Anda di halaman 1dari 6

Koneksi Antarmateri - Modul 3.

3
1. Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?
Alhamdulillah, setelah serangkaian kegiatan Pendidikan guru penggerak angkatan V
yang saya jalani selama ini, dari modul 1 hingga modul 3, ada beberapa kesan dan
perasaan yang menyelimuti jiwa keguruan saya, diantara perasaan yang saya rasakan
sampai saat ini yaitu :
modul 3.3 adalah modul pamungkas pada Pendidikan guru penggerak, yang membahas
tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Saya bersyukur telah
menjadi calon guru penggerak yang memperoleh kesempatan emas dalam
mengembangkan kompetensi sebagai seorang guru dan dapat menularkan ilmu yang
saya dapati selama mengikuti PGP ini, dari tergerak dan bergerak kemudian
menggerakkan di komunitas sekolah tempat saya mengabdi dalam rangka mewujudkan
generasi emas bangsa ini, para calon pemimpin bangsa dan asset berharga yang harus
dikembangkan potensinya serta asset bangsa yang harus dijaga.
Wawasan saya yang bertambah luas karena menerima cakrawala baru dari Instruktur,
fasilitator, pengajar praktik serta rekan-rekan sesama Calon Guru Penggerak . hal-hal
baik yang saya dapati, praktik baik yang saya lakukan serta aksi nyata yang berharap
dapat berdampak pada komunitas dan lingkungan sekolah.
Banyak hal yang saya dapatkan dari pembelajaran modul 3 Pendidikan Guru
Penggerak , diantaranya adalah perubahan paradigma dalam pengambilan keputusan
dari yang selama ini dilakukan pendekatan berbasis masalah (defisit based) sekarang
sudah bergeser kepada pendekatan berbasis aset. Sebelum saya mengikuti Pendidikan
Guru Penggerak, yang menjadi corong dalam sebuah tindakan adalah masalah, murid
yang sering melanggar tata tertib disekolah selalu menjadi sorotan negative,
menebalkan sisi keburukan murid tersebut, yang seharusnya menyamarkan sisi buruk
si murid. Kita sering melupakan murid yang memiliki sikap baik dan prestasi.
Pemanggilan orang tua murid seringkali membahas “masalah” sang anak/murid
tersebut. Jarang sekali sekolah memanggil orang tua murid untuk membahas tentang
prestasi yang telah dicapai oleh anak/murid tersebut. Setelah saya mempelajari modul
3 masalah tidak lagi menjadi focus utama dalam pengambilan keputusan. Karena
disetiap masalah juga ada aspek positifnya. Karena dibalik masalah pasti adalah
kelebihannya yang bisa dijadikan menjadi suatu aset. Dan kita harus bisa memandang
semua hal kearah yang positif.  Dan setelah saya menerapkan ini, saya merasa kekuatan
yang saya miliki untuk merancang sebuah keputusan atau program yang berdampak
positif pada murid itu bisa kita lakukan asalkan didasari sudut berpikir positif tentang
suatu kelebihan yang menjadi aset kita.
2. Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?
Modul ini menyajikan beberapa situasi yang memberikan inspirasi bagi saya mengenai
kegiatan yang mengandung kepemimpinan murid. Gambaran situasi ini memberikan
inspirasi bagi saya untuk menciptakan kepemimpinan murid dalam kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler ataupun ekstrakurikuler. Karakteristik lingkungan yang
dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
Suatu komunitas pendidikan harus optimis mengelola sumber daya dan aset yang
dimiliki sebagai suatu kekuatan / potensi sekolah. Masalah atau kekurangan yang
dimiliki oleh suatu sekolah tidak lagi menjadi hambatan untuk memajukan pendidikan
dan mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid. Namun focus
suatu masalah adalah kebiasaan yang sudah membudaya dan untuk mengubah sebuah
kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, sehingga butuh proses belajar, butuh
kolaborasi dan pemahaman yang matang antar civitas akademik sekolah. Jika pola pikir
yang positif sudah tertanam antar civitas akademik sekolah maka sebuah perubahan
yang postif juga akan mudah direalisasikan. Dan program yang berdampak positif pada
murid akan mudah terlaksana

Program sekolah adalah merupakan sebuah perencanaan yang dibuat oleh sekolah
dalam upaya untuk mengembangkan dan memajukan keberadaan sekolah dimana
perencanaan tersebut disusun bersama oleh semua komunitas sekolah dan sebisa
mungkin dapat dilaksanakan oleh semua komponen sekolah yaitu kepala sekolah, guru,
murid dan orang tuadan bahkan warga yang ada disekitar lingkungan sekolah.

Tujuan program sekolah dibuat tentunya mempunyai arah dimana kelak sekolah
mengalami perubahan-perubahan yang baik dan positif. Yang menjadi tujuan utama
sebuah program sekolah di buat adalah bagaimana dampak dan pengaruhnya pada
proses pembelajaran dan perilaku yang akan diharapkan dihasilkan oleh murid.
mengacu pada pertanyaan diatas dan sekaligus juga merupakan sebuah pertanyaan
maka pada pembahasan pokok pada materi di modul ini adalah seperti apa yang telah
dikatakan oleh seorang Ki Hadjar Dewantara “ maksud pengajaran dan pendidikan yang
berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai
anggauta persatuan”. Dimana pada kalimat tersebut ada sebuah irisan yang bermakna
bahwa tujuan sebuah pendiddikan adalah bagaimana memberikan peluang bagi setiap
murid yang merupakan anggota dari komunitas sekolah untuk dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya sebagai sumber daya atau aset yang dapat memberi kontribusi
nyata bagi komunitas sehingga segala keterlibatan murid di dalam setiap proses
pengembangan sekolah dapat berperan dan ikut serta di dalam kegiatan atau program
sekolah yang dirancang dan dibuat. Inti dan poko pada pembahasan modul ini adalah
bagaimana sekolah membuat sebuah program yang dapat memberdayakan seluruh
potensi dan kekuatan yang ada disekolah tersebut dan kemudian dilaksanakan secara
bersama-sama dengan berfokus pada pengembangan karakter dan perilaku murid
sehingga hasil yang diharapkan nanti adalah memiliki dampak pada perubahan murid
itu sendiri.
3. Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul
sebelumnya?

Materi dalam modul ini memiliki kaitan dengan pembahasan materi pada modul-modul
sebelumnya seperti pada pembahasan materi pada modul pemimpin dalam pengelolaan
sumber daya dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. pada
pembahasan di kedua modul tersebut merupakan pengantar bagaimana kita dapat
membuat membuat program-program sekolah yang berdampak pada murid. pada modul
tersebut kita di beri pemahaman bagaimana kita dapat melihat aset-aset yang dimiliki
oleh sekolah maupun lingkungan disekitar sekolah yang dapat dijadikan modal dalam
pengembangan sekolah. Terkait dengan modal dan aset yang dimiliki oleh sekolah
bagaimana sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengelola segala aset yang
ada tersebut untuk dipakai dan digunakan sebagai kekuatan dalam pelaksanaan sebuah
program di sekolah. Masih terkait pada pembahasan materi sebelumnya yaitu
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. bagaimana seorang pemimlin
dapat mengambil suatu keputusan yang tepat pada sebuah rencana atau program yang
akan dibuat. Menentukan sebuah keputusan merupakan hal yang sangat penting dalam
keberhasilan sebuah program. Segala pertimbangan yang diambil adalah kesemuanya
berpihak pada kebutuhan murid. sehingga penting bagi seorang pemimpin dapat melihat
potensi yang dimiliki oleh komunitas sekolah untuk dijadikan sumber daya yang dapat
diberdayakan dalam kemajuan sekolah lewat program-program yang di buat.
Sebagaimana filosofi dan paradigma pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah
menempatkan murid sebagai pusat dari pembelajaran. segala apa yang akan, sedang, dan
telah dilakukan oleh sekolah semuanya adalah demi keberpihakan pada murid itu
sendiri. Termasuk setiap program yang dicanangkan oleh sekolah segala perencanaan
dan pengelolaannya dapat mengakomodasi semua kebutuhan murid yang ada di sekolah
tersebut.

Secara singkat saya coba mereview kaitan materi modul 3.3 dengan modul-modul
sebelumnya.
Modul 1.1 membahas filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru mempunyai peran
strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka
dapat bahagia dan selamat sebagai individu dan masyarakat. Adapun dalam mengelola
program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan
memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga
dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya
dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Dengan kita memahami kodrat murid
maka kita akan lebih mudah dalam merancang program yang berdampak positif pada
murid.
Modul 1.2 membahas nilai dan peran guru penggerak. Adapun nilai-nilai dari seorang
guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.
Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk
mewujudkan profil pelajar pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan
perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas,
namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program
sekolah yang berpihak pada murid.
Modul 1.3, Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid
dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA (Buat pertanyaan
utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi), dengan terlebih
dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau
potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang
berdampak pada murid. Dengan pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA kita dapat dengan
mudah merancang program yang berdampak positif pada murid, karena kita
melibatkan semua pihak dan melihat semua aset yang ada.

Modul 1.4, membahas tentang budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung
perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada
anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya
lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat
tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang
berdampak pada murid. Dn dengan pembiasaan budaya positif akan tercipta profil
pelajar pancasila
Modul 2.1, pada modul ini membahas tengang pembelajaran berdifernsiasi. seorang
guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pelayanan
terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi
atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan
pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap
kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. Dengan penerapan pembelajaran
berdiferensiasi kita memberi ruang kenyamanan dan kebahagian untuk murid dalam
belajar dan ini akan membuat guru nyaman dan bahagia dalam mengajar. Sehingga
terciptalah merdeka belajar.
Modul 2.2, Pada modul ini, seorang guru dilatih dan diasah untuk mampu
mengembangkan kompetensi sosial dan emosional pada diri murid. Dengan penerapan
pembelajaran KSE kita mengembalikan kesadaran diri secara penuh pada murid,
sehingga mereka tenang, focus, berempati, termotivasi dan bertanggung jawab. Teknik
mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang
didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar
dan budaya positif di sekolah.
Modul 2.3, membahas tentang praktik coaching yang merupakan sebuah teknik atau
strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi
yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang
dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada
murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya
murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai
tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.
Modul 3.1, membahas tentang pengambilan yang berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai
pemimpin.  Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat
mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar,
prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten ,
terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dan dalam mengambil
keputusan kita harus memperhatikan paradigma, prinsip dan 9 langkah pengujian
sehingga keputusan yang kita ambil tepat, cerpat dan berpihak pada murid.
Modul 3.2 Membahas tentang pengelolaan sumber daya, bahwa seorang guru sebagai
pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan
dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik.
Pendekatan berbasis aset akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh
sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah.
Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan
berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada
murid dapat terencana dengan baik.
Modul 3.3 membahas tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid.
Dengan memahami dan menerapkan semua modul dalam pendidikan guru penggerak
maka akan terciptalah program sekolah yang berdampak positif pada murid.

4. Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya


jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada
murid. Bagaimana seharusnya program-program  atau kegiatan sekolah harus
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut
dapat berdampak positif pada murid?

Setiap potensi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah perlu untuk diidentifikasi terlebih
dahulu untuk mengetahui kelebihan dan keunggulannya. Kekuatan dan potensi apa yang
dimiliki oleh setiap personal yang ada di sekolah. Dari hasil identifikasi tersebut maka
akan diperoleh data-data yang akurat tentang orang-orang yang memiliki kompetensi
yang dapat melaksanakan perannya sesuai dengan potensi dan keahliannya pada
bidangnya. Setelah dilakukan identifikasi maka selanjutnya adalah bagimana
mengefektifkan sumber daya yang telah tersedia itu yaitu dengan cara memberikan
tugas dan peran yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki agar nantinya
mereka dapat bekerja dengan mengarah pada tujuan program yang telah ditetapkan.

Awalnya saya mengira bahwa program yang menumbuhkembangkan kepemimpinan


murid hanya berupa kegiatan ekstrakurikuler. Setelah mempelajari modul ini,
kepemimpinan murid ternyata bisa dibangun dalam kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler. 
Guru hanya perlu membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, membuat inovasi
dalam kegiatan, membangun agency murid dengan menciptakan lingkungan belajar
yang menunjang. Saya juga menemukan bahwa ada miskonsepsi mengenai
kepemimpinan murid yang selama ini difahami. Diantaranya yaitu cara pandang saya
terhadap student agency atau kepemimpinan murid. Agency bisa ditumbuhkan melalui
kegiatan sederhana yang memberikan keleluasaan bagi murid untuk memberikan suara
(voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership), dengan menciptakan lingkungan
yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Menjalin kolaborasi dengan
banyak pihak untuk membangun lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid.
Menggali impian dengan menggunakan BAGJA untuk membuat program yang
berdampak pada murid. Buat pertanyaan kritis yang bisa menggali impian untuk
membuat program yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 
Tantangan selanjutnya adalah membangun kolaborasi dengan banyak pihak.
Membangun relasi membutuhkan usaha yang cukup besar untuk meyakinkan orang lain
mengenai program yang telah direncanakan. Tidak semua orang memiliki pendapat
yang sama mengenai pembelajaran atau pun program yang berpihak pada murid. Perlu
memberikan pemahaman mengenai kepemimpinan murid, lingkungan positif yang
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid untuk menyamakan persepsi. 
Sumber-sumber dukungan yang saya miliki untuk membantu saya menyusun program
yang berdampak pada murid. Sumber yang dimiliki untuk menyusun program yang
berdampak pada murid yaitu tujuh modal utama sumber daya yang dimiliki sekolah.
Ketujuh modal utama tersebut bisa digunakan secara maksimal untuk mendukung
kegiatan yang bermanfaat bagi sekolah. 

Anda mungkin juga menyukai