Anda di halaman 1dari 6

Durasi : 

1 JP (45 menit)
Moda: Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus:  Peserta mampu membuat refleksi diri tentang pemikiran Ki


Hadjar Dewantara

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Kegiatan ini merupakan kegiatan pembuka dari seluruh rangkaian materi belajar di Program
Pendidikan Guru Penggerak. Pada kegiatan ini, Anda akan melakukan sebuah refleksi diri
sejauh mana Anda mengenal dan memahami Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
(KHD). Sejauh ini Anda sudah sering mendengar kata kata seperti budi pekerti, ing ngarso
sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani yang menjadi jiwa dari
pendidikan nasional. Oleh sebab itu, pada tahap awal ini, Anda akan berdialog dengan diri
Anda sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya
dengan peran Anda sebagai pendidik’.

Sebagai pemantik proses refleksi tersebut, mari kita ingat-ingat kembali pengalaman ketika
kita bersekolah. Jawaban pertanyaan berikut tidak perlu ditulis namun tetap perlu
dilakukan dengan sungguh-sungguh. 

1. Pengalaman apa yang membuat Anda menjadi rindu bersekolah, atau, pengalaman
apa yang membuat Anda kehilangan motivasi untuk bersekolah? (pilih salah satu)
2. Peristiwa apa yang membuat Anda merasa berkembang dan belajar sebagai seorang
pembelajar?
3. Siapa sosok guru yang menginspirasi Anda? 
4. Apa pengalaman yang berkesan bersama guru tersebut?   
5. Pernahkah Anda menduplikasi atau mengadaptasi yang dilakukan oleh guru tersebut
di kelas yang Anda ampu?

Selanjutnya, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di bawah


terkait pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD).

1. Tulisan Reflektif Kritis 


Buatlah sebuah tulisan reflektif kritis dengan jumlah minimum 300 kata dan maksimum
500 kata dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan panduan yang telah
disediakan. Pertanyaan panduan tulisan reflektif kritis Anda terkait konsep pemikiran
Pendidikan KHD:

 Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai
pendidikan dan pengajaran?
 Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan
konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus?
 Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki
kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?

*) Maknai dan hayati pilihan Anda menjadi guru dalam menuliskan tulisan reflektif-kritis.
Hindari perihal teknis seperti tidak tersedianya buku ajar bagi murid, masih berstatus guru
honorer dsb-nya. Fokus pada pilihan Anda menjadi guru. 2. Harapan dan Ekspektasi 

Ungkapkan Harapan dan Ekspektasi Anda terkait dengan pembelajaran pada modul ini.

 Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik
setelah mempelajari modul ini?
 Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah
mempelajari modul ini?
 Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
 Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD)
mengenai pendidikan dan pengajaran?  yang saya ketahui tentang pemikiran Ki
Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran adalah Tidak ada
keabadian dalam kehidupan manusia dan lingkungannya. Pengaruh alam dan
jaman adalah penguasa kodrat yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Anak-
anak adalah sebuah kehidupan yang akan tumbuh menurut kodratnya sendiri,
yaitu kekuatan hidup lahir dan hidup batin mereka (Dewantara I,2004). Maka, Ki
Hadjar menekankan arti penting memperhatikan kodrat alam dalam diri anak
semasa pendidikan. Artinya Pendidikan itu sudah setua usia manusia ketika
manusia mulai bertahan hidup dan mempertahankan hidup dengan membangun
peradabannya. Mendidik anak itu sama dengan mendidik masyarakat karena
anak itu bagian dari masyarakat. Mendidik anak berarti mempersiapkan masa
depan anak untuk berkehidupan lebih baik, demikian pula dengan mendidik
masyarakat berarti mendidik bangsa ( Dewantara I, 2004) 

 Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan
konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus? 

Relevansi Konteks pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan Pendidikan di


Indonesia saat ini masih belum terlihat sempurna dan masih perlu banyak
dorongan, motivasi, gerakan dan terobosan baru di dunia pendidikan terutama
dengan pendidikan saat ini yang mana kita dihadapkan dalam sebuah pandemi
Covid-19 yang mendunia, cara belajar, metode pembelajaran, strategi
pembelajaran yang kami lakukan dan terapkan di sekolah sudah berbagai cara
dan macam, akan tetapi hasil yang kami dapatkan jauh dari kata sempurna
karena kembali lagi terbenturna sarana, prasarana, media yang dimiliki anak
didik kami. sehingga semua itu terbentur dan sampai dengan saat ini kami masih
berusaha untuk tetap mencari cara dan jalan agar pembelajaran tetap
berlangsung dan selalu mengedeopankan pembelajaran melalui hati dan
pendekatan dari hati ke hati bersama anak didik kami dan orangtua/wali siswa di
sekolah kami.

 Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki


kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru? Belum, dan masih
banyak hal yang harus kami pelajari dan gali lagi, kami sebagai guru yang belum
mampu mencapai kata sempurna mendidik anak didik kami di sekolah walaupun
kami berusaha semaksimal mungkin untuk terus berusaha mendidik dan
mencerdaskan anak didik kami di sekolah, banyak hal yang harus kami pelajari
salahsatu nya dengan cara bergabung menjasi Calon Guru Penggerak dan
menjadikan kami guru yang terus mau belahar, belajar dan belajar lagi karena
nanti nya kami juga harus mendidik dan meneruskan ilmu pengetahuan yang
kami punya kepada anak didik kami di skeolah nanti.

 Harapan dan Ekspektasi 

Begitu besar harapan kami setelah mempelajari Modul ini, kami dapat menerapkan
seluruh konsep, filosopi dan peta fikiran pembelajaran Ki Hajar dewantara terutama di
kelas kami anntinya, dan berharap akan mendapatkan hasil yang maksimal, bukan
hanya dari hasil nilai kognitive akantetapi juga dari segi keterampilan anak didik kami
dan tentunya perubahan karakter dan budi pekerti anak didik kami , Ekspektasi kami
sebagai guru di dalam kelas sangat tinggi,pencapapian yang ingin kami dapatkan dari
seuruh anak didik kami, dan semoga setelahnyan kami mendalami, memahami konsep
pembelajaran Ki Hajar Dewantara ini dapat menjadikan kami guru yang haus akan ilmu
pengetahuan dan yang tak pernah pantang menyerah untuk selalu belajar dan belajar
lagi demi kemajuan keberhasilan dan ketuntasan belajar anak didik kami nantinya,

Pendidikan di Indonesia sekarang ini tentunya tidak terlepas dari peran bapak
pendidikan kita bapak Ki Hajar Dewantara yang kelahirannya kita peringati sebagai hari
pendidikan nasional setiap tanggal 2 Mei.

Dimulai dari didirikannya Bumi Putera pada tahun 1854 yaitu pendidikan pada zaman
kolonial belanda yang bertujuan hanya untuk mendidik calon-calon pegawai
pemerintahan dan rakyat diajarkan hanya sebatas membaca, menulis dan berhitung
seadanya, semua cuma bertujuan supaya membantu usaha dagang pemerintah Hindia
Belanda. Keadaan inilah yang mendorong Ki Hajar Dewantara menjadi tergelitik untuk
memperjuangkan nasib bangsanya, bahkan ketika KHD diasingkan ke Belanda karena
tulisannya yang banyak mengkritik kebijakan pemerintah Belanda pada waktu itu KHD
tetap aktif menulis dan tetap peduli dengan perjuangan pergerakan bangsanya. Selama
pengasingan di Belanda ini KHD menemukan suatu konsep pemahaman tentang
pendidikan yang kemudian diterapkannya ketika sudah kembali ke tanah air yaitu pada
tahun 1922 lahirlah pendidikan taman siswa di Yogjakarta sebagai pintu gerbang emas
kemerdekaan dan kebebasan budaya bangsa, dan sekaligus sebagai jiwa rakyat untuk
merdeka dan bebas dari pemerintahan kolonial Belanda.

Dalam memahami arti dan tujuan pendidikan, Ki Hajar Dewantara membedakan antara
pendidikan dan pengajaran. Menurut KHD, pengajaran ( onderwijs) merupakan bagian
dari pendidikan. Pengajaran itu sebagai proses dari pendidikan dalam memberikan
ilmu, dan pengajaran itu berguna untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan bathin.
Sedangkan pendidikan ( opvoeding ) adalah memberikan tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki oleh seorang anak agar ia mampu mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun
sebagai anggota masyarakat nantinya. Jadi menurut KHD (2009)….“Pendidikan dan
pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala
kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup
berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”

Pendidikan sebagi tempat menyemai benih kebudayaan dalam masyarakat. Sebagai


tempat untuk berlatih dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan
atau diwariskan. KHD percaya bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang
beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Oleh
sebab itu, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak, sehingga dapat memperbaiki perilakunya. Dalam hal ini seorang
pendidik lebih berperan sebagai pamong yang menuntun dan memberikan arahan
kepada anak, sehingga anak tidak salah jalan atau tidak salah dalam melangkah dan
membahayakan dirinya. terutama dalam pembelajaran di kelas, seorang ‘pamong’
dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaan dalam
belajar. Membimbing dan mendidik anak hendaknya sesuai dengan kodrat alam dan
kodrat zamannya, agar anak dapat memiliki budi pekerti yang luhur dan mulia.

Dalam menuntun perilaku anak agar memiliki budi pekerti yang luhur dan mulia maka
seorang pendidik dapat membimbing anak melalui berbagai cara dan metode atau
pendekatan, baik dengan menggunakan panca indera maupun dengan permainan
anak-anak, karena dengan permainan yang sesuai dapat memberikan kegembiraan
bagi anak, atau dengan kata lain mendidik sama artinya dengan menuntun dengan pola
pembelajaran yang menyenangkan dan pendidikan yang berpihak pada anak.

Tujuan utama pendidikan yaitu Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang khayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Kerangka filosofi Merdeka Belajar mengacu pada 7 Profil Pelajar Pancasila yakni
Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, Berakhlak mulia, Kreatif,
Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis dan Mandiri.

Agar tujuan utama pendidikan tersebut dapat tercapai dan Profil Pelajar Pancasila yang
diharapkan dapat terwujud pada tiap anak Indonesia, maka sebagi pendidik tentunya
berupaya melakukan tugas sesuai dengan semboyan pendidikan yang diajarkan oleh
KHD yaitu ” Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.”
Selanjutnya sebagi pendidik berupaya menerapkannya dalam proses pembelajaran
agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencerminkan pemikiran KHD maka seorang
pendidik itu sebaiknya selalu mengupayakan perubahan dan diharapkan yang berubah
adalah budi pekerti dengan cara mengolah pikiran dan perasaan serta kemauan dan
mengolah raga/tenaga, menciptakan pendidikan yang holistik dan seimbang dan
memandang setiap anak dengan penuh hormat, sehingga sebagai pendidik bebas dari
segala ikatan, memiliki hati yang suci ketika mendekati anak dan tidak meminta suatu
hak/balasan namun melakukan tugas mendidik dengan sikap melayani ( berhamba
pada anak). Berupaya menjadi teladan, memberikan semangat dan memberikan
dorongan kepada anak sesuai dengan trilogi pendidikan atau seperti semboyan dari
bapak Ki Hajar Dewantara.

Akhirnya semboyan dari KHD yaitu ” Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madya Mangun
Karso, Tut Wuri Handayani” dapat disimpulkan sebagai rangkuman dari keseluruhan
pemikiran KI Hajar Dewantara.

2. Budaya Positif di Sekolah

Sesuai dengan konsep pemikiran dari bapak Ki Hajar Dewantara bahwa seorang
pendidik itu harus dapat menuntun anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat
zamannya sehingga anak dapat memiliki watak atau karakter yang baik dan pada
akhirnya dapat membentuk perilaku yang baik pula. Dalam menuntun budi pekerti anak,
maka sebagai pendidik perlu berupaya menuntun anak dengan menerapkan budaya
positif di sekolah.

Untuk membangun budaya positif di sekolah maka sekolah perlu menyediakan


lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar anak dapat berpikir, bertindak dan
mencipta dengan secara merdeka, mandiri dan bertanggungjawab. Salah satu strategi
yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah.
Terkait dengan disiplin ini maka semua warga sekolah perlu menyamakan persepsi
tentang disiplin yang selama ini dikaitkan dengan kontrol yakni cara guru ketika
menghadapi anak dalam hal kedisiplinan.

Sebagai seorang pendidik tentunya akan berupaya untuk menanamkan disiplin positif
yang positif ini kepada anak didik, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar
budaya positif ini dapat diwujudkan di sekolah yaitu :

a. Disiplin Positif

Dalam menanamkan disiplin positif kepada anak sebaiknya dimulai dari diri anak sendiri
dengan pembiasaan disiplin diri dan disiplin waktu. Sebagai seorang guru yang
diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran dapat memberikan keteladanan terlebih
dahulu kepada anak sehingga dengan sendirinya anak menyadari dan dapat
membiasakan diri untuk dapat berdisiplin diri maupun disiplin waktu.

b. Posisi Kontrol Guru


Merupakan suatu posisi yang dapat digunakan oleh guru dalam memantau budaya
positif terhadap anak, khususnya dalam penanaman disiplin apakah sudah
sesuai/efektif atau belum serta menjadi referensi guru dalam menyelesaikan masalah
yang muncul di sekolah. Posisi kontrol guru antara lain sebagi Penghukum, Pembuat
Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. Idealnya sebagai guru dapat
menenmpatkan diri di posisi kontrol sebagai manajer dalam menyelesaikan
permaslahan di sekolah.

c. Kebutuhan Dasar Manusia

Sebagai guru dan murid merupakan pribadi yang unik dan tentunya sebagai manusia,
memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Kita menyadari bahwa apabila salah
satu kebutuhan tidak terpenuhi maka dapat saja menjadi suatu konflik dan
menimbulkan permasalahan. Kebutuhan dasar manusia diantaranya adalah bertahan
hidup, cinta dan kasih sayang, penguasaan, kebebasan dan kesenangan.

d. Keyakian Kelas 

Keyakinan Kelas hampir sama dengan kesefakatan kelas atau peraturan kelas yang
dibuat di kelas maupun di sekolah. Hanya saja dalam penyusunan keyakinan kelas
perlu mengutamakan kolaborasi dengan siswa sehingga keyakinan kelas yang dibuat
bersama dapat dilaksanakan secara konsisten dan sesuai dengan komitmen bersama.

e. Segitiga Restitusi

Segitiga Restitusi ini merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan, sehingga anak dapat kembali pada kelompoknya dengan
karakter yang lebih kuat dari sebelumnya. Penerapan segitiga restitusi diawali dengan
validasi tindakan yang salah, Menstabilkan identitas dan menanyakan keyakinan kelas.

Anda mungkin juga menyukai