Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan
bagi peranannya di masa yang akan dating. Sedangkan Ki Hadjar Dewantara menyebutkan
pendidikan yaitu menuntun (memfasilitasi atau membantu) anak menebalkan garis yang samar-
samar. Artinya pendidikan memberikan tuntunan kepada anak agar mampu mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Dalam hal ini pendidik berperan sebagai pamong atau memberi bantuan dan
arahan. Anak dapat menemukan kemerdekaan dalam belajar, tetap terbuka namun tetap waspada
terhadap perubahan. Dasar pendidikan anak tidak lepas dari kodrat alam dan kodrat zaman.
Dimana kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan local, social budaya. Sedangkan
kodrat zaman berkaitan dengan pendidikan saat ini yang menekankan pada kemampuan anak
sesuai dengan perkembangan zaman/abad 21.
Bagi masyarakat Indonesia, keragaman merupakan nilai yang khas dan menjadi salah satu
identitas bangsa Indonesia. Keragaman Indonesia menjadi salah satu kekayaan masyarakat
Indonesia mulai dari pengalaman hidup, budaya, bahasa, ras, suku, kepercayaan, tradisi, dan
berbagai ungkapan simbolik. Seluruh elemen hidup berbangsa memiliki peran dan tanggung jawab
untuk menjaga kesatuan dalam perbedaan atau kebhinekatunggalikaan (unity in diversity) sebagai
identitas kultural dan politik bangsa (Pedersen, 2016). Selain itu, manusia Indonesia unik, yaitu
karakter yang berbeda-beda. Misalnya toleransi/saling menghargai, gotong royong, bertegur sapa,
dll. Indonesia mengajarkan kita untuk saling menghargai dalam segala perbedaan. Bangsa
Indonesia berlandaskan pada Pancasila yang banyak sekali nilai-nilai luhur yang dapat dipelajari
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang kaya dengan nilai-nilai religious, pendidikan
agama di keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran penting.
Nilai-nilai budaya dan religious itu diartikulasikan dalam lima sila atau Pancasila sebagai
dasar Negara. Nilai-nilai Pancasila merupakan landasan kehidupan bangsa yang menempatkan
penghormatan kepada Allah sebagai pilar penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Meskipun
Indonesia bukan Negara agama dan bukan juga negara sekuler, namun keyakinan pada Tuhan
Yang Maha Esa merupakan jiwa kehidupan setiap warga Indonesia (Nuryanto, 2014). Karenanya,
pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan manusia Indonesia yang memiliki
tanggung jawab untuk melestarikan dan mengembangkan identitas bangsa Indonesia. Profil pelajar
Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila
berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk
menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik.
profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5)
bernalar kritis, dan 6) kreatif. Fokus utama dalam kurikulum ini yaitu menerapkan pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik artinya memberi
kebebasan kepada peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya, memberi kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya, serta memberi kebebasan kepada peserta didik untuk
memahami pelajaran sesuai dengan caranya tanpa mengikuti keinginan gurunya. Sedangkan
memerdekakan peserta didik artinya peserta didik belajar tanpa tekanan, belajar menyenangkan
dan menantang, mengeksplorasi secara mandiri, dapat mengemukakan gagasannya sendiri dan
berkolaborasi dengan sesame dan tentunya dapat mengekpresikan ide-ide kreatif dan inovatif.
Sehingga pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik
disesuaikan dengan konteks peserta didik dan social budaya daerahnya. Serta di sesuaikan dengan
kodrat alam dan zamannya.
Pendidikan berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik perlu untuk
dipahami dan dimaknai karena sebagai seorang pendidik dalam mentransfer pengetahuan dan
keterampilan maupun sikap mengutamakan serta menghargai keunikan, karakteristik yang
berbeda-beda dari masing-masing peserta didik, sehingga peserta didik merasa nyaman sesuai
dengan potensi mereka dalam menerima pembelajaran. Pendidikan yang berpihak pada peserta
didik dan memerdekakan peserta didik pun sangat penting untuk diterapkan karena akan
menjadikan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan. Hal ini tentunya menjadi
bagian dari diri kita sebagai seorang pendidik yaitu dengan menciptakan suasana atau lingkungan
belajar yang menyenangkan sesuai minat dan kebutuhan peserta didik sesuai berdasarkan kordat
alam dan zamannya, memahami karakteristik peserta didik baik dari kemampuan, maupun gaya
belajarnya, menyusun kesepakatan kelas, dll. Sesuai dengan kekuatan sosio-kultural peserta didik,
dapat diterapkan pembelajaran yang memiliki nilai karakter gotong royong, diantaranya yaitu
dengan menggunakan metode diskusi, tutor sebaya, memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk dapat berkolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Selain itu, pembelajaran juga dapat
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. sesuai dengan tuntutan zaman abad ke – 21 maka
pembelajaran hendaknya berbasis teknologi yang inovatif sehingga peserta didik merasa senang
dalam belajar.
Kompetensi siswa yang menjadi tuntutan pada abad 21 ini menghendaki siswa memiliki
keterampilan 4C yaitu Critical Thinking (Berpikir Kritis), Communication (Keterampilan
Komunikasi), Collaboration (Keterampilan Kolaborasi) dan Creative (Kreatifitas). Peradaban
yang akan dihadapi oleh peserta didik pada abad 21 adalah perpaduan pengetahuan, pemikiran,
keterampilan inovasi, media, literasi serta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan
pengalaman kehidupan nyata. Untuk itu diperlukan peran optimal guru atau pendidik dalam
menciptakan desain kerangka proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode
sehingga pendidikan dapat menjalankan fungsinya untuk membentuk pribadi siswa yang memiliki
kompetensi sesuai abad 21. Namun tetap mempertahankan dan mewariskan kebudayaan dalam
setiap proses pendidikan sehingga peserta didik diharapkan memiliki keluhuran budi pekerti.
Untuk membentuk peserta didik yang dapat berpikir kritis maka guru dapat memfasilitasi
siswa dengan cara menuntun dan mengarahkan agar siswa berani untuk berpendapat. Seorang
pendidik/Guru hendaknya bersikap menyayangi, mendukung dan membesarkan hati agar daya
piker peserta didik dapat tereksplorasi untuk selalu berani bertanya. Untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi siswa, guru dapat menciptakan suasana belajar yang melibatkan semua
siswa merasa penting dan bermakna. Misalnya dilibatkan dalam permainan hingga kodratnya
secara alam terpenuhi sebagai anak yang senang bermain. Dalam permainan siswa tidak hanya
mendengarkan duduk diam tapi juga melibatkan pergerakan fisik dan terdorong untuk
menunjukkan perilaku positif (budi pekerti). Selanjutnya untuk mengembangkan keterampilan
kolaborasi, guru dapat memposisikan diri sebagaimana tanaman yang satu sama lain berada di
tanah yang sama namun saling tumbuh dengan kemampuannya masing-masing. Siswa yang satu
mendukung teman lainnya saling terkait sehingga menumbuhkan lingkungan positif secara global.
Adapun untuk meningkatkan kreativitas siswa, guru hendaknya menanamkan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik sehingga mencapai keberhasilan dalam kehidupannya. Mengutamakan
pencapaian belajar pada peserta didik tanpa paksaan dengan tulus hati sehingga peserta didik
senang berkarya sesuai keinginannya dalam segala bidang yang diminatinya tidak hanya dibatasi
sesuai keinginan guru.