Anda di halaman 1dari 3

3.2.a.8 Koneksi Antar Materi- Modul 3.

2
Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Nama CGP : Bagus Yugho Nugroho, S.Pd.


Kelas/Angkatan : 205/7

Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya erat kaitanya dengan bagaimana
seorang pemimpin yang bisa menggerakan atau mendorong komunitas/kelas untuk dapat
memberdayakan aset yang dimilikinya serta mampu membangun koneksi dari aset yang
dimiliki menjadi lebih dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan murid.

Lebih lanjut sebagai pemimpin juga seyogyanya memiliki kemampuan untuk mendorong
komunitas/kelas menjadi mandiri dalam hal menyelesaikan masalah/tantangan/hambatan
yang dihadapinya dengan memberdayakan aset /modal dan potensi masing- masing
sehingga keberadaan aset tersebut memiliki nilai berdaya guna demi kemajuan murid yang
berkelanjutan

Pemimpin pembelajaran juga harus memiliki kemampuan untuk memberdayakan aset yang
dimiliki baik di dalam kelas, sekolah, maupun masyarakat sekitar. Perlu diketahui bahwa
sekolah itu merupakan sebuah ekosistem yang dibangun dengan sengaja. Di dalam
ekosistem tentu berkaitan antara unsurnya didalamnya.

Dalam sebuah ekosistem tentu ada unsur hidup (Biotik) dan unsur tak hidup (Abiotik). Guru,
Kepala sekolah, orang tua, masyarakat termasuk kedalam unsur biotik, sedangkan
keuangan BOS, sarana dan prasarana sekolah. Unsur-unsur tersebut tentu memiliki potensi
yang dapat diberdayakan sesuai dengan fungsinya, peran pemimpin harus cerdas dalam
memberdayakan unsur dalam ekosistem tersebut.

Sebagai pemimpin keberadaan aset tersebut harus dapat dioptimalkan, misalnya untuk
pemanfaatan di kelas, seorang pemimpin harus mampu memberdayakan aset yang ada di
kelasnya guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik, kemudian di sekolah,
pemimpin harus mampu mengidentifikasi aset yang ada di sekolah kemudian merencanakan
strategi pemanfaatannya guna mencapai visi sekolah yang telah ditetapkan. Selain itu
pemimpin pembelajaran juga harus mengelola sumber daya baik dilingkungan sekolah
maupun di sekitar lingkungan dalam hal ini masyarakat sehingga terjalin kolaborasi antara
sekolah dengan masyarakat.

Pemanfaatan sumber daya yang tepat dan efisien akan mampu membantu proses
pembelajaran murid menjadi lebih baik dan berkualitas. Sebagai contoh pemimpin
pembelajaran (Guru) pada pelajaran IPA pada materi reproduksi, ternyata di kelas ada
orang tua siswa yang bekerja sebagai dokter, guru dapat mengundang orang tua tersebut
untuk menjadi narasumber.

Misalnya juga dalam kita dapat memanfaatkan lingkungan sekolah guna mencapai tujuan
pembelajaran yang kontekstual yang artinya materi yang dipelajari relevan dengan
kehidupan sehari- hari. Apabila guru berpikir positif atau mampu memanfaatkan yang ada
dan tidak berpikir atas kekurangannya yang ada maka energi positif akan terpancar ke yang
lainya.
Selama mengikuti PGP, ternyata modul Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber
daya juga memiliki koneksi antar materi dengan modul sebelumnya.

Seperti dalam modul refleksi filosofi pendidikan Nasional, Menurut KHD Pendidikan adalah
"proses memberikan tuntunan terhadap segala kodrat dan kekuatan yang dimiliki oleh murid
agar mencapai keselamatan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun
sebagai seorang anggota masyarakat. lebih lanjut KHD juga menjelaskan tujuan pendidikan
"Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat."

Apabila kita pahami pengertian dan tujuan pendidikan bahwasanya pendidikan tugasnya
hanya menuntun segala potensi yang ada (kodrat alam dan kodrat zaman) untuk mencapai
keselamatan dan kebahagian baik sebagai diri sendiri maupun sebagai anggota
masyarakat.

Menuntun disini bawahnya pemimpin/guru harus dapat memberdayakan segala unsur biotik
maupun abiotik yang di sekitar dalam pembelajaran tanpa melihat kelemahan/ kekurangan
yang ada disekitar, dengan kemampuan untuk memberdayakan aset yang ada maka guru
/pemimpin dapat menjadikan pembelajaran menjadi lebih berkualitas.

Ketika menuntun tumbuh kembang murid juga karakter merupakan hal penting yang harus
dimiliki murid. Dalam kurikulum merdeka setidaknya murid harus memiliki nilai karakter yang
sesuai dengan pancasila atau yang disebut karakter yang sesuai dengan profil pelajar
pancasila.

Dengan kemampuan memberdayakan aset pendidik/Pemimpin Pembelajaran tentu


berpegang teguh pada nilai- nilai guru penggerak yang telah dipelajari pada modul ini
diantaranya nilai guru penggerak yang berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif
dan inovatif.

Kemudian peran guru penggerak menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan


komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antara guru, menjadi coach bagi guru lain, dan
mewujudkan kepemimpinan murid. dengan memahami peran dan nilai guru penggerak tentu
akan menjadi bekal bagi pemimpin pembelajaran ketika memberdayakan aset yang ada di
sekitar menjadi berdaya guna bagi murid.

Nilai dan guru penggerak haruslah menjadi dasar dalam merencanakan dan mewujudkan
visi guru penggerak. Visi guru penggerak akan mengantar pendidik mencapai tujuan dari
pendidikan yang telah diutarakan oleh KHD.

Dalam mengejawantahkan hal tersebut ada alat untuk membantu mencapai visi yaitu
dengan alat pendekatan inkuiri apresiatif, dimana dalam Pendekatan inkuiri apresiatif
memandang segala sesuatu berdasarkan potensi terbaik yang dimilikinya bukan potensi
negatif yang dibahas.
Inkuiri apresiatif juga merupakan cara pandang bagaimana pemimpin pembelajaran melihat
aset/sumber daya yang ada di sekitar menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
mencapai kebutuhan murid dalam pembelajaran. Metode yang dapat digunakan untuk
mencapai hal tersebut bisa melalui tahapan BAGJA.

Apabila guru sudah mampu memberdayakan aset yang ada maka guru dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada dalam pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran KSE. Kedua strategi pembelajaran berdiferensiasi dan KSE apabila
diterapkan secara efektif akan mampu memenuhi kebutuhan murid di kelas yang beraneka
ragam sesuai potensi yang dimilikinya masing- masing.

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dan KSE akan menjadi lebih efektif manakala
guru guru memahami supervisi akademik.

kaitanya dengan modul selanjutnya. Keputusan tentang aset/modal mana saja yang dapat
diberdayakan guru tentu haruslah berdasarkan 9 langkah pengujian keputusan, 4 paradigma
berpikir, dan 3 prinsip berfikir. Modul pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran merupakan modul yang mengantarkan menjadi pemimpin yang berorientasi
pada kebutuhan murid, bertanggung jawab dan berdasarkan nilai- nilai kebajikan universal.

sebelum mempelajari modul 3.2 saya sering berfokus pada kekurangan/masalah, tanpa
melihat potensi dan kekuatan yang mendukung, membuat kegiatan saya dan komunitas
menghasilkan kegiatan yang kurang maksimal dan memerlukan waktu lama. namun setelah
mempelajari modul 3.2 Fokus pada aset dan kekuatan dengan
Membayangkan masa depan tentang kesuksesan yang akan diraih dan berupaya
memaksimalkan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut melalui cara
mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), dan merancang
sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan.

Setelah mempelajari modul 3.2 ini paradigma berpikir saya menjadi berubah, sekarang
menjadi penuh dengan rasa optimis karena saya tidak memandang semua hal dari
kekurangannya tetapi saya jadikan kekurangan sebagai suatu sumber kekuatan atau aset.
Saya jadi dapat mengidentifikasi aset atau modal yang dimiliki oleh sekolah. Sehingga dapat
mewujudkan perubahan yang saya inginkan terkait dengan peningkatan kualitas
pembelajaran. saya dapat memanfaatkan 7 aset yang meliputi modal manusia, finansial,
lingkungan atau alam, politik,fisik maupun modal sosial, agama dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai