Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA


TOPIK 4 AKSI NYATA

Oleh :
MUHAMMAD RUDI APRIZAL

PGSD (C3)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PPG PRAJABATAN ANGKATAN 1
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2022
1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai
Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila
pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.

Pancasila disebut sebagai filsafat hidup berbangsa karena Pancasila menjadi dasar
Negara dan menjadi identitas bangsa. Dimana Pancasila menjadi ciri khas yang melekat
dalam tubuh masyarakat Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia, keragaman merupakan
nilai yang khas dan menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia. Keragaman Indonesia
menjadi salah satu kekayaan masyarakat Indonesia mulai dari pengalaman hidup, budaya,
bahasa, ras, suku, kepercayaan, tradisi, dan berbagai ungkapan simbolik. Seluruh elemen
hidup berbangsa memiliki peran dan tanggung jawab untuk menjaga kesatuan dalam
perbedaan atau kebhinekatunggalikaan (unity in diversity) sebagai identitas kultural dan
politik bangsa (Pedersen, 2016). Selain itu, manusia Indonesia unik, yaitu karakter yang
berbeda-beda. Misalnya toleransi/saling menghargai, gotong royong, bertegur sapa, dll.
Indonesia mengajarkan kita untuk saling menghargai dalam segala perbedaan. Bangsa
Indonesia berlandaskan pada Pancasila yang banyak sekali nilai-nilai luhur yang dapat
dipelajari sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat.

Dalam konteks masyarakat Indonesia yang kaya dengan nilai-nilai religious,


pendidikan agama di keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran penting. Nilai-nilai
budaya dan religious itu diartikulasikan dalam lima sila atau Pancasila sebagai dasar
Negara. Nilai-nilai Pancasila merupakan landasan kehidupan bangsa yang menempatkan
penghormatan kepada Allah sebagai pilar penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Meskipun Indonesia bukan Negara agama dan bukan juga negara sekuler, namun
keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa merupakan jiwa kehidupan setiap warga Indonesia
(Nuryanto, 2014). Karenanya, pendidikan agama merupakan bagian integral dari
pendidikan manusia Indonesia yang memiliki tanggung jawab untuk melestarikan dan
mengembangkan identitas bangsa Indonesia. Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk
penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai
referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi
acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik.
profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4)
berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.

Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia memiliki makna bahwa Pancasila


merupakan suatu gagasan yang berbeda dengan gagasan lain karena merupakan gagasan
dan pemikiran yang dikemukakan oleh bangsa Indonesia yang sesuai dengan jati diri
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia memiliki makna bahwa
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh
bangsa Indonesia dan dalam penerapan dikehidupan sehari-hari, sila-sila tersebut saling
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

Zaman terus berkembang pesat, memasuki abad ke-21 penerapan pencasila dalam
kehidupan sehari-hari harus terus dilakukan. Hal ini dilakukan agar bangsa Indonesia tetap
berada pada kaidahnya dan tidak kehilangan jati dirinya di tengah kehidupan sehari-hari
yaitu penerapan pancasila dalam sector pendidikan yang saat ini diwujudkan dengan Profil
Pelajar Pancasila. Namun dalam penerapan Profil Pelajar Pancasila dalam pendidikan yang
berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 tidaklah mudah, terdapat
berbagai tantangan diantaranya

a. Keterlibatan peran orang tua dalam pendidikan kurang maksimal


Dalam mencapai keberhasilan pendidikan, peran guru sebagai pendidik tidaklah
cukup. Namun harus ada perang orang tua dalam prosesnya, namun kebanyakan orang
tua saat ini kurang peduli terhadap pendidikan anaknya khususnya pada aspek afektif.
Para orang tua hanya peduli dengan aspek kognitifnya saja, sehingga sikap peserta
didik saat ini kurang baik meskipun aspek kognitif baik. Hal ini berlaku dalam
penerapan Profil Pelajar Pancasila yang tidak hanya diterapkan di sekolah saja, namun
perlunya bantuan dari orang tua dalam membiasakan prilaku Profil Pelajar Pancasila
b. Kurang tersedianya jumlah guru dalam memotivasi, semangat dan pengetahuan dalam
menerapkan karakter Profil Pelajar Pancasila
Namun fakta dilapangan, masih banyak guru-guru yang belum memiliki motivasi,
semagat dan pengetahuan dalam penerapann karakter Profil Pelajar Pancasila. Guru-
guru atau pendidik masih cenderung nyaman dan betah dengan perangkat pembelajaran
menggunakan kurikulum sebelumnya dan sebagian kecil menganggap kurikulum
merdeka yang memuat Profil Pelajar Pancasila kurang praktis dan menambah beban
kerra guru khususnya dalam merancang perangkat pembelajaran yang memuat
penerapan karakter Profil Pelajar Pancasila
c. Adanya akses informasi yang sangat luas dan tidak terbatas
Pada abad ke – 21 yang telah berkembang pesat dalam hal teknologi dimana akses
informasi sangat luas dan tidak terbatas dalam artian semua orang dari segala umur bisa
mengakses informasi tersebut, jika memiliki perangkat elektronik yang menyebabkan
banyak anak muda saat ini kurang memiliki tata krama dan sopan santun dalam
berprilaku. Oleh karena itu, ketika membiasakan peserta didik untuk bersikap sesuai
dengan karakter Profil Pelajar Pancasila hendaknya guru bekerja sama dengan orang
tua dalam memberikan arahan dan batasan dalam mengakses informasi khususnya dari
dunia digital

2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan


Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan
yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem
sekolah (kelas).

Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada Peserta Didik
dalam pendidikan abad ke – 21 di ekosistem sekolah (kelas) dapat dilakukan dengan
kegiatan-kegiatan berikut, yaitu :

a. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia. Peserta
didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman,
bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b)
akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak
bernegara. Hal ini dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu :
- Membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan ibadah berdasarkan
agama masing-masing. Misalnya peserta didik yang memeluk agama islam
mengaji Al- Qur’an setiap pagi sebelum mulai pembelajaran dikelas
- Membiasakan peserta didik untuk melakukan doa sebelum dan sesudah
memulai proses pembelajaran
- Menumbuhkan karakter berprilaku baik terhadap sesama dapat dilakukan
dengan pembiasaan melalui hal sederhana seperti menyapa saat bertemu
dengan guru ataupun teman
- Menanamkan nilai-nilai baik kepada peserta didik seperti menghormati
teman atau guru yang berbeda agama dan menunjukan sikap toleransi
kepada semua warga sekolah
b. Dimensi Berkebinekaan Global yaitu peserta didik dapat mempertahankan budaya
luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi
dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan
kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan
dengan budaya luhur bangsa. Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi
mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam
berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan. Hal ini dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut ini, yaitu :
- Melaksanakan pembelajaran dikelas yang bermuatan local dan seni budaya
sesuai dengan daerah masing-masing agar siswa dapat mengenal identitas
budaya daerah masing-masing
- Guru melaksanakan pembelajaran yang mengandung unsur-unsur kearifan
local pada mata pelajaran lain seperti pada sains menjadi etnosains
- Melaksanakan peringatan hari besar Nasional seperti memakai baju adat
saat Hari Peringatan Sumpah Pemuda
c. Dimensi bergotong royong, yaitu Pelajar Indonesia memiliki kemampuan untuk
melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang
dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong
royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi Dimensi ini dapat diwujudkan
dalam kegiatan berikut, yaitu :
- Melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yang akan melatih kerja
sama dan semangat gotong royong peserta didik
- Melaksanakan kegiatan PHBS setiap hari sabtu, para siswa diajak untuk
bergotong royong dalam membersihkan lingkungan sekolah.
d. Dimensi mandiri yaitu, Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar
yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Hal ini dapat diwujudkan
dalam kegiatan berikut, yaitu :
- Memberikan peserta didik tugas mandiri
- Memberikan peserta didik wadah mengasah kemandirian sepesrti
mengikuti ekstrakulikuer yaitu, pramuka, dokter cilik, dan lain sebagainya
e. Dimensi bernalar kritis, dimana peserta didik mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara
berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.
Hal ini dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut yaitu :
- Guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mengasah kemampuan
bernalar kritis siswa seperti pembelajaran Project Based Learning dan lain
sebagainya
- Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kritis
siswa seperti meminta pendapat siswa terkait kasus ataupun kejadian nyata
yang berhubungan dengan materi yang di ajarkan
f. Dimensi kreatif, yaitu Peserta didik yang kreatif mampu memodifikasi dan
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.
Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta
menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal serta memiliki keluwesan berpikir
dalam mencari alternatif solusi permasalahan. Hal ini dapat diwujudkan dalam
kegiatan berikut ini yaitu :
- Guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mengasah kemampuan
berpikir kreatif siswa seperti pembelajaran Project Based Learning, Guided
Inquiry Learning dan lain sebagainya
- Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kreatif
siswa seperti meminta siswa untuk membuat infografis terkait tugas
mereka.

Anda mungkin juga menyukai