Anda di halaman 1dari 5

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

CGP dapat melakukan koneksi antarmateri yang telah


sekolah yang berdampak pada murid.

1. Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?

      Perasaan saya sangat puas dan bangga menjadi CGP dimana saya menfdapat kesempatan
untuk mempelajari modul pamungkas yaitu modul 3.3 ini “pengelolaan program yang
berdampak positif pada murid”. Saya merasa tambah wawasan dan keilmuan dalam
mewujudkan kepemimpinan murid (student agency) dan membangun lingkungan yang
menumbuhkan kepemimpinan murid serta peran keterlibatan komunitas dalam membangun
student agency. Saya juga semakin paham Menyusun program/kegiatan skeolah yang
berpihak pada murid dan tentunya membangun student agency. Pada dasarnya murid
memiliki potensi yang dapat kita gali dengan menampung ide dan gagasan yang keluar dari
suara mereka, walaupun suara itu berupa gagasan yang mungkin dianggap remeh tetapi
dibalik hal tersebut dapat menjadikan kekuatan yang mengubah sesuatu menjadi lebih baik.
Sebelum mempelajari modul ini saya merasa bahwa dalam menyusun program/kegiatan
sekolah tidak perlu melibatkan murid, akan terapi setelah mempelajari modul 3.3 ini peran
murid sebagai student agency justru menjadikan suara, pilhan dan kepemilikan murid tumbuh
dengan baik sehingga murid lebih bertanggung jawab dengan program sekolah.

2. Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?

Filosofi Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran


yang berpusat pada murid,  kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang
mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan
kodratnya. Merdeka belajar merupakan tujuannya, menjadikan murid sebagai subyek
pembelajaran bukan sebagai obyek pembelajaran, karena sejatinya murid memiliki
kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar
mereka sendiri. Guru seyogyannya menumbuhkan kepemimpinan murid, sehingga murid
memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam proses
pembeajarannya sendiri. Kita sebagai guru harus menfasilitasi murid dengan membangun
lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid. Melalui student agency ini
maka akan mewujudkan profil pelajar Pancasila. Peran keterlibatan komunitas juga haarus
dibangun agar dapat  menumbuhkembangkan kepemimpinan murid di sekolah.

Guru dalam merencanakan suatu program/kegiatan sekolah yang berpihak pada murid
hendaknya memenuhi tahapan 5D/ BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali
mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) sehingga program yang terwujud akan
lebih tearah dan tertata. Konsep BAGJA hadir sebagai model manajemen perubahan yang
membantu mewujudkan murid merdeka belajar di sekolah. Konsep ini juga dikenal dengan
strategi 5D yaitu Define, Discovery, Dream, Design and Destiny. Define diartikan
pentingnya menentukan suatu arah dan tujuan dari program yang akan dilaksanakan. Hal ini
dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan utama yang dibuat untuk mengarahkan
kepada penelusuran hal-hal yang akan dilakukan. Discovery diartikan sebagai cara untuk
menemukan potensi terbaik yang dimiliki atau dikenal dengan tahap pencarian jati diri. Dapat
dilakukan dengan mengambil pelajaran pada peristiwa yang terjadi
sebelumnya. Dream diartikan dengan harapan, mimpi dan segala hal yang mungkin menjadi
cita-cita bersama melalui program yang direncanakan. Tentunya mimpi ini dapat dicapai jika
ada kolaborasi dan dukungan dari seluruh warga sekolah serta stakeholder yang
ada. Design merupakan rancangan langkah strategi untuk melaksanakan program. Strategi
yang efektif diperlukan untuk mencapai visi misi. Hal ini dapat dikembangkan ke hal-hal
positif yang menjadikan murid merasa aman, nyaman dan bahagia. Sehingga,
diperlukan Destiny atau cara membangun budaya melalui inovasi pembelajaran dan
kreativitas yang tinggi dalam model pembelajaran.

3. Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul
sebelumnya?

Keterkaitan yang dapat Saya lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya antara
lain sbb:

1. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara

Berdasarkan pada filosofi KHD bahwa Pendidikan adalah proses menuntun tumbuhnya
kodrat murid melalui penumbuhan murid merdeka, maka sebagai pemimpin pembelajaran,
pengelolaan program yang berdampak pada murid hendaknya bertujuan untuk merawat dan
menuntun tumbuhnya kodrat murid dengan merdeka belajar. Potensi dan suara murid dapat
tergali dengan baik sehingga menumbuhkan rasa memiliki/kepemilikan yang tinggi dalam
diri murid.

2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Pemanfaatan komunitas belajar praktisi hendaknya selalu bergerak dan menggerakkan semua
komponen Pendidikan untuk selalu aktif berpatisipasi dalam menunjang program
sekolah/kegiatan sekolah yang berpihak pada murid. Komunitas juga terlibat aktif dalam
membangun lingkungan yang menunjang program sekolah/kegiatan sekolah yang berpihak
pada murid. Dalam hal ini sebagai guru penggerak harus terus menggerakkan komunitas yang
selalu menumbuhkan lingkungan yang arif bijaksana dan menggali potensi murid sehingga
tumbuh menjadi student agency yang memiliki poin-poin komponen profil pelajar Pancasila.

3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Sesuai dengan visi guru penggerak, maka pemimpin pembelajaran harus dapat menciptakan
lingkungan belajar yang berpihak pada murid dan menjalankan rencana program sekolah
dengan dukungan para pemangku kepentingan (stake holder) dalam mendukung ekosistem
pembelajaran yang berpihak pada murid.

4. Modul 1.4 Budaya Positif

Pengelolaan program yang berpihak pada murid diharapkan dapat memberikan dampak
positif dengan terwujudnya budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif ini akan
memberi dampak positif pula bagi sekolah dan murid agar tumbuh kembang sesuai
kodratnya.

5. Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran


Berdiferensiasi

Penyusunan dan pengelolaan program/ kegiatan sekolah yang berpihak pada murid sesuai
dengan pemetaan kebutuhan belajar murid seperti kesiapan belajar murid, minat belajar dan
profil belajar murid. Pemenuhan kebutuhan belajar murid ini akan menjadikan murid menjadi
profil pelajar Pancasila.

6. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Penyusunan dan pengelolaan program/kegiatan sekolah yang tentunya berpihak pada murid
harus mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional yang mewujudkan keterampilan
sosial emosiaonal siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat sepenuhnya
mengembalikan kesadaran penuh (mindfullness) murid. Agar dalam melaksanakan program
sekolah, murid dapat merasa tenang, fokus, berempati, termotivasi dan memiliki sikap
tanggung jawab dalam menyuarakan suara, pilihan dan kepemilikan program.

7. Modul 2.3 Coaching

Coaching merupakan langkah yang sangat mendukung dalam menggali potensi/ide/gagasan


murid, hal ini dikarenakan melalui coaching murid dapat menemukan sendiri solusi atas
permasalahan yang dihadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada
murid. Dampak coaching adalah muncul tiga aspek student agency yaitu suara, pilihan dan
kepemilikan program oleh murid.

8. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Dalam penyusunan dan pengelolaan program sekolah maka melalui tahapan BAGJA, dimana
dalam setiap langkahnya harus ada kemampuan dalam pengambilan keputusan yang universal
dan berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran sebagai agen perubahan,  harus
mengambil keputusan yang bertanggung jawab yaitu keputusan yang diambil bersifat efektif
dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilakukan, tentunya keputusan tersebut
telah harus memperhatikan 3 prinsip berfikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan
melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Hal ini untuk mendorong rasa percaya diri, keselamatan dan kebahagiaan murid serta seluruh
pihak yang terlibat.

9. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 

Pengelolaan program yang akan dirancang selalu berprinsip pada kebermanfaatanya yaitu
mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pengelolaan program ini harus
didukung oleh identifikasi aset/ modal yang dimiliki oleh sekolah. Sehingga pemanfaatan dan
pengefektifan sumber daya menjadi prioritas yang perlu diperhatikan oleh seluruh
stakeholder yang ada.

Berdasarkan materi dalam modul 3.3 yang telah saya pelajari, kemudian saya kaitkan dengan
modul lain sebelumnya, maka sangatlah besar peran guru penggerak untuk senantiasa
tergerak, bergerak dan menggerakkan komunitas praktisi sekolah dalam mengembangkan
sebuah program yang berpihak dan berdampak pada murid. Guru penggerak juga harus
senantiasa meningkatkan kualitas belajar murid melalui pengelolaan program yang
berdampak pada murid agar tumbuh sikap mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif menuju
murid merdeka belajar dan berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila.

 Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah
perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana
seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif
pada murid?

Setelah melihat keterkaitan antara modul dalam CGP ini hingga terakhir adalah modul 3.3
ini, maka terbersit dalam diri saya selaku CGP bahwa semua modul terangkai dengan baik
dan tujuan akhirnya adalah CGP lebih matang dalam menjadi agen perubahan dalam
memberikan arah terwujudnya visi Pendidikan Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan Ki
Hajar Dewantara dalam filosofi Pendidikan.. CGP harus mampu merancang dan menyusun
program yang berdampak positif dan berpihak pada murid. CGP berperan penting dalam
menumbuhkan student agency di sekolah.

dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang


program

Dalam praktiknya, guru melibatkan murid dalam penyusunan program melalui tahapan
BAGJA, pelaksanaanya melibatkan murid dan dievaluasi melalui 9 langkah pengujian dalam
pengambilan keputusan. Guru, komunitas dan murid juga membangun lingkungan yang dapat
mewujudkan student agency di sekolah. Dalam aksi nyata saya nanti maka kedepan saya akan
membuat program ekstrakurikuler “Satu Minggu Satu Karya Mading Digital SD N
Wonorejo” mengingat asset/kekuatan sekolah yang sangat mendukung program ini. Program
ekstrakurikuler “Satu Minggu Satu Karya Mading Digital” dilaksanakan setiap hari Sabtu
pukul 13.00-14.30 WIB dengan pembentukan tim literasi dari murid kelas 6. Setiap murid
dari kelas 1-6 wajib membuat karya tulisan yang akan diunggah di mading digital pada giat
ekskul melalui web sekolah: www.sdnwonorejojaya.sch.id. Sebelum diunggah masing-
masing karya harus melalui tim editor terlebih dahulu, dalam program ini murid kelas 6
sebagai tim literasi SD N Wonorejo. Setelah tahap editing selesai maka karya murid diunggah
oleh admin website ke madding digital. Guru pembimbing melakukan pengecekan dan
memberi nilai karya murid melalui website. Wali murid dan murid lain juga dapat memberi
umpan balik karya melalui website dan memberi saran/ide/masukan terhadap karya. Tujuan
program ini adalah meningkatkan kemampuan literasi murid baik literasi tulis maupun literasi
digital serta program ini dapat menjadi branding sekolah literasi digital SD N Wonorejo.
Program ini dipilih dilatarbelakangi oleh rendahnya kemamuan literasi murid SD N
Wonorejo berdasarkan data rapor Pendidikan sekolah. Hal ini menjadikan kami memilih
program ekstrakurikuler ini guna meningkatkan kemampuan literasi murid.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Hal ini membuat saya mendapat pengalaman luar biasa dapat mempelajari tuntas dari modul
1 hingga modul 3 dalam CGP. Saya semakin mantap untuk menjadi guru penggerak. Emosi
awal belajar dari down menjadi lebih percaya diri hingga tuntas menjalankan aksi nyata di
setiap modul. Saya merasa sudah terlibat aktif dalam komunitas dan melalui CGP ini saya
membawa perubahan di sekolah saya yaitu SD N Wonorejo. Terbukti 90% peningkatan
drastis dari tidak ada program sekolah sekarang menjadi banyak program sekolah yang
berdampak bagi murid, dari pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran berdiferensiasi
yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Hal yang perlu saya perbaiki ke depan adalah
saya akan terus semangat belajar melalui PMM dan sumber belajar lainnya. Keterkaitan
terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi saya adalah modul CGP ini membuat saya
lebih matang secara emosional dan sosial dalam menghadapi situasi keguruan di lapangan.
Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Implementasi dalam konteks CGP saya merasa mudah mengimplemantasikan setiap modul
dalam CGP ini dikarenakan penyajian materi disajikan secara komprehensif. Saya kadang
bertanya dalam benak saya di setiap modul saya juga mneuliskannya dalam tahap elaborasi
pemahaman pertanyaan kritis saya dan saya memahami Kembali modul serta menggali lebih
jauh materi yang masih menimbulkan pertanyaan bagi saya. Saya juga selalu mengolah
materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru di
setiap modul. Dalam penyusunan program sekolah saya selalu menganalisis tantangan yang
sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah) di area SD N
Wonorejo. Jika muncul tantangan saya juga memunculkan alternatif solusi terhadap
tantangan yang diidentifikasi. Tak lupa saya juga melibatkan pemangku kepentingan dalam
menghadirkan solusi akan tantangan yang saya hadapi.

Membuat keterhubungan

Pengalaman masa lalu yang membuat saya belum menjadi sosok guru sepenuhnya, membuat
saya terus belajar dan terus belajar. Justru dari masa lalu saya belajar dan mneggali potensi
diri untuk menjadikan masa depan yang up to date sesuai perkembangan kurikulum yang ada.
Yang tadinya saya menyajikan pembelajaran konvensional, sekarang setelah menjadi CGP
yang akan menjadi GP, saya semakin banyak wawasan dan insight baru untuk menjadi agen
perubahan membawa kemajuan kea rah yang lebih baik. Tentunya keterkaitan seluruh modul
akan saya implementasikan di masa kini dan yang akan dating. Melalui penyusunan program
yang berpihak dan berdampak bagi murid, maka saya akan membentuk student agency yang
akan tumbuh sesuai kodratnya. Segala konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul
lain yang telah saya pelajari akan saya terapkan di sekolah secara konsisten dan amanah,
segala aksi nyata yang saya lakukan ini juga masih berjalan dan membawa kemajuan sekolah
tentunya. Kepercayaan wali murid dan masyarakat meningkat. Saya juga selalu mengupgrade
diri untuk selalu menggali informasi yang didapat dari orang atau sosok inspiratif, atau
sumber lain di luar bahan ajar PGP setiap mempelajari modul di CGP ini.

Anda mungkin juga menyukai