Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nola Maharani

NIM : 2005230011
Kelas : PGSD 1 (PPG Prajabatan Gelombang I Tahun 2023)
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
LPTK : Universitas Negeri Jakarta

01.01.2-T1-7. Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Jawab :
Alasan saya menjadi guru karena pertama guru merupakan profesi yang sangat mulia

dimana guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa demi mencerdaskan anak bangsa. Kedua dari

kecil saya ingin bercita- cita menjadi guru karena berkat bimbingan guru saya dahulu waktu di

SD yang sangat sabar dan penyayang dalam membimbing membuat saya ingin seperti beliau.

Ketiga keluarga saya ada yang menjadi guru, membuat saya lebih yakin dan memantapkan diri

untuk menjadi guru karena saya bisa belajar dan sharing pengalaman dengan keluarga saya

yang menjadi guru. Keempat, pada dasarnya saya menyukai dunia anak- anak sehingga sangat

relevan apabila saya terjun didunia pendidikan, khususnya di SD karena dengan menjadi guru

SD saya bisa terjun langsung ke dunia anak- anak dan berinteraksi dengan anak untuk

memberikan pembelajaran tidak hanya kognitif saja akan tetapi pendidikan karakter peserta

didik. Kelima, saya ingin berkontribusi dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas di

Indonesia dengan menjadi guru dan mencetak generasi anak yang lebih baik sesuai dengan

kemampuan dan karakter setiap anak. Strategi yang saya lakukan untuk mewujudkan motivasi

tersebut yaitu dengan berkuliah jurusan S1 PGSD untuk hasil yang maksimal dan tepat waktu,

mengikuti pelatihan seminar/ workshop tentang pendidikan dan belajar sharing pengalaman

dengan teman yang berprofesi guru untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang luas.

Dengan menjadi guru diharapkan dapat memenuhi kebutuhan siswa saat belajar terutama siswa

yang mengalami kesulitan belajar.

Kemudian perkembangan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Pra Sejarah,

Hindu Budha, Kolonial hingga saat ini. meskipun Indonesia sudah merdeka, tapi kenyataannya

masih ada belenggu-belenggu yang mengganggu kemerdekaan peserta didik dan guru didalam

praktik pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Sehingga masalah ini menjadi penghambatan

untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Jika dibandingkan dengan pelaksanaan pendidikan


dahulu dan saat ini, pendidikan sekarang sudah lebih mementingkan kualitas dan berpedoman

pada UU Sisdiknas dan hasil pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saat ini pemerintah

sudah mengupayakan untuk memerdekaan peserta didik melalui paradigma baru dalam proses

pembelajaran.

Melalui mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia ini saya mendapatkan pemahaman dan

pengalaman baru terkait nilai-nilai filosofi Ki Hajar Dewantara. Gagasan yang dikemukakan Ki

Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yang memperhatikan kodrat peserta didik dan

mempertimbangkan aspek keseimbangan cipta, rasa, dan karsa. Yaitu pendidikan yang tidak

hanya mengedepankan pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan berfikir dan

kecerdasan batin. Pemahaman baru inilah yang menjadi refleksi diri saya untuk mengajar

disekolah nanti. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik

dalam pendidikan abad ke-21 ini, yang akan saya praktekan dalam praktik PPL di sekolah mitra

nantinya.

Menjadi guru pada abad 21 ini sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya,

dikarenakan ilmu hari ini sangat mudah di peroleh dan di akses oleh siswa dikehidupan sehari-

hari, artinya sekolah hari ini bukanlah satu-satunya sumber ilmu yang didapatkan oleh siswa.

Menjadi guru hari ini, dimana seorang guru harus dapat menguasai banyak hal, salah satunya

yaitu bagaimana seorang guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang berpihak kepada

siswa dan dapat membimbing siswa untuk dapat terkontrol agar ilmu yang diperoleh dari dalam

sekolah atau luar sekolah dapat berdampak positif bagi siswa dan msyarakat banyak. Guru hari

ini harus fleksibel terkadang kita menjadi mentor di kelas dan terkadang kita menjadi teman

bicara yang hangat ketika di luar kelas, hal-hal tersebut harus di kuasai oleh guru pada generasi
z sekarang agar dapat menciptakan hubungan harmonis dan kepercayaan antara guru dan murid

sehingga berdampak pada proses pembelajaran dikelas.

Secara tidak langsung kita menyadari atau tidak menyadari bahwa perjalanan pendidikan

di indonesia terus bergerak seiring perkembangan zaman dari keadaan pendidikan yang sangat

memprihatinkan hingga keadaan pendidikan yang sangat menyenangkan bagi siswa dan

kemudahan menempuh pendidikan hari ini sangat jauh berbeda dengan zaman masa kolonial

dahulu seperti kata Ki Hadjar Dewantara “ setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi

sekolah”, kondisi inilah yang kita alami sekarang di dunia pendidikan.

Pada zaman kolonial sangatlah terbatas, hanya anak-anak bangsawan yang disekolahkan

untuk mempersiapkan mereka menjadi tenaga ASN di kantor pemerintahan sedangakan rakyat

biasa hanya dididik untuk membantu pemerintahan hindia belanda dalam perdagangan mereka,

dimana hanya didik untuk tahu membaca, menulis dan berhitung yang sangat sederhana.

Semenjak dahulu sampai dengan sekarang ini pemikiran Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan

dengan pendidikan bahkan banyak diadopsi oleh negara-negara lain diluar sana.

Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Beiau

membedakan kata pendidikan dan pengajaran. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan

pendidikan yaitu menuntut segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat

menciptakan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai manusia

maupun sebagai anggota masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara Budi pekerti terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi itu

sendiri terdiri dari cipta, rasa dan karsa sedangkan pekerti adalah tenaga sehingga pendidikan

yang diharapkan adalah bagaimana nantinya anak didik kita memiliki pemikiran yang tajam,

perasaan yang halus dan mampu bergerak untuk menghasilkan sebuah karya sesuai dengan
makan dan minat mereka serta perkembangan zaman. Begitu banyak pemikiran-pemikiran yang

relevan dari bapak Ki Hajar Dewantara, misalnya kurikulum merdeka mengenai perkembangan

aspek keterampilan, kopetensi dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa indonesia. Ki Hajar

Dewantara menekankan anak didik harus memiliki budi pekerti agar mampu mencapai

keseimbangan hidup yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai