mulai?
C. TUJUAN
D. BATASAN MASALAH
BERKARAKTER” .
3
BAB II
PEMBAHASAN
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan
dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus
diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan
4
menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada
buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu
Bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan
berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan
masyarakat .
5
Di Kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau
kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu
nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Meski pun demikian, untuk
mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat
pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa
nilai tersebut.
Jenis-jenis nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada peserta didik di kelas
yaitu :
- Jujur
- Bertanggung jawab
6
- Hidup sehat
- Disiplin
- Kerja Keras
- Percaya Diri
- Mandiri
- Ingin tahu
-Cinta Ilmu
- Santun
- Demokratis
- Nasionalis
- Menghargai Keberagaman
- Religius
-taqwa
7
D. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter
keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang
bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa
perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk
mungkin dapat diadaptasi, seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam
(1) Fragmentasi
Dalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan
(2) Koneksi
8
Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke
(3) Sarang
Dalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan
(4) Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras
dengan yang lain. Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil
(5) Patungan
Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin
(6) Jala-jala
tepat.
(8) Integrasi
pelajaran untuk saling mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim
9
(9) Peleburan
Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
keahliannya, para pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu
ke dalam pengalamannya.
(10) Jaringan
namun porsinya akan lebih besar diberikan pada Sekolah Dasar (SD).
jenjang pendidikan lainnya.Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat
10
Ia mengatakan, pendidikan karakter tidak mendapatkan porsi yang
besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya karena TK bukan
tempat belajar. Jadi jika ada guru TK yang memberikan tugas atau PR maka
itu guru kurang kerjaan dan tak paham tugasnya," katanya. Menurut dia, dalam
karena kejujuran bersifat universal. Dalam hal ini siswa SD yang masih belum
orang tua, guru SD juga mempunyai peranan yang sangat vital untuk
karakter di tingkat SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak
11
cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga
sebagai mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang
cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu bersaing dengan bangsa
manapun," katanya.
halaman yang di susun oleh pimpinan atau direktur PPs LPTK se-Indonesia
sebagai salah satu hasil rapim PPs LPTK se-Indonesia tahun lalu.
jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri,
3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri,
12
4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa
5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan
8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri,
nasional, peduli.
alam terbuka jadi guru dan peserta didik belajar dari aneka sumber
13
(contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif,
kerjasama)
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai
mandiri)
antara lain:
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh
santun)
14
3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan:
jawab)
prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras,
menghargai)
mandiri, kerjasama)
produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang
15
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri,
logis, kritis)
berfungsi sebagai:
peduli);
16
Penanaman nilai diatas yang nantinya diharapkan akan menjadikan peserta
yang masih umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada
taraf jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak).
semisalnya, tapi itu masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif.
Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari
saat ini.
penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character
buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari
17
terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada
(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara
ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa
emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak
18
yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami
yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang
akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih
Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua
atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat
aspek kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan
budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa
10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90
usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh” karena kesulitan
19
menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan adanya
sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10
besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya
anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu
yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri,
ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita
lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus
Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang
urgent untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan
SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-
sia. Kami ingin mengutip kata-kata bijak dari pemikir besar dunia.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
menerapkan pendidikan karakter kepada para anak atau anak didiknya agar
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.yudinet.com/pendidikan/pengertian-makna-pendidikan-karakter/
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-karakter-
dalam.html
http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/
http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-
dunia-pendidikan/
http://roebyarto.multiply.com/journal/item/149?&show_interstitial=1&u=%2Fjour
nal%2Fitem
http://taufikmulyana.blogspot.com/2011/11/mendiknas-penerapan-pendidikan-
karakter.html
http://infobuatkita.wordpress.com/pendidikan-4/upaya-mendisiplinkan-siswa-
melalui-pendidikan-karakter/
http://pondokibu.com/28/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/
22