NIM : 2005230011
Kelas : PGSD 1 (PPG Prajabatan Gelombang I Tahun 2023)
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
LPTK : Universitas Negeri Jakarta
Jawab :
Alasan saya menjadi guru karena pertama guru merupakan profesi yang sangat mulia
dimana guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa demi mencerdaskan anak bangsa. Kedua dari
kecil saya ingin bercita- cita menjadi guru karena berkat bimbingan guru saya dahulu waktu di
SD yang sangat sabar dan penyayang dalam membimbing membuat saya ingin seperti beliau.
Ketiga keluarga saya ada yang menjadi guru, membuat saya lebih yakin dan memantapkan diri
untuk menjadi guru karena saya bisa belajar dan sharing pengalaman dengan keluarga saya
yang menjadi guru. Keempat, pada dasarnya saya menyukai dunia anak- anak sehingga sangat
relevan apabila saya terjun didunia pendidikan, khususnya di SD karena dengan menjadi guru
SD saya bisa terjun langsung ke dunia anak- anak dan berinteraksi dengan anak untuk
memberikan pembelajaran tidak hanya kognitif saja akan tetapi pendidikan karakter peserta
didik. Kelima, saya ingin berkontribusi dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas di
Indonesia dengan menjadi guru dan mencetak generasi anak yang lebih baik sesuai dengan
kemampuan dan karakter setiap anak. Strategi yang saya lakukan untuk mewujudkan motivasi
tersebut yaitu dengan berkuliah jurusan S1 PGSD untuk hasil yang maksimal dan tepat waktu,
mengikuti pelatihan seminar/ workshop tentang pendidikan dan belajar sharing pengalaman
dengan teman yang berprofesi guru untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang luas.
Dengan menjadi guru diharapkan dapat memenuhi kebutuhan siswa saat belajar terutama siswa
Kemudian perkembangan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Pra Sejarah,
Hindu Budha, Kolonial hingga saat ini. meskipun Indonesia sudah merdeka, tapi kenyataannya
masih ada belenggu-belenggu yang mengganggu kemerdekaan peserta didik dan guru didalam
praktik pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Sehingga masalah ini menjadi penghambatan
pada UU Sisdiknas dan hasil pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saat ini pemerintah
sudah mengupayakan untuk memerdekaan peserta didik melalui paradigma baru dalam proses
pembelajaran.
Melalui mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia ini saya mendapatkan pemahaman dan
pengalaman baru terkait nilai-nilai filosofi Ki Hajar Dewantara. Gagasan yang dikemukakan Ki
Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yang memperhatikan kodrat peserta didik dan
mempertimbangkan aspek keseimbangan cipta, rasa, dan karsa. Yaitu pendidikan yang tidak
kecerdasan batin. Pemahaman baru inilah yang menjadi refleksi diri saya untuk mengajar
disekolah nanti. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik
dalam pendidikan abad ke-21 ini, yang akan saya praktekan dalam praktik PPL di sekolah mitra
nantinya.
Menjadi guru pada abad 21 ini sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya,
dikarenakan ilmu hari ini sangat mudah di peroleh dan di akses oleh siswa dikehidupan sehari-
hari, artinya sekolah hari ini bukanlah satu-satunya sumber ilmu yang didapatkan oleh siswa.
Menjadi guru hari ini, dimana seorang guru harus dapat menguasai banyak hal, salah satunya
yaitu bagaimana seorang guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang berpihak kepada
siswa dan dapat membimbing siswa untuk dapat terkontrol agar ilmu yang diperoleh dari dalam
sekolah atau luar sekolah dapat berdampak positif bagi siswa dan msyarakat banyak. Guru hari
ini harus fleksibel terkadang kita menjadi mentor di kelas dan terkadang kita menjadi teman
bicara yang hangat ketika di luar kelas, hal-hal tersebut harus di kuasai oleh guru pada generasi
z sekarang agar dapat menciptakan hubungan harmonis dan kepercayaan antara guru dan murid
Secara tidak langsung kita menyadari atau tidak menyadari bahwa perjalanan pendidikan
di indonesia terus bergerak seiring perkembangan zaman dari keadaan pendidikan yang sangat
memprihatinkan hingga keadaan pendidikan yang sangat menyenangkan bagi siswa dan
kemudahan menempuh pendidikan hari ini sangat jauh berbeda dengan zaman masa kolonial
dahulu seperti kata Ki Hadjar Dewantara “ setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi
Pada zaman kolonial sangatlah terbatas, hanya anak-anak bangsawan yang disekolahkan
untuk mempersiapkan mereka menjadi tenaga ASN di kantor pemerintahan sedangakan rakyat
biasa hanya dididik untuk membantu pemerintahan hindia belanda dalam perdagangan mereka,
dimana hanya didik untuk tahu membaca, menulis dan berhitung yang sangat sederhana.
Semenjak dahulu sampai dengan sekarang ini pemikiran Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan
dengan pendidikan bahkan banyak diadopsi oleh negara-negara lain diluar sana.
Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Beiau
membedakan kata pendidikan dan pengajaran. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan yaitu menuntut segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
Menurut Ki Hajar Dewantara Budi pekerti terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi itu
sendiri terdiri dari cipta, rasa dan karsa sedangkan pekerti adalah tenaga sehingga pendidikan
yang diharapkan adalah bagaimana nantinya anak didik kita memiliki pemikiran yang tajam,
perasaan yang halus dan mampu bergerak untuk menghasilkan sebuah karya sesuai dengan
makan dan minat mereka serta perkembangan zaman. Begitu banyak pemikiran-pemikiran yang
relevan dari bapak Ki Hajar Dewantara, misalnya kurikulum merdeka mengenai perkembangan
aspek keterampilan, kopetensi dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa indonesia. Ki Hajar
Dewantara menekankan anak didik harus memiliki budi pekerti agar mampu mencapai