http://www.balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/545-kurikulum-
pendidikan-yang-berkarakter.html
Abstrak:
Pendidikan karakter adalah Salah satu hal yang sederhana karena kata ‘karakter’
adalah semua pengembangan diri siswa dalam interaksi belajar hingga awal dan
berakhirnya proses pengajaran bisa tercapai pembentukan siswa yang berkarakter.
Abstrac :
Character education is one simple thing as the word 'character' is all personal
development of students in the learning interaction to the beginning and end of the
teaching processc an be achieved formation of student character.
Pada saat ini yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang
berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus
diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik.Perbaikan kurikulum
merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu
kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan
mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan
peserta didik.
Pembahasan
Jika ditarik garis lurus bahwa mereka yang kini menjadi orang dewasa adalah
produk pendidikan pada beberapa dekade sebelumnya, maka yang dipertanyakan
adalah kurikulum pendidikan di masa sebelumnya itu.
Apa yang dilakukan oleh beberapa orang tua tersebut tidak sepenuhnya
salah. Ada baiknya dilakukan “review” menyeluruh terhadap suatu kurikulum
pendidikan. Kehendak untuk melakukan peninjauan kurikulum, sesungguhnya,
bukan hanya semata-mata atas desakan dan tuntutan para orang tua.Perbaikan
kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent),
bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan
peningkatan dengan mengadobsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat
dan kebutuhan peserta didik.Kunci sukses implementasi kurikulum terutama adalah
pada pendidik, kelembagaan sekolah, dukungan kebijakan strategis, dan lingkungan
pendidikan itu sendiri.
Definisi kurikulum memang sangat beragam, baik dalam arti luas maupun
dalam arti sempit.Tetapi untuk tujuan penulisan ini, kiranya perlu dikutip pernyataan
Sukmadinata (2004:150) yang mengatakan, kurikulum merupakan rancangan
pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi
siswa di sekolah.Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan
perbuatan pendidikan.
Pendidikan Karakter
Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun,
disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai
keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan
kewajiban, kerja keras, dan adil.
Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam
diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel
yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur,
santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri,
menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat,
sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil.
2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial,
demokratis, jujur, mengahargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban
diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri,
bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa
wirausaha, jujur, kerja keras.
5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin,
mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri,
bekerja sama, patuh pada aturan sosial
7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya
orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri,
mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain
9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri,
bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain,
nasional, peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat
dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi,
sampai dengan konfirmasi.
Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam terbuka
jadi guru dan peserta didik belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang
ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang
ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
(contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang dapat ditanamkan antara lain:
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta
ilmu, kreatif, logis)
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh
nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya
diri, kritis)
4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
(contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung
jawab)
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras,
menghargai)
6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang
ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama)
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama)
8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang
ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain:
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai
yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis,
kritis)
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan:
memahami kelebihan dan kekurangan)
4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru yang
berfungsi sebagai:
Narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku
dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan:
peduli);
Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis)
Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang
ditanamkan: cinta ilmu); dan
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
Penanaman nilai diatas yang nantinya diharapkan akan menjadikan peserta didik
menjadi lebih berkarakter.
Dalam tataran ini, belajar atau sekolah dianggap bukan sebagai kebutuhan,
tetapi hanya merupakan wahana memburu status. Sekolah dipandang bukan
sebagai wahana sosialisasi dan membangun jiwa merdeka, tetapi dipandang
sebagai jembatan menuju “kemewahan”.
Kurikulum Pendidikan
Kemandirian Bangsa
Selama ini masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai bangsa yang gemar
mengkonsumsi, tetapi lalai dalam aspek “produksi”.Longgarnya regulasi, kesiapan
mental yang mampu memfilter masuknya budaya negatif dari luar, dan tekanan
globalisasi atau pasar bebas, semakin memperkeruh situasi ini.
Pandangan tentang apa yang datang dari luar selalu baik, tanpa mempertimbangkan
baik dan buruknya, melahirkan ketidakseimbangan peradaban. Atau lebih tepatnya
disebut “keterkejutan budaya (cultural shock)”
Kategorisasi era perkembangan teknologi dari era agraris, era industri, dan
era teknologi modern, telah nyata dalam kehidupan sebagian masyarakat kita.
Contoh paling nyata adalah petani di sawah yang memiliki handphone, hanya
sekadar agar tidak disebut “kuno”, atau ketinggalan jaman, tetapi tidak
menggunakan handphone itu untuk kepentingan-kepentingan fungsionalnya. Contoh
ini hanyalah merupakan salah satu paradok kehidupan yang terkait dengan
pendidikan. Masih banyak contoh lain yang dapat diajukan dalam menunjukkan
“keterkejutan budaya” sebagai dampak penerapan kurikulum pendidikan
persekolahan. Keterombang-ambingnya generasi muda di “persimpangan budaya”
memerlukan komitmen kalangan pendidik untuk mampu memberikan rambu-rambu
dan sekaligus menanamkan nilai-nilai dan falsafah budaya bangsa sendiri tetap
dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara.
Membangun Peradaban
Menghadapi tuntutan era globalisasi yang antara lain ditandai dengan adanya
persaingan bebas dalam pergaulan dunia, maka pengelolaan pendidikan harus
dirancang secara komprehensif dan integratif, direncanakan secara matang, dan
mendapat dukungan dari semua pihak. Kurikulum juga harus memiliki
keseimbangan dalam hal tujuan-tujuan yang ingin dicapai; tidak saja aspek kognitif
dan keterampilan, tetapi juga penting aspek-aspek mental, etika, moral, dan seni.
Kesimpulan:
Akhirnya, dapat ditarik beberapa poin penting sebagai berikut: (1) Kurikulum
pendidikan yang berlaku pada suatu masa sebenarnya telah berusaha mengadopsi
semua kebutuhan belajar siswa. Kurikulum pendidikan senantiasa dilakukan
penyempurnaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam
masyarakat dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. (2) Suatu kurikulum harus
dirancang secara komprehensif, integratif, berimbang antara berbagai tujuan
pendidikan, dan adaptif serta bervisi kedepan, dan bukan semata-mata karena
kepentingan politis. (3) Kompetensi dapat diartikan sebagai kebiasaan berpikir dan
bersikap sesuai dengan konteks, dan yang diharapkan dari siswa sebagai hasil
pendidikan adalah melakukan sesuatu selain secara kontekstual tetapi juga secara
kreatif yang akan memperkaya khasanah budaya bangsa; (4) Diperlukan kesiapan
dan dukungan baik dari guru, siswa, orang tua dan masyarakat dan pemerintah
dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan dalam sistem persekolahan. (5) Era
globalisasi yang ditandai dengan persaingan bebas antar-negara harus diimbangi
dengan penerapan kurikulum yang menekankan pentingnya sikap kemandirian
bangsa dalam membangun peradaban bangsa sendiri. (*)