Anda di halaman 1dari 19

RESUME MODUL 1

MENGENALI DAN MEMAHAMI DIRI SEBAGAI PENDIDIK

1. Mengenali diri dan perannya sebagai pendidik


Sebagai pendidik/guru kita harus terus belajar dan memiliki kesadaran
dalam belajar dimanapun termasuk secara mandiri, tentunya agar kita bisa
menghantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka.
Apabila kita sudah bisa belajar secara mandiri artinya kita telah mampu mengatur
diri sendiri, untuk menjadi contoh bagi peserta didik. Menurut Ki Hadjar
Dewantara “Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada
kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung pada orang lain”.
Apabila kita mengharapkan murid-murid menjadi pribadi yang mandiri dan
merdeka, tentunya penting untuk murid juga mengenal diri mereka, menentukan
tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan
lingkungannya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam Dasar-
dasar Pendidikan “Pendidikan itu menuntun segala ketakukan kodrat yang ada
pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Salah satu langkah awal kita sebagai pendidik adalah bagaimana memaknai dan
menghayati pribadi kita sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar. Pada
masa sekarang cara belajar peserta didik sunggu berbeda dengan cara belajar
dahulu. Mereka sangat fasih dnegan teknologi, menjadikan internet sebagai
sumber belajar, dan dapat menjaungkau informasi tanpa harus dijelaskan oleh
guru. Maka hal tersebut harus kita selaraskan sebagai pendidik yang relevan
dengan konteks zaman, karna menurut Ki Hadjar Dewantara “Pendidik itu
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan
kodrat anak”

2. Apa Peran Saya Sebagai Guru


Peran guru/pendidik sangatlah besar bagi masa depan perserta didik. Hal-
hal yang guru ajarkan baik besar maupun kecil akan berpengaruh besar, sebagai
contoh, apapun yang dilakukan dikelas dari segi memfasilitasi proses belajar,
metode kerja kelompok, atau hal sekecil ucapan pujian maupun cemoohan yang
tidak disengaja terucap akan meninggalkan makna bagi peserta didik, dan hal
tersebut akan terekam oleh peserta didik untuk mereka terapkan dikemudian hari
saat menjadi bagian dari masyarakat.
Ketika seorang guru merancang, memfasilitasi, hingga menilai proses
pembelajaran, guru haruslah hadir secara utuh, karna setiap hal kecil yang kita
sampaikan di kelas akan berkontribusi pada kecapakan hidup peserta didik saat
dewasa dan tentunya apa yang kita rancang dalam pembelajaran haruslah
memiliki tujuan, sebab ketika proses belajar berlangsung seorang guru sedang
membentuk masyarakat, dan membentuk budaya di masa depan melalui pesrta
didik

3. Ingin Menjadi Guru Seperti Apa Saya


Berangkat dari pengalaman ketika belajar dulu, banyak sekali guru dengan
berbagai karakter, ada yang tentunya memberikan kesan positif atau ada juga guru
yang memberikan kesan tidak menyenangkan. Hal tersebut harus menjadi refleksi
bagi setiap guru, ingin menjadi guru seperti apa kita bagi peserta didik? Karena
peserta didik seringkali terinspirasi dari Ibu dan Bapak gurunya, maka jadilah
guru yang dapat menjadi contoh bagi murid-muridnya, ajarkan dan arahkan
murid-murid untuk belajar dan beradaptasi menyesuaikan zaman dan perubahan
yang ada, dan tentunya sebagai guru, kita ingin memberikan pengaruh-pengaruh
yang baik di masa depan murid.
Menjadi guru atau pendidik itu sangat menantang, apalagi dengan
perubahan zaman yang dinamis, guru perlu adaptif, sebagaimana yang
disampaikan Ki Hadjar Dewantara “Pendidikan umumnya berarti daya-upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak”.
RESUME MODUL 2 : MENDIDIK DAN MENGAJAR
1. Mendidik Menyeluruh
Perbedaan pemahaman kata mengenai Pendidikan dan Pengajaran.
Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi hidup anak-
anak secara lahir maupun batin. Maka pengajaran merupakan salah satu bagian
dari Pendidikan. Sementara Pendidikan adalah tempat menaburkan benih-benih
kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus sebagai instrument
tumbuhnya unsur peradaban agar kebudayaan yang kita wariskan kepada anak
cucu kita ada di masa depan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan “Pendidikan” sebagai
“Tuntunan” yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid, maka mendidik adalah
menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya, baik sebagai manusia atau
sebagai anggota masyarakat.
Pendidik tidak dapat menentukan dan berkehendak akan hidup
tumbuhnya murid. Yang bisa pendidik lakukan adalah menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan-kekuatan itu dengan mengerahkan segala daya upaya untuk
memajukan perkembangan budi pekerti dan perilakunya.
Pendidikan tidak hanya berbentuk pengajaran yang memberikan
pengetahuan kepada murid, tapi juga mendidik keterampilan berpikir,dan
mengembangkan kecerdasan batin. Maka Pendidikan pikiran (intelektual) murid
sebaiknya dibangun setinggi-tingginya, seluas-luasnya dan selebar-lebarnya
untuk mewujudkan perikehidupan lahir dan batin dengan sebaik-baiknya.
Guru harus dapat menuntun potensi murid, yang bertujuan agar semakin
baik adab dan kecerdasannya, sehingga murid tidak terpengaruh oleh hal-hal yang
menghambat perkembangannya. Dalam ilmu Pendidikan ada istilah kovergensi
yaitu keselarasan antara potensi dan kondisi siswa, dimana peran guru membantu
menyelaraskan hal tersebut, apabila hal tersebut terwujud maka akan terciptalah
Pendidikan yang menyeluruh.
2. Pendidikan selama satu abad
Sistem Pendidikan perintah dan sanksi yang diterapkan pada zaman
kolinial nyatanya masih diterapkan oleh beberapa pendidik saat ini. Budaya
menghardik dan menuntut anak untuk cakap dalam kognitif semata, membuat
perkembangan kecakapan social emosional murid terabaikan. Banyak contoh
kasus seperti murid yang nilai kognitifnya buruk dianggap gagal dalam belajar.
Ki Hadjar Dewantara akhirnya menggagas perlunya system Pendidikan yang
humanis dan transformative yang dapat memelihara kedamaian dunia. Dan
kemudian mengeluarkan istilah Among Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani :
1) Ngarsa Sung Tuladha = Seorang guru haruslah memberikan contoh yang
baik
2) Ing Madya Mangun Karsa, = Seorang guru haruslah memberikan
semangat pada muridnya
3) Tut Wuri Handayani = Seorang guru haruslah memberikan
dorongan/menjadikan murid mandiri.

demi mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.

3. Menjadi manusia (secara) utuh


Manusia terbagi dalam 2 yaitu Jasmani (Lahir) dan rohani (Batin), dari
rohani manusia diberikan akan yang digunakan untuk berpikir dan berkarya.
“Manusia merdeka” yaitu manusia yang dapat memerintah dan menguasai dirinya
(mandiri), dan itulah kondrat sebagai manusia. Sehingga agar manusia
mengetahui kebutuhan lahir dan batinnya, sebagai pendidik kita memiliki peran
untuk membantu peserta didik dalam memenuhi hal tersebut. Karna seyogyanya
pendidikan harus memberikan didikan batin (social, emosi, empati, dsb) dan
didikan lahir (kognitif).
Untuk menjadi manusia (secara) utuh kebutuhan lahir dan batik harus
terpenuhi melalui pendidikan. Guru jangan selalu menerapkan pendidikan di level
mengingat saja, karna ada level kognitif lainnya menurut Benjain Bloom dan
Anderson yaitu :
Semua level kognitif ini dapat diterapkan dalam berbagai kondisi
pembelajaran dan semua jenjang pendidikan. Ssebagai contoh, anak tidak hanya
dituntut untuk mengingat proses menanam tapi bisa juga dibuat pembelajaran
dengan praktik berkebun, dll.
Maka tujuan pendidikan untuk mengasah nalar murid dapat terwujud,
sebagai bekal pengembangan pendidikan dan budi pekerti.
RESUME MODUL 3 :

MENDAMPINGI MURID DENGAN UTUH DAN MENYELURUH

1. Kodrat Murid
1) Kodrat keadaan
Kodrat keadaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pendidikan
murid. Kodrat keadaan terbagi dalam dua yaitu kodrat alam dan kodrat
zaman
a). kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana
mereka berada, contoh : murid dengan kodrat alam perkotaan sejatinya
dilihat sebagai bagian dari masyarakat perkotaan, maka pembelajaran
yang diterima murid sebaiknya mampu membantu mendekatkannya
dengan konteks (kodrat alamnya).
b). kodrat zaman adalah bagian dasar Pendidikan murid yang berhubungan
dengan “Isi” dan “Irama”. Isi dan irama dalam Pendidikan sangat dinamis,
muatan Pendidikan dan cara belajar akan terus berubah. Sebagai contoh :
Pendidikan pada masa kemerdekaan tentu berbeda dengan Pendidikan di
abad 21, maka kita sebagai pendidik bergegas beradaptasi terhadap kodrat
zaman untuk membantu murid mencapai selamat dan Bahagia. Tentu
perubahan zaman tidak dapat dihindari, dan memunculkan kegelisahan
tertentu, seperti kemajuan pesat teknologi membuat cara belajar dan
berinteraksi murid juga berubah, jika hal ini tidak dapat diikuti guru
dengan baik maka murid-murid tidak mampu hidup berdampingan dengan
perubahan zaman.
Pada saat ini informasi begitu dengan cepatnya bergerak, dan
tentunya tidak dapat kita hindarkan, yang dapat kita lakukan sebagai
pendidik adalah membantu anak untuk menemukan kecakapan berpikir
kritis dala menerima dan merespon informasi. Penanaman budaya kearifan
local yang logis, dapat membantu murid menjadi bijak. Sehinggap adopsi
muatan dan konten pengetahuan menjadi selaras dengan nilai-nilai social
budaya di Indonesia.
Untuk mewujudkan dan menjaga itu semua diperlukan prinsip-
prinsip dalam melakjkan perubahan. Maka Ki Hadjar Dewantara
memunculkan istilah Asas Trikon (Kontinyu, Konvergen, dan
Konsentris).
• Kontinyu : Kemajuan kebudayaan merupakan keharusan
lanjutan langsung dari kebudayaan itu sendiri.
• Konvergen : kebudayaan menuju arah kesatuan
kebudayaan dunia (kemanusiaan)
• Konsentris : kebudayaan harus mempunyai karakteristik
dan sifat kepribadian sendiri sebagai pusatnya dalam
lingkungan kebudayaan dunia (kemanusiaan)
Maka dengan asas trikon ini kebudayaan bangsa Indonesia tidak akan
tertinggal, dan akan berjalan beriringan dengan budaya lain, dengan
memiliki ciri khasnya.

2) Kodrat Alam
Kodrat alam merupakan bagian dari dasar Pendidikan murid yang
berkaitan dengan “sifat”dan “bentuk”lingkungan dimana murid berada.
Salah satu instrument untuk pengembangannya adalah melalui Pendidikan
“tuntunan”. Pendidikan sebagai saah satu instrument pengembangan akal
budi sesuai kodrat alamnya.
Guru tidak dapat memisahkan murid dengan kondrat
lingkungannya, maka dari itu setiap murid pasti memiliki perbedaan dan
keunikan satu sama lain, sehingga murid berhak mendapatkan tuntunan
yang tepat sesuai dengan lingkungannya.
Guru harus menyesuaikan konteks oembelajaran yang relevan dengan
kondisi lingkungan dimana murid berada.
Sebagai contoh : murid yang tinggal di pesisir laut mendapatka
pembelajaran tentang bahaya yang mengancam ekosistem laut, dan
melakukan penelitian Bersama untuk menemukan berbagai cara merawat
dan menjaga lautnya seperti menanam mangrove, murid bisa mendapat
pengetahuan akan bahaya sampah plastic jika dibuang ke laut, dan
mengenalkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada di laut.
Kita sebagai pendidik sebaiknya membantu mendekatkan murid
dengan konteks kehidupannya, bukan menjauhkan dari konteks kehidupan
dan lingkungannya. Begitupun dengan potensi dari diri murid tersebut,
seperti potensi di bidang seni, musik ataupun Bahasa, guru sebaiknya
menuntun agar mereka dapat mencapai level maksimal sesuai dengan
kemampuannya. Metode dan pembelajaran juga disesuaikan agar murid
merasa leluasa dan menemukan pengalan-pengalaman belajar yang
bermakna. Sebagai contoh, murid yang memiliki potensi dalam bidang
seni diberi kesempatan untuk menyelenggarakan pertunjukan seni dengan
tema yang dikaitkan dengan peminatan murid, atau disesuaikan dengan
pembelajaran tertentu.
Ki Hadjar Dewantara mengingatkan bahwa “Dalam melakukan
pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala
kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya,
maupun hidup kemasyarakatannya jangan sampai meninggalkan segala
kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam
maupun zaman”.

3) Kodrat Zaman
Pendidikan bergerak sangat dinamis mengikuti perkembangan
zaman. kodrat zaman merupakan bagian dasar Pendidikan murid yang
berhubungan dengan “Isi” dan “Irama”. Sementara itu segala bentuk, isi
dan irama, yaitu cara mewujudkannya, hidup dan penghidupannya,
hendaknya selalu diseusaikan dengan asas-asas kebangsaan yang bernilai
dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan.
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan kita untuk menuntun murid
mencapai kekuatan-kekuatan kodratnya sesuai dnegan alam dan zaman
menggunakan Asas Trikon (Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris).
• Kontinyu artinya pendidik menuntun murid dengan
perencanaan dan pengembangan secara berkesinambungan
menyatu dengan alam masyarakat Indonesia untuk
mewariskan peradaban
• Konvergen artinya pendidik menuntun murid dengan
pemikiran terbuka terhadap segala sumber belajar
mengambil praktik-praktik baik dari kebudayaan lain, dan
menjadikan kebudayaan kita bagian dari alam universal.
• Konsentris pendidik menuntun murid berdasarkan
kepribadian, karakter dan budaya

Secara global Pendidikan saat ini ditekankan untuk menuntun anak


memiliki keterampilan abad ke 21 yaitu :

• Berpikir kritis dan solutif


• Kreatif dan inovatif
• Komunikasi
• Kolaborasi

Akan tetapi segala informasi global ini harus disaring dan diselaraskan
dengan budaya Indonesia sehingga isi dan irama Pendidikan berupa
konten muatan pengetahuan yang diadopsi selaras dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan konteks social budaya yang ada di Indonesia. Maka cara
mendidik pun harus dengan tuntutan zaman. Misalnya, guru membantu
mruid untuk merefleksikan diri sebagai proses mengenali dan melihat
kembali potensi dirinya, kemudian murid diajak untuk mengamati
keadaan sekolah yang lingkungannya, setelah itu murid menganalisis
permasalahan dan potensi yang muncul dari pengamatannya, ini adalah
contoh belajar berpikir kritis. Guru kemudian mengajak murid untuk
berkreasi dan merspon potensi dan isu yang terkoneksi dengan dirinya
melalui proses berproyek yang bisa mereka lakukan decara individu
maupun berkelompok, ini adalah bentuk belajar kreativitas dan kolaborasi.

Lalu murid mengomunikasikan hasil karya sesuai dengan


zamannya, seperti membuat pameran, sosialisasi, seminar, kepada public
atau audiens yang akan terdampak dari karyanya, ini adalah bentuk belajar
komunikasi.
Dengan pembelajaran tersebut, murid akan merasa lebih merdeka, dan
bertanggung jawab atas pengalaman belajarnya, bukan karena tuntutan
yang membelenggu kemerdekaannya.

2. Asas Trikon
Pendidikan bukan merupakan system yang besar yang hanya dilakukan oleh
pemerintah pusat, namun sekolah bahkan ruang kelas merupakan sebuah sistem
Pendidikan terkecil yang justru menjadi ujung tombak kesuksesan Pendidikan.
Penerapan pembelajaran bermakna bagi murid dengan asas trikon:
1) Kontinyu, pengembangan yang secara berkesinambungan dilakukan terus-
menerus dengan perencanaan yang baik.
Budaya, kebudayan, atau cara hidup bangsa bersifat kontinyu
(bersambung tak putus-putus), dan dalam perjalanannya akan terus
menerima pengaruh nilai-nilai baru. Proses pembelajaran sejatinya tidak
pernah putus, dan secara sadar proses belajar dilakukan sukarela

Pembelajaran sepanjang hayat :


• Memiliki kamuan belajar secara sukarela dan berkelanjutan
• Mengoptimalkan potensi diri
• Meningkatkan kualitas hidup secara berkesinambungan
• Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
masyarakat dan sosial
• Menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi
peluang
Motivasi internal, kemauan untuk belajar, rasa ingin tahu dalam
diri murid harus di stimulasi untuk memunculkan Self Regulatory
Learning atau kemampuan pengaturan kegiatan belajar sendiri. Sebagai
contoh dalam pembelajaran lingkungan hidup, guru dapat mengajak murid
untuk mengamati lingkungan sekitar, lalu guru dapat memberikan
pertanyaan pemantik diskusi seperti “Bagaimana lingkungan yang ia
amati berpengaruh terhadap hidupnya?” atau “Bagaimana ia berperan dan
berpengaruh terhadap longkungannya?”. Harapannya murid akan
menjawab dengan berbagai macam hal yang ia temukan disekitar, seperti
pohon, pot bunga, tempat sampah, atau bahkan menceritakan lingkungan
sekitar rumahnya. Proses dialog yang terjadi memberikan ruang kepada
murid untuk mengekspresikan rasa yang ia miliki dan temukan, kemudian
jika ada murid yang merasa tidak tertarik dengan lingkungan sekolah yang
sedang dikunjungi, guru bisa berdialog mengenai lingkungan seperti apa
yang ingin murid kunjungi dan menarik untuknya.

Peran guru :

• Menentukan tujuan yang dipelajari


• Memantau proses pembelajaran
• Membimbing murid untuk refleksi pengalaman belajar

2) Konvergen yaitu bersama bangsa lain mengusahakan terbinanya karakter


dunia sebagai kesatuan kebudayaan umat manusia sedunia, tanpa
mengorbankan nilai/identitas bangsa masing-masing
3) Konsentris artinya bersikap terbuka, tetapi kritis dan selektif terhadap
pengaruh kebudayaan di sekitar. Karna pada dasarnya tujuan utama
Pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal
sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri.
Walaupun Ki Hadjar Dewantara menganurkan kita untuk mempelajari
kemajuan bangsa lain, namun tetap semua di tempatkan secara konsentris,
dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.
Implementasi konsep Trikon bisa kita amati atau refleksikan dari apa yang sudah
terjadi dalam proses pembelajaran. Manajemen kelas yang mengatur berlajannya proses
pembelajaran. Perencanaan berkelanjutan menghasilkan pengelolaan perilaku,
lingkungan dan kurikulum berjalan efektif. Konsisten dalam menjalankan manajemen
kelas ini salah satu implementasi contoh implementasi asas kontinyu dalam Pendidikan.
Murid diberikan kemerdekaan untuk belajar bertanya dan mengembangkan potensinya.
Kesinambungan manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk
mengeksplor gagasan, ide, dan kreativitasnya. Metode pembelajaran yang disajikan
kepada murid bisa merujuk pada berbagai metode pembelajaran baik yang dikembangkan
didalam negeri maupun di luar negeri. Contohnya pembelajaran STEAM (Science
Technology Engineering Art Math), biasanya metode STEAM diartikan dengan
pembelajaran berteknologi tinggi, namun apabila kita menggunakan asas konsentris maka
pembelajaran dibuat dengan mengedepankan kearikan local seperti pembuatan fermentasi
tempe, pengolahan ikan asin, dll.
RESUME MODUL 4 :

MENDIDIK DAN MELATIH KECERDASAN BUDI PEKERTI

1. Budi Pekerti
Murid tidak hanya membutuhkan kecakapan kognitif saja tetapi juga
membutuhkan tuntunan yang dapat menumbuhkan budi pekerti dalam
kehidupannya.
Budi pekerti (watak) merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan, sehingga menimbulkan suatu tenaga. Budi
pekerti juga dapat dimaknai sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif) dan Rasa
(afektif) sehingga menghasilkan Karsa (psikomotor).
Sebagai contoh seorang yang memiliki budi pekerti jujur, tidak akan pernah
berbohong dan merasa terganggu apabila melihat orang tidak jujur dala
berprilaku. Maka disini kognitifnya adalah wawasan tentang kejujuran, kemudian
afektifnya perasaan gelisah/tidak nyaman saat melihat ketidakjujuran, dan
psikomotornya adalah berprilaku jujur.
Menurut Ki Hadjar Dewantara “Budi pekerti adalah kemampuan kodrat
manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan
menentukan karakter seseorang”. Bagian biologis adalah bagian yang
berhubungan dengan rasa, seperti rasa takut, cemas, gelisah, putus asa, tidak
percaya diri , senang, bahagia, kecewa, sedih, dsb. Lalu bagian Intelligible adalah
bagian yang berhubungan dengan kemampuan kognitif atau berpikir menyerap
pengetahuan.
Budi pekerti dapat terbentuk pertama kali dari lingkungan keluarga.
Kemudian sekolah merupakan lingkungan kedua dimana peserta didik dituntun
untuk mendapatkan kecerdasan budi pekerti, dibantu untuk memikirkan,
merasakan dan mempertimbangkan setiap perilaku yang akan ditampilkan. Watak
atau budi pekerti merupakan kodrat manusia, sehingga pendidik perlu memahami
dan dapat mendampingi tumbuhnya kecakapan budi pekerti murid dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dialami.
Sebagai pendidik tentu kita menemukan berbagai macam watak murid, menemani
proses pembelajaran, mendampingi tumbuhnya kcerdasan pikirnya dan
membantu murid menemukan budi pekerti atau watak baiknya.serta membantu
murid mengendalikan dan memperbaiki watak atau budi pekerti yang kurang baik.
Berikut 3 tahap dalam membentuk budi pekerti peserta didik:
1) Melatih keberanian berpendapat (akal)
2) Mengasah perasaan dan perilaku (rasa)
3) Memunculkan kehendak (karsa)

2. Teori Konvergensi dan Pengaruh Pendidikan


Teori konvergensi didasarkan atas 2 teori utama, yaitu:
1) Teori Tabularasa
Yang beranggapan bahwa peserta didik bagaikan kertas kosong yang
dapat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan
yang diinginkan oleh pendidik
2) Teori Negatif
Yang beranggapan bahwa peserta didik diibaratkan sebagai kertas yang
sudah penuh dengan tulisan dan coretan.

Kedua teori ini termasuk kedalam aliran daya Pendidikan. Namun


menanggapi dua teori tersebut Ki Hadjar Dewantara memiliki pandangan baru,
dimana “Kodrat manusia sebagai suatu kertas yang sudah terisi dengan tulisan-
tulisan yang samar dan belum jelas arti dan maksudnya.” Maka tugas pendidik
adalah membantu manusia atau individu untuk dapat menebalkan dan
memperjelas arti dan maksud tulisan samar yang ada di kertas tersebut dengan
tuntunan terbaik, itulah yang disebut sebagai Teori Konvergensi dari Ki Hadjar
Dewantara.

Pengaruh Pendidikan dalam membangun budi pekerti sangatlah besar,


dengan berbagai pemahaman mengenai kecerdasan budi pekerti anak-anak dapat
merubah perasaan negative yang ia miliki menjadi perasana yang positif, sehingga
peserta didik mampun mengendalikan tabiat asli (watak biologis) akan semakin
tersamarkan.dan menebalkan watak-watak baik murid yang akan mewujudkan
kepribadian dan berbudi pekerti baik.
RESUME MODUL 5 :

PENDIDIKAN YANG MENGANTARKAN KESELAMATAN DAN


KEBAHAGIAAN

1. Mengantarkan Murid Selamat dan bahagia


1) Selamat dan bahagia
Perspektif pendidik kadang tidak selalu sama dengan perspektif murid,
sebagai contoh metode ajar yang guru rasa dapat mudah dipahami anak ternyata
tidak sama dengan yang dirasakan anak, ada beberapa anak yang memang tidak
bisa menggunakan metode belajar tertentu.
Menyikapi hal tersebut sebagai pendidik sebaiknya kita tidak hanya
memberikan pengetahuan dan informasi saja, melainkan pendidik harus mampu
memberikan pemahaman tentang fungsi dan kegunaan materi pelajaran dalam
kehidupan.
Selain itu pendidik sebaiknya mengnal dan memahami kekuatan kodrat
anak, bahwa setiap murid dapat mengekspresikan dan membuat pemahamannya
sendiri dengan cara yang berbeda. Dalam menilai pemahaman murid, pendidik
sebaiknya tidak hanya menggunakan satu jenis alat pengukuran lalu
menyimpulkannya. Tetapi menggunakan alat pengukur lainnya untuk
merefleksikan pemahaman dari pengalaman belajarnya
Apa sesunggihnya fungsi Pendidikan ? fungsi Pendidikan adalah untuk
mengantarkan murid agar siap hidup dan memberikan kepercayaan kepada murid
bahwa di masa depan mereka akan mampu mengisi zamannya, demi mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.
Fungsi Pendidikan akan berjalan apabila hal-hal tersebut dilaksanakan:
• Setiap murid memiliki kodrat kekuatan/potensi-potensi yang berbeda
• Pendidikan hanyalah sebagai tuntunan
• Mendidik adalah menuntun murid untuk selamat dan bahagia
• Pendidik tidak dapat berkehendak atas kodrat kekuatan atau potensi murid
• Pendidik dapat memberikan daya upaya maksimal untuk mengembangkan
akal budi pekerti murid
• Pendidik membantu mengantarkan murid untuk merdeka atas dirinya
sendiri untuk kehidupan dna penghidupannya , memelihara dan menjaga
bangsa dan alamnya.
2) Sistem Among
Sistem Among singakatan dari Ing Ngarsa Sung Tulodho, Ing Madya Mangun
Karso, Tut Wuri Handayani :
• Ngarso Sung Tulodho (didepan memberi teladan)= Seorang guru haruslah
memahami secara utuh tentang apa yang dapat ia bantu kepada murid,
menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku.
• Ing Madya Mangun Karso (ditengah membangu kehendak) = Seorang
guru haruslah memberikan semangat, berswakarsa, dan berkreasi bersama
murid dengan membuka dialog dengan murid, berperan sebagai
narasumber dan penuntun
• Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan) = Seorang guru
tidak sekedar memberikan motivasi, tetapi juga saran dan rekomendasi
dari hasil pengamatannta, agar murid mampu mengekplorasi daya cipta,
rasa, karsa dan karyanya.

Sistem Among didasarkan pada dua hal :

1) Kodrat alam, sebagai syarat untuk mencapai kemajuan Pendidikan sesuai


dengan potensi murid
2) Kemerdekaan , sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakan
kekuatan lahir dan batin murid hingga dapat mencapai selamat dan
bahagia.

Dalam Bahasa jawa momong artinya merawat dengan penuh ketulusan dan penuh
kasih saying serta mentransformasikan kebiasaan-kebiasaan baik disertai dengan
do’a dan harapan.

Sementara Among memberikan contoh tentang baik dan buruk tanpa harus
mengambil hak murid agar bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin
yang merdeka sesuai dengan dasarnya.
Sedangkan ngemong adalah proses untuk mengamati, merawat dan menjaga agar
murid mampu mengembangkan dirinya, bertanggung jawab dan disiplin
berdasarkan nilai-nilai yang telah diperoleh sesuai dengan kodratnya.

3) Merdeka Belajar Abad 21


Pada abad 21 ini guru bukan satu satunya sumber pengetahuan, tetapi guru
berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Sumber-sumber pengetahuan sekarang
tersebar luas, seperti adanya mesin pencari yang bisa menyediakan beragam
informasi yang kita inginkan. Sehingga cara menuntun dan membimbing murid
sangatlah berbeda.
Sebagai fasilitator guru menempatkan murid menjadi subjek atau individu
aktif dalam pembelajaran untuk mencari dan membangun pemahamannya sendiri.
Peran guru sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi peserta didik dengan baik dan
benar agar murid membangun pemahaman secara maksimal.
Metode yang baik digunakan di abad 21 adalah pendekatan saintifik, yaitu
yang pertama ada fase mengamati, menanya, mencobam menalar dan
mengkomunikasikan.
Persaingan global dan mudahnya akses dan berhubungan dengan negara-
negara di dunia membuat guru harus terus berkembang dan tidak boleh lengah
dan merasa cukup. Tuntuntan pembelajaran abad 21:
• Menjadi pembelajar sepanjang hayat
• Membangun konteks diri serta identias sebagai suatu bangsa

Dengan demikian kita dapat membantu menyiapkan peserta didik yang


memiliki kepercayaan diri dalam berinteraksi dan berkolaborasi untuk
memecahkan masalah-masalah global.

Dalam abad 21 ini kemampuan memecahkan masalah, kemampuan


kognitif yang kompleks, kemampuan social emosinal menjadi hal yang sangat
penting, bukan hanya bagi murid melainkan bagi guru sebagai fasilitator
pembelajaran. Guru diharapkan menjadi contoh bagi murid, yang perlu
ditingkatkan juga adalah kemampuan literasi, dalam hal Bahasa, matematika,
sains, digital, finansial. Sehingga hal ini menjadi prasyarat wajib yang dikuasai
murid pada abad 21.

Kompetensi murid menjadi mandiri abad 21:

• Mengenali diri
• Mengidentifikasi apa yang diketahu dan tidak diketahui
• Strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

Dimana hal ini sesuai dengan pola pikir pembelajar (Growth mindset)
yaitu murid memiliki keyakinan untuk dapat terus berkembang dan berprestasi
dengan berusaha secara maksimal.hal tersebut dapat dibangun memalu
pembelajaran berbasi projek, dimana anak akan memiliki kompetensi berpikir
kritis (Critical Thinking), kreatif (Creativity), kolaborasi (Collaboration), dan
Komunikasi (communication).

2. Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Terbaik Murid


1) Membimbing murid, memperbaiki bangsa
Pembelajaran yang terpaku pada capaian nilai kognitif yang
sumatif akan berdampak pada motivasi belajar murid, standar nilai sering
dianggap sebagai capaian pembelajaran, maka jika anak mendapatkan
nilai yang buruk iya akan menilai dirinya telah gagal atau buruk dalam
belajar, dan tetunya hal ini sangat berdampak besar untuk melemahkan
potensi yang dimiliki murid. Sehingga baiknya bukan hanya penilaian
sumatif yang dipakai tapi juga harus menggunakan penilaian formatif
(penialain proses belajar.
Penilaian berupa angka dan ranking sebaiknya diubah dengan
system penilaian dan apresiasi yang tidak membuat harkat dan martabat
anak atau murid terkoyak, dan memahami tujuan penilaian atau
pengukuran. Penilaian atau pengukuran dimaksudkan untuk mengukur
hasil atau dampak dari implementasi pembelajaran dari sudut pandang
murid.
Paradigma bahwa murid yang sering bertanya adalah murid yang
tidak pintar harus diubah dengan murid yang sering bertanya adalah murid
yang aktif dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Pendidik juga harus
mendorong murid untuk mengembankan keterampilan kerjasama dan
gotong royong membantu murid lain yang mengalami kesulitan belajar.
Dengan demikian bukan hanya kecerdasan pikiran yang murid dapatkan,
melainkan juga, iya dapat mengembangkan kecerdasan social emosional
melalui pengalaman belajar sesuai dnegan kebutuhannya.

2) Peran keluarga, sekolah dan masyarakat


Dalam mewujudkan Pendidikan bagi murid secara maksimal,
peran keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat menjadi factor
penting yang saling berkesinambungan.
Keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak, memiliki peranan
yang cukup penting untuk mendidik, setelah itu sekolah memiliki peran
kedua untuk menuntun anak dalam memiliki wawasan yang luas, dan yang
ketiga adalah lingkungan masyarakat yang berfungsi dan memilki dampak
besar bagi perkembangan murid, karena disanalan murid berperan dan
berinteraksi langsung sebagai bagian dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai