Anda di halaman 1dari 2

NAMA MUHAMMAD RUDI APRIZAL

KELAS : 3C
DOSEN PENGAMPU : Dr.donna Boedi Maritasari, M.Pd
MATA KULIAH : FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

FILOSOFI dan PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

Menjadi seorang guru adalah anugerah yang sangat terindah, guru adalah profesi yang
sangat mulia, yang memiliki keunikan tersendiri dalam mengembang tugas dan amanah
tersebut. Dalam proses pembelajaran seorang guru harus terus belajar, mengembangkan diri
dan mengasah kompetensinya dengan berbagai hal, baik secara individu, komunitas
pembelajar ataupun memanfaatkan teknologi dan informasi serta mengikuti program
pemerintah, salah satunya adalah guru penggerak. kondisi anak sangat dipengaruhi oleh
kemampuan guru dalam menerapkan pola pembelajaran yang kreatif, inovasi, menyenangkan
dan berpusat kepada peserta didik (Student Centre).

Dalam dunia pendidikan semboyang “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani”. di depan memberi contoh atau menjadi panutan, di tengah
membangun semangat atau ide, dari belakang memberikan dorongan. seorang guru harus
memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, sesama guru dan seluruh
warga sekolah dan masyarakat pada umumnya. dari tengah seorang pendidik harus mampu
membangun semangat, menciptakan ide atau berkarya dan berinovasi di lingkungan tempat
kerjanya atau di tempat tinggalnya. selanjutnya dari belakang, seorang pendidik harus bisa
memberikan dorongan, motivasi, arahan dan penyemangat kepada seluruh warga sekolah dan
lingkungan tempat tinggalnya. konsep selanjutnya adalah sekolah itu dijadikan sebagai taman
siswa; artinya sekolah tersebut harus bisa membuat rasa aman, nyaman dan menyenangkan
bagi peserta didik, mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik tersebut,
menjadikan sekolah itu sebagai rumah kedua mereka dan gurunya adalah orang tua kedua
mereka selama berada disekolah dan teman-temannya adalah sebagai saudaranya atau mereke
adalah kakak beradik.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, adalah kodrat keadaan yang


terdiri dari kodrat alam dan jaman. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan
anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan
“sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan
dengan “isi” dan “irama” . Kedua kodrat ini berkaitan dengan dengan nilai-nilai dan sifat-
sifat kemanusiaan peserta didik. Ki Hajar Dewantara hendak mengingatkan pendidik bahwa
pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat
zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada
kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21 dengan melihat kodrat anak
indonesia sesungguhnya. Ki Hajar Dewantara mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar
tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya indonesia. Oleh sebab
itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah muatan atau konten
pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ki
Hajar Dewantara menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai
dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.
Pendidikan pada saat ini sangat berbeda dengan Pendidikan pada zaman
kolonialisme. Pada zaman kolonialisme yakni pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda,
pendidikan hanya diberikan untuk kalangan bangsawan dan untuk khalayak tertentu saja.
Pengetahuan yang diberikan juga hanya sebatas pada membaca, menulis, dan berhitung. Pada
zaman dahulu peserta didik dianggap tidak mempunyai kompetensi sedikitpun, sehingga
dapat dikatakan peserta didik hanya dapat memperoleh ilmu dari gurunya saja. Padahal pada
kodratnya, peserta didik punya bekal tersendiri untuk mengembangkan kompetensi yang ia
punya. Pendidikan pada zaman dahulu menggunakan system pembelajaran gaya Bank yakni
mengisi dan menabung. Peserta didik hanya diberikan pengetahuan oleh guru sesuai dengan
pemikiran guru tersebut tanpa memperhatikan apa kebutuhan peserta didik.
Namun, seiring dengan perkembangannya zaman Pendidikan zaman colonial
sekarang sudah tidak lagi digunakan. Dimulai pada saat dimulai kurikulum Kurtilas yang
mampu mengubah cara pandang guru untuk dalam melihat pengetahuan peserta didik. Secara
umum kurikulum kurtilas merupakan kurikulum yang berpusat pada siswa dan membuat
siswa lebih aktif. Sehingga peran serta guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator dalam
pembelajaran. Kurikulum pendidikan yang berkembang di Indonesia baru-baru ini telah
melakukan beberapakali penyempurnaan. Apalagi saat ini Indonesia sedang menggunakan
Implementasi Kurikulum Merdeka.
Kurikulum merdeka merupakan salah satu program terobosan pemerintah yang
diluncurkan secara bertahap dalam bentuk merdeka belajar. Merdeka belajar maksudnya
adalah peserta didik diberikan kebebasan dalam belajar sesuai dengan gaya belajar peserta
didik. Guru memberikan pembelajaran tidak hanya dengan satu metode dan model saja, tetapi
guru harus memperhatikan bagaimana gaya belajar anak.
Pendidikan saat ini sudah memberikan apa yang seharusnya peserta didik dapatkan,
dilihat dari fasilitas dan kualitas yang disediakan oleh pemerintah. Guru bertugas dan
bertanggung jawab dalam memberikan pengajaran dan Pendidikan untuk membentuk
karakter dan budi pekerti luhur pada peserta didik. Tidak ada Pendidikan yang membuat
peserta didik menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Hakikat dari Pendidikan yang merdeka
adalah untuk menuju ke hal-hal yang positif dan menerimanya dengan baik , maka
Pendidikan itu berarti tidak membelenggu, karena Pendidikan yang didapatkannya itu
mengarahkannya ke hal-hal yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika orang menerimanya itu
merasa tertekan dan menganggap itu negative pada dirinya, maka itulah yang dimaksud
membelenggu.

Anda mungkin juga menyukai