P
NIM : 2005230025
Kelas : PGSD 1 (PPG Prajabatan Gelombang I)
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
Alasan saya menjadi seorang guru adalah karena panggilan jiwa dan termotivasi oleh
guru saya ketika masih sd. Saya melihat guru sebagai profesi yang sangat mulia, seorang guru
dapat berbagi ilmu, pengetahuan, memberikan contoh yang baik, serta memberikan semangat
dan dorongan kepada siswa. Saya merasa senang ketika bertemu dengan siswa yang sangat
beragam. Dari siswa yang beragam tersebut saya belajar hal baru dan menjadi tantangan bagi
saya untuk bisa menciptakan suasana kelas yang kondusif, menarik, dan menyenangkan bagi
siswa. Saya juga ingin berpartisipasi dalam mencetak generasi penerus bangsa melalui
Pendidikan dan pengembangan diri. Menjadi guru sangat menyenangkan, seperti ketika saya
berhasil untuk menyelesaikan sebuah persoalan. Saya merasa senang ketika siswa bisa
memahami apa yang saya sampaikan, sehingga menjadi seorang guru dan mengajar di kelas
Kemudian perkembangan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Pra sejarah,
Hindu Budha, Kolonial hingga saat ini. meskipun Indonesia sudah merdeka, tapi kenyataannya
masih ada belenggu-belenggu yang mengganggu kemerdekaan peserta didik dan guru didalam
praktik pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Sehingga masalah ini menjadi penghambatan
dahulu dan saat ini, pendidikan sekarang sudah lebih mementingkan kualitas dan berpedoman
pada UU Sisdiknas dan hasil pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saat ini pemerintah
sudah mengupayakan untuk memerdekaan peserta didik melalui paradigma baru dalam proses
pembelajaran.
Melalui mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia ini saya mendapatkan pemahaman dan
pengalaman baru terkait nilai-nilai filosofi Ki Hajar Dewantara. Gagasan yang dikemukakan Ki
Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yang memperhatikan kodrat peserta didik dan
mempertimbangkan aspek keseimbangan cipta, rasa, dan karsa. Yaitu pendidikan yang tidak
kecerdasan batin. Pemahaman baru inilah yang menjadi refleksi diri saya untuk mengajar
disekolah nanti. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik
dalam pendidikan abad ke-21 ini, yang akan saya praktekan dalam praktik PPL di sekolah mitra
nantinya.
Menjadi guru pada abad 21 ini sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya,
dikarenakan ilmu hari ini sangat mudah di peroleh dan di akses oleh siswa dikehidupan sehari-
hari, artinya sekolah hari ini bukanlah satu-satunya sumber ilmu yang didapatkan oleh siswa.
Menjadi guru hari ini, dimana seorang guru harus dapat menguasai banyak hal, salah satunya
yaitu bagaimana seorang guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang berpihak kepada
siswa dan dapat membimbing siswa untuk dapat terkontrol agar ilmu yang diperoleh dari dalam
sekolah atau luar sekolah dapat berdampak positif bagi siswa dan msyarakat banyak.
Guru hari ini harus fleksibel terkadang kita menjadi mentor di kelas dan terkadang kita
menjadi teman bicara yang hangat ketika di luar kelas, hal-hal tersebut harus di kuasai oleh
guru pada generasi z sekarang agar dapat menciptakan hubungan harmonis dan kepercayaan
antara guru dan murid sehingga berdampak pada proses pembelajaran dikelas. secara tidak
langsung kita menyadari atau tidak menyadari bahwa perjalanan pendidikan di indonesia terus
bergerak seiring perkembangan zaman dari keadaan pendidikan yang sangat memprihatinkan
hingga keadaan pendidikan yang sangat menyenangkan bagi siswa dan kemudahan menempuh
pendidikan hari ini sangat jauh berbeda dengan zaman masa kolonial dahulu seperti kata Ki
Hadjar Dewantara “ setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”, kondisi inilah
Pada zaman kolonial sangatlah terbatas, hanya anak-anak bangsawan yang disekolahkan
untuk mempersiapkan mereka menjadi tenaga ASN di kantor pemerintahan sedangakan rakyat
biasa hanya dididik untuk membantu pemerintahan hindia belanda dalam perdagangan mereka,
dimana hanya didik untuk tahu membaca, menulis dan berhitung yang sangat sederhana.
Semenjak dahulu sampai dengan sekarang ini pemikiran Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan
dengan pendidikan bahkan banyak diadopsi oleh negara-negara lain diluar sana. Pendidikan
dan kebudayaan adalah satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Beiau membedakan kata
pendidikan dan pengajaran. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu
menuntut segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat menciptakan keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara Budi pekerti terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi itu
sendiri terdiri dari cipta, rasa dan karsa sedangkan pekerti adalah tenaga sehingga pendidikan
yang diharapkan adalah bagaimana nantinya anak didik kita memiliki pemikiran yang tajam,
perasaan yang halus dan mampu bergerak untuk menghasilkan sebuah karya sesuai dengan
makan dan minat mereka serta perkembangan zaman. Begitu banyak pemikiran-pemikiran yang
relevan dari bapak Ki Hajar Dewantara, misalnya kurikulum merdeka mengenai perkembangan
aspek keterampilan, kopetensi dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa indonesia. Ki Hajar
Dewantara menekankan anak didik harus memiliki budi pekerti agar mampu mencapai