Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai Entitas dan
Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak
pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.

Tantangan dalam Pendidikan Abad ke-21 diantaranya:


Faktor globalisasi yang menyebabkan masuknya budaya asing yang dapat melunturkan nilai pancasila.
Globalisasi adalah proses sosial yang terjadi di seluruh wilayah di seluruh dunia, ini mengakibatkan
bebasnya informasi untuk menyebar ke semua negara. Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh dari
budaya asing dan terjadinya goncangan budaya karena tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa
sehingga terjadi pergeseran nilai-nilai budaya dan adat istiadat.
Kemajuan teknologi tanpa adanya literasi digital yang optimal disebut akan menjadi ancaman bagi
karakter peserta didik. Seluruh informasi dengan mudah diperoleh melalui media sosial. informasi
disajikan dengan cepat, namun terkadang tidak akurat, Sehingga selektif mencari sumber informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan sangat penting dalam hal ini. Dan juga berbagai situs serta akun-
akun komunitas bermunculan,maka dari itu kita harus memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas,
cermat, tepat dan patuh hukum. Sebab, jika tidak digunakan secara bijak, maka dapat menimbulkan
sebuah permasalahan penyalahgunaan media sosial dengan identitas dan karakter peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan lebih banyak melalui proses pembelajaran yang hanya
menyentuh sisi kognitif. Padahal pendidikan karakter penting sebagai penyeimbang kecakapan kognitif,
dengan di sekolah menuntut kemampuan kognitif maka di samping itu juga harus disertai dengan
pendidikan karakter pada peserta didik. Dalam Hal ini pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk
membangun kehidupan yang lebih baik dan beradab. Dengan menerapkan pendidikan karakter, semua
potensi kecerdasan peserta didik berdasarkan karakter-karakter yang bisa membawa mereka menjadi
orang yang bisa diharapkan agar menjadi penerus bangsa. Seperti negara yang bebas akan
ketidakadilan, korupsi, dan masalah lainnya. Juga menjadi bangsa yang berpegang teguh kepada
karakternya yang kuat dan beradab.
Belum optimalnya penciptaan lingkungan belajar pada sekolah yang kondusif bagi pertumbuhan
karakter peserta didik. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan mendasar yang sangat berperan
dalam pembentukan karakter peserta didik. Pewarisan budaya melalui lingkungan pendidikan menjadi
kunci keberhasilan pembentukan karakter. Bahkan sekolah merupakan wadah pembentukan karakter
peserta didik yang paling lengkap, mulai dari pengetahuan umum, science, dan pengetahuan agama
secara lengkap diberikan di bangku sekolah, sehingga diperlukan lingkungan belajar yang kondusif untuk
mewujudkan profil pelajar pancasila
Belum optimalnya proses, pembiasaan dan keteladanan dalam pendidikan karakter. Pembiasaan dan
keteladanan merupakan proses pendidikan yang berlangsung dengan membiasakan dan mencontohkan
perilaku atau sosok figur dalam bertingkah laku, berbicara, berpikir dan melakukan aktivitas tertentu
untuk membentuk kebiasaan yang baik sehingga akan membentuk karakter yang baik pula.
Belum optimalnya dukungan orang tua dan masyarakat secara proporsional. Sifat dan perilaku setiap
peserta didik pasti berbeda, tergantung dari latar belakang keluarga, lingkungan, dan sebagainya.
Untuk membantu perwujudan profil pelajar pancasila peserta didik, guru harus memahami dahulu apa
latar belakang yang mempengaruhi perilaku dan sikap murid. Rumah dan lingkungan dapat dikatakan
sebagai pusat pendidikan apabila di dalamnya terdapat sebuah iklim yang memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya nilai-nilai keteladanan. Dengan demikian peserta didik akan tumbuh menjadi pribadi
yang berkarakter apabila ia hidup di tengah-tengah keluarga dan lingkungan yang baik
2.Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa
Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik
dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).

Dalam pendidikan abad ke 21 di ekosistem sekolah (kelas) hal-hal tersebut dilaksanakan peserta didik pada
kegiatan membiasakan mengucapkan salam terhadap guru ataupun teman ketika bertemu, membaca Al
Qur'an pada jam pertama, berdo’a sebelum dan sesudah belajar, bersikap jujur dan toleransi terhadap
peserta didik yang tidak masuk sekolah, menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, kondusif
sebelum memulai pembelajaran seperti merapihkan meja dan gotong royong membersihkan lingkungan dari
sampah yang berserakan dengan membuang pada tempatnya, dimana gotong royong merupakan kegiatan
secara bersama-sama dalam team dan berkolaborasi untuk menjadikan segala pekerjaan menjadi mudah,
cepat dan ringan.
Selain itu peserta didik bersikap baik dan mencermati informasi yang guru berikan di kelas, bekerjasama
dan bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah. Peserta didik memperoleh dan memproses informasi
serta gagasan; menganalisis sekaligus mengevaluasi proses penalaran yang terjadi dalam pikiran;
merefleksikan pemikiran dan proses berpikir itu sendiri; serta mengambil keputusan sebagai hasil dari
proses berpikir. Dengan terus mengevaluasi penalaran dan proses berpikir maka peserta didik dapat
mengasah kemampuan bernalar kritis.
peserta didik menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermanfaat, dan berdampak baik itu berupa gagasan,
karya, atau tindakan. Misalnya memberikan ide yang berbeda dari teman-teman lain dalam suatu proyek,
mampu mengolah informasi atau mencari inspirasi dan melahirkan gagasan baru, serta menyelesaikan
masalah dengan cara atau pendekatan yang berbeda.
Peserta didik bertanggung jawab atas proses dan hasil dari usahanya, tidak bosan dalam menggali potensi
dan kemampuannya, menyadari kekurangan dan emosinya sehingga mampu menempatkan diri sesuai dengan
perubahan atau perkembangan yang terjadi di kelas. Dari hal tersebut, peserta didik dapat mengatur
pikiran, perasaan dan perilakunya.

Anda mungkin juga menyukai