Anda di halaman 1dari 6

T.

4 Aksi Nyata
Filosofi Pendidikan

Nama : Tulus Tri Purnomo


NIM : 2322520056

Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif dalam bentuk artikel atau jurnal
untuk menguatkan pemahaman tentang Pancasila sebagai Entitas dan Identitas
Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan
yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 dengan
mengacu pada panduan berikut:

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila


sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar
Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan
Abad ke-21.
Pancasila merupakan dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila
memiliki peran yang sangat penting sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia.
Entitas bangsa merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur, seperti
suku bangsa, agama, ras, dan budaya. Pancasila menjadi entitas bangsa Indonesia
karena mampu menyatukan berbagai unsur tersebut menjadi satu kesatuan bangsa
yang utuh. Identitas bangsa merupakan ciri khas yang membedakan suatu bangsa
dengan bangsa lain. Pancasila menjadi identitas bangsa Indonesia karena mampu
menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia
dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada
Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 mempunyai tantangan yaitu sebagai
berikut :
 Multikulturalisme
Multikulturalisme merupakan keberagaman budaya, agama, suku, dan latar belakang
sosial dalam masyarakat. Multikultularisme menekankan terhadap pentingnya
keberagaman sebagai sumber kekayaan dan kekuatan suatu bangsa. Namun dalam
implementasinya, multikulturalisme juga dapat melahirkan tantangan yang kuat bagi
Indonesia dalam mempersatukan setiap perbedaan tersebut. Multikulturalisme dalam
pemahaman Pancasila dapat dinilai lebih kompleks karena memerlukan dasar yang
kuat dalam menyatukan setiap keragaman yang ada. Oleh karena itu, melalui
perwujudan profil pelajar pancasila, harapannya tantangan multikulturalisme tersebut
dapat diatasi dengan selalu membiasakan diri dalam menghargai keberagaman yang
ada serta mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam konteks kebhinekaan.
 Kurangnya peran dan perhatian orang tua kepada anaknya
Menurut Ki Hadjar dewantara lingkungan keluarga adalah pusat pendidikan utama
dan pertama yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak baik dalam segi
karakter, budi pekerti maupun cara berpikir. Peran dan perhatian orang tua dalam
pendidikan anak sangat penting karena mereka menjadi pilar utama dalam
membentuk karakter, nilai, dan kemampuan anak. Melalui interaksi yang positif,
dukungan, dan pengawasan yang tepat, orang tua dapat menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif di rumah. Selain itu, keterlibatan orang tua juga memperkuat
motivasi anak untuk belajar, meningkatkan rasa percaya diri, dan membentuk
hubungan yang sehat antara orang tua dan anak. Pendidikan bukan hanya tanggung
jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab orang tua untuk membimbing, memberikan
inspirasi, dan membantu anak mengembangkan potensinya secara optimal sehingga
mereka dapat berhasil dalam kehidupan dan masyarakat.
 Pesatnya perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK dapat memberikan tantangan terhadap nilai-nilai yang termuat
dalam Pancasila. Globalisasi berpotensi membawa masuk nilai-niali asing yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sehingga berdampak pada tergesernya nilai-nilai
budaya sebagai identitas Bangsa Indonesia. Kemajuan teknologi yang tidak didasari
dengan etika dalam penerapannya juga dapat mengakibatkan penyalahgunaan
teknologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Kedua hal ini menjadi
tantangan yang penting untuk diwaspadai guna dapat menerapkan pendidikan profil
pelajar pancasila yang berpihak pada peserta didik, khususnya dalam pendidikan
abad ke-21.
 Lingkungan pergaulan anak-anak
Lingkungan pergaulan memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan anak-
anak, karena mereka cenderung menyerap nilai-nilai, norma, dan perilaku dari
lingkungan sekitarnya. Anak-anak yang terpapar pada lingkungan pergaulan yang
positif, termasuk teman sebaya yang mendukung dan keluarga yang memberikan
arahan yang baik, cenderung mengembangkan sikap positif, keterampilan sosial yang
sehat, dan nilai-nilai moral yang baik. Sebaliknya, lingkungan pergaulan yang negatif,
seperti teman sebaya yang terlibat dalam perilaku berisiko atau keluarga yang tidak
memberikan dukungan, dapat memengaruhi anak-anak dengan cara yang merugikan,
meningkatkan risiko perilaku tidak sehat, penyalahgunaan zat, atau terlibat dalam
aktivitas berbahaya. Oleh karena itu, pengawasan dan intervensi orang tua serta
pengajar dalam membentuk lingkungan pergaulan yang positif dapat berperan penting
dalam membentuk masa depan dan karakter anak-anak.
 Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
Kurangnya saran dan prasarana di sekolah dapat menghambat proses pendidikan
dan perkembangan siswa. Ketidakcukupan fasilitas seperti perpustakaan yang
terbatas, ruang kelas yang kurang nyaman, atau laboratorium yang minim peralatan
dapat membatasi akses siswa terhadap sumber daya pendidikan yang diperlukan.
Selain itu, kurangnya dukungan staf pengajar dan kurangnya program peningkatan
keterampilan untuk guru dapat memengaruhi kualitas pengajaran. Ketidakcukupan ini
juga dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak memadai, mengurangi motivasi
siswa, dan menurunkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
investasi dalam saran dan prasarana pendidikan yang memadai menjadi krusial untuk
memastikan bahwa sekolah dapat memberikan lingkungan yang mendukung bagi
siswa agar dapat meraih potensi penuh mereka dan mencapai hasil belajar yang
optimal.

2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas


dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di
ekosistem sekolah (kelas).
Dalam perwujudan Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia
dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada
Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas) dengan
pedoman 6 elemen dimensi Profil Pelajar Pancasila yaitu sebagai berikut :
 Pada Elemen Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Berakhlak Mulia
Upaya konkrit untuk mewujudkannya dapat dilakukan melalui sejumlah kegiatan yang
dirancang untuk membentuk karakter peserta didik sebagai berikut:
o Melaksanakan aktivitas beribadah sesuai dengan keyakinan masing-
masing. Sebagai contoh, peserta didik yang beragama Islam dapat
diarahkan untuk membaca Al-Qur'an setiap pagi sebelum memulai
pembelajaran di kelas.
o Doa sebelum dan sesudah aktivitas belajar. Membiasakan peserta didik
untuk melakukan doa sebelum dan sesudah memulai aktivitas belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan guna menciptakan kesadaran
spiritual dan penghargaan terhadap nilai-nilai keagamaan.
o Menanamkan nilai-nilai toleransi dan menghormati perbedaan agama.
Peserta didik diajarkan untuk menghormati teman atau guru yang
memiliki keyakinan agama yang berbeda, menjadikan keragaman
sebagai kekayaan dalam lingkungan sekolah.
o Membiasakan peserta didik dalam berperilaku baik. Misalnya, selalu
menyapa saat bertemu guru atau teman, menghormati orang yang lebih
tua, menjaga kebersihan lingkungan, tidak mencontek saat ujian,
membantu teman yang sedang kesulitan, peduli terhadap sesama, dan
tidak melakukan tindakan diskriminasi. Hal ini dilakukan untuk
menciptakan lingkungan yang ramah dan penuh hormat di sekolah.
Melalui serangkaian kegiatan ini, diharapkan bahwa peserta didik tidak hanya
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Beriman dan Bertakwa,
serta Berakhlak Mulia, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari mereka di sekolah.
 Pada Elemen Berkebinekaan Global
Upaya mewujudkannya dapat diimplementasikan melalui serangkaian kegiatan yang
mempromosikan pemahaman, apresiasi, dan integrasi nilai-nilai keberagaman global
dalam lingkungan pendidikan. Beberapa kegiatan yang mendukung aspek ini antara
lain:
o Pembelajaran bermuatan lokal dan seni budaya. Hal ini bertujuan untuk
membantu peserta didik memahami dan mengenal identitas budaya dari
berbagai daerah di Indonesia.
o Pembelajaran dengan unsur kearifan lokal, guru menyelipkan unsur-
unsur kearifan lokal dalam mata pelajaran, seperti etnomatematika pada
mata pelajaran matematika.
o Melaksanakan peringatan hari besar Nasional dengan mengajak
peserta didik untuk mengenakan pakaian adat. Ini dapat menjadi
kesempatan bagi peserta didik untuk merayakan keberagaman budaya
Indonesia secara langsung.
o Menanamkan karakter kebhinekaan global pada peserta didik dengan
mendorong untuk melakukan pertukaran pelajar, dan mendorong
kepedulian terhadap isu-isu global yang relevan.
Dengan mengimplementasikan serangkaian kegiatan ini, diharapkan peserta didik
tidak hanya memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai keberagaman global,
tetapi juga mampu menghargai, merayakan, dan berinteraksi secara positif dengan
berbagai budaya, baik di tingkat lokal maupun global.
 Pada Elemen Bergotong Royong
Elemen ini dapat direalisasikan dengan beberapa kegiatan berikut ini:
o Menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran untuk
mengembangkan kerjasama dan semangat gotong royong di antara
peserta didik.
o Menyelenggarakan kegiatan pembersihan sekolah secara bersama-
sama, seperti pada Jumat bersih, di mana peserta didik diajak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan
sekolah.
o Mendorong peserta didik untuk aktif berorganisasi dan berkegiatan
sosial baik di dalam sekolah dan di luar sekolah, sehingga terbiasa
bergotong royong dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
 Pada Elemen Mandiri
Elemen ini dapat direalisasikan dengan beberapa kegitan berikut ini:
o Memberikan tugas yang dikerjakan secara mandiri kepada peserta didik.
o Menyediakan wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan
kemandirian, misalnya melalui keanggotaan dalam organisasi seperti
OSIS, MPK, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
o Mendorong peserta didik untuk berani mengambil keputusan sendiri dan
bertanggung jawab atas hasilnya nanti, termasuk mengakui kesalahan
jika telah berbuat salah.
 Pada Elemen Bernalar Kritis
Elemen ini dapat direalisasikan dengan beberapa kegitan berikut ini:
o Guru dapat melaksanakan pembelajaran yang memperkuat
kemampuan berpikir kritis peserta didik, seperti melibatkan
pembelajaran berbasis proyek, Guided Inquiry Learning, dan
pendekatan pembelajaran lainnya yang menuntut critical thinking.
o Guru dapat memberikan tugas yang merangsang kemampuan berpikir
kritis peserta didik, seperti meminta pendapat peserta didik mengenai
kasus nyata atau kejadian yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
 Pada Elemen Kreatif
Elemen ini dapat direalisasikan dengan beberapa kegitan berikut ini:
o Guru dapat memberikan tugas yang mendorong pengembangan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Salah satu contoh dapat berupa
pemberian tugas kepada peserta didik untuk membuat infografis yang
tidak hanya mencerminkan pemahaman mereka terhadap materi
pelajaran, tetapi juga menggali kemampuan kreatif dalam menyajikan
informasi secara visual. Infografis tersebut dapat menjadi media
esensial untuk menggambarkan konsep-konsep yang kompleks atau
menyajikan data dalam cara yang menarik dan mudah dipahami oleh
sesama peserta didik. Melalui tugas ini, diharapkan peserta didik dapat
mengekspresikan kreativitas mereka sambil memperkuat pemahaman
terhadap materi pembelajaran.
o Mendorong peserta didik untuk mengikuti perlombaan yang menuntut
kreatifitas seperti lomba karya ilmiah remaja, lomba kreasi seni tari, dll.

Anda mungkin juga menyukai