Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.1
BY. SRI HIDAYATI
Assalamualaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Sri Hidayati, Calon Guru Penggerak Angkatan
6 dari SMP Satap SMPN 3 Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara. Saya ucapkan terima kasih
kepada Fasilitator saya yang selalu membimbing, mengarahkan dan memberikan support kepada
saya yaitu Ibu Nita Suryani Etta dan juga kepada Pengajar Praktik saya Bapak Nur Salam. Dalam
tulisan ini perkenankan saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 10
pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu persatu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki


pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar
dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa
sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid.
Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras
sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru
membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap
permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju
kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-
prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-
nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak
pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang
tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta
berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita
berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara
logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam
dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara
seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang
teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan
dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan
keberpihakan pada peserta didik.

Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah
manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan
diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara
berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut
telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan
keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah
dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang
sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain.
Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya
terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat
ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu
saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah
berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah
keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar.
Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat
tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih
merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan
Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim
dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi
coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran
selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan
menjalankannya.TIRTA akronim dari :

T : Tujuan

I : Identifikasi

R : Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial


emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar
murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang
menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan
pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan
baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan
pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat
mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali
kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang
mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu
melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu
membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan
etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-
nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-
nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat
dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai
dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya
benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang
dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada
anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah
moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya


lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat
dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat
dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis
kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan
mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut
akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan


untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini?
Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya
sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang
jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak
kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan
keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya
melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan
pengambilan keputusan.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini
dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila
keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan
oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan
murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid
dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan
tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya
maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak
akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat


mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang


memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar
menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang
menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi
pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-
keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila
digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan
dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka
bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak
kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih
dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk
kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten,
diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini
dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul
sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan
harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin
pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA
yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan
moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan
untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada
murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Demikian koneksi antar materi modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin
Pembelajaran, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai