FILOSOFI PENDIDIKAN
a.Kurang maksimalnya peran, dan perhatian orang tua dalam mendidik anak.
Tantangan pertama dalam penghayatan Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa
Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada
Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 yang telah diajarkan di sekolah adalah
kurang maksimalnya peran, dan perhatian orang tua dalam pendidikan anak. Suciati
dalam Heriyani (2010) berpendapat bahwa orang tua adalah pendidik pertama yang
ditemui anak di rumah, karena sebelum anak mengenal pendidikan di sekolah formal
orang tua yang memperkenalkan pendidikan pada anak mereka. Dalam keluarga ayah
dan ibu adalah merupakan pendidik alamiah karena pada masa awal kehidupan anak,
orang tua yang secara alamiah dapat selalu dekat dengan anak-anaknya. Oleh karena itu,
orang tua yang seharusnya paling berkewajiban untuk mendidik anak mereka. Akan
tetapi tugas orang tua tersebut kemudian sebagian terpaksa dilimpahkan kepada orang
lain yang disebut guru, dosen, atau ustadz atau dilimpahkan ke Sekolah. Dari sini
terkadang orang tua lupa untuk ikut terlibat dalam memberikan perhatian pendidikan
kepada anak karena sudah menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah.
Akibatnya, anak kurang mendapatkan bimbingan, perhatian dan pendidikan dari orang
tua terutama saat mereka berada di rumah atau di luar sekolah. Karena kurangnya peran
dan perhatian orang tua dalam pendidikan anak tersebut, dan sikap orang tua yang
hanya fokus terhadap perkembangan kognitif atau pencapaian hasil nilai ujian semata
anak-anaknya dapat mengakibatkan kurang maksimalnya penanaman dan penghayatan
nilai-nilai Pancasila sebagai karakter dalam pendidikan anak yang telah diajarkan di
sekolah mereka.
Tantangan kedua dalam penghayatan Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa
Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang berpihak pada
Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 yang telah diajarkan disekolah adalah
pengaruh lingkungan pergaulan peserta didik. Menurut Muhaimin (2022) Lingkungan
merupakan salah satu objek yang sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang
manusia. Terlebih lagi terhadap pembentukan karakter serta tingkah laku bagi manusia
itu sendiri. Seseorang yang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik maka
akan baik pula karakter dan tingkah laku yang terbentuk dalam dirinya. Begitu pula
dengan manusia yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang buruk, maka
karakter dan tingkah laku yang terbentuk akan mendominasi pada lingkungan tempat
tinggalnya. Lingkungan pergaulan tempat berkembangannya perilaku terhadap
kebiasaan yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan
berpengaruh pada perkembangan jiwa seseorang. Hal-hal yang tidak baik yang
diterimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan dan pergaulan
yang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar norma-norma yang
ada di dalam masyarakat. Oleh karena itu lingkungan pergaulan anak atau peserta didik
sangatlah mempengaruhi dalam pembentukan karakter anak sehingga hal ini termasuk
menjadi tantangan dalam penghayatan Pancasila dan perwujudan Profil Pelajar
Pancasila yang telah di ajarkan di sekolah.
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga ikut berkembang dengan begitu
pesatnya. Semua informasi yang ingin diketahui dapat diakses dengansangat mudah
melalui internet oleh orang dari segala usia. Apabila disalahgunakan oleh anak-anak
maka hal tersebut dapat menyebabkan anak-anak kurangmemiliki tata karma dan sopan
santun dalam berperilaku. Maka, dalam pendidikan perlu membiasakan peserta didik
untuk bersikap sesuai dengan karakter Profil Pelajar Pancasila.
Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil
Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam
Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia terdapat 5
elemen kunci dalam elemen ini, yakni: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia. Berdasarkan elemen kunci tersebut, guru dapat
mewujudkannya dengan cara menanamkan rasa sayang, peduli, hormat, dan menghargai
diri sendiri sebagai wujud dalam sikap integritas. Selain itu guru juga dapat melakukan
pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan serta mengapresiasi
kelebihan dan mendukung mereka dalam mengembangkan kelebihan tersebut.
2. Mandiri Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang
dihadapi serta regulasi diri. Contohnya guru dapat memberikan tugas mandiri agar
peserta didik mampu untuk mengatur pikiran, perasaan dan perilaku dirinya untuk
mencapai tujuan belajar serta mengembangkan dirinya baik dibidang akademik maupun
non akademik.
3. Bergotong royong Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan
menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan
sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. Guru dapat
memberikan tugas berkelompok agar peserta didik mampu menjalin kolaborasi untuk
bekerja sama dengan orang lain disertai perasaan senang ketika berada bersama dengan
orang lain dan menunjukkan sikap positif terhadap orang lain.
6. Kreatif Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal
serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal serta memiliki keluwesan berfikir
dalam mencari alternatif solusi permasalahan. Guru dapat memberikan proyek untuk
dapat menghasilkan karya yang sesuai dengan minat dan bakat dari masing-masing
peserta didik.