Anda di halaman 1dari 5

JURNAL REFLEKSI

DWI MINGGUAN
MODUL 3.3
Fasilitator Pengajar Praktek

H. DURAJAT.M, M.Pd DERIS SUSIYANTO, S.Pd.SD

CGP 7 INHU

BY; SYANDRI ATIKA SARI


INDRAGIRI HULU
Tak terasa telah tiba dipenghujung Pendidikan Guru Penggerak, selama 6 (enam) bulan mengikuti

pendidikan ini. Begitu banyak inventarisasi ilmu yang ditambahkan sebagai pengembangan
kompetensi diri sebagai pendidik dan sebagai pemimpin pembelajaran. Sangat bangga sekali telah

menyelesaikan pendidikan ini dengan berbgai ilmu yang didapat disetiap modulnya. Karakteristik dan
kekhasan ilmu pada setiap modul merupakan asupan energi dalam menjalankan perubahan untuk

pendidikan dan pengajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hadjar

Dewantara. Dimana sejatinya pendidikan adalah pendidikan yang memenuhi kebutuhan murid untuk

mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

Pada modul 3.3 ini jurnal refleksi dwi mingguan yang akan saya sampaikan menggunakan model
refleksi Connection, challenge, concept, change (4C). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church
dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran.
Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini, yaitu:
1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru
Penggerak?
2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang
Anda jalankan selama ini?
3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk
terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?
4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi
pada hari ini?

Merefleksi pada pembelajaran pada modul-modul sebelumnya, modul ini merupakan


pengimplementasian terhadap modul sebelumnya, di modul 1 mempelajari mengenai paradigma
dan visi guru penggerak, bila kita kaitkan dengan modul 3.3 ini, disini kita mengimplementasikan
paradigma dan visi yang telah kita rancang untuk mengembangkan dan mengelola program yang
berdampak positif pada murid sesuai dengan visi yang telah kita susun. Begitupun modul 2 mengenai
praktik pembelajaran yang berpihak pada murid, dikaitkan dengan materi modul 3.3 ini memang
sangat selaras sekali, program yang kita kelola atau kita kembangkan merupakan program yang
bermuara pada kebutuhan murid. Kita selaku guru penggerak memiliki peran yang teramat penting
untuk mendobrak perubahan, kemampuan kita berperan sebagai guru yang berpihak pada murid,
mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif dapat menyegerakan dan mengelola program yang
berdampak positif pada murid.

Pada materi ini juga dibahas mengenai kepemimpinan murid. Kita dapat menjadikan murid sebagai
pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada
murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga
potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita adalah:
1. Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai
dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya.
2. Mengurangi kontrol kita terhadap mereka
Albert Bandura dalam artikelnya, Toward a Psychology of Human Agency (2006) mengatakan, bahwa
menjadi seorang agent (seseorang yang memiliki agency) berarti orang tersebut secara sengaja
mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya. Bandura juga mengatakan bahwa ada empat sifat
inti dari human agency, yang dalam modul ini kita singkat dengan akronim IVAR untuk memudahkan
mengingat, yaitu:

I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki
sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk
mewujudkannya.

2. V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar
rencana yang mengarahkan masa depan.
3. A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya
seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator).
4. R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki
kesadaran yang baik akan fungsi dirinya.
Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan
serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh
orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika
mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka
cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan
tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah
mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Ketika pada saat murid menjadi
pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki
agency), maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan
(ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid
kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.
Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di
mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang
mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka
merefleksikan tindakan mereka. Sedangkan di dalam profil pelajar pancasila telah tertuang visi dan
harapan yang diharapkan untuk tujuan pendidikan di Indonesia, kepemimpinan murid merupakan
suatu pengembangan profil yang positif bagi murid dan sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
profil pelajar pancasila.

Noble et al (2008) menjelaskan bahwa kesejahteraan siswa yang optimal adalah sebuah keadaan
emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan (terutama) suasana hati dan sikap yang positif,
hubungan positif dengan murid lain maupun guru, daya lenting atau ketangguhan, pengoptimalan
kekuatan diri, serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah
Menyadur apa yang disampaikan oleh Noble tersebut, maka lingkungan yang
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa karakteristik, di antaranya
adalah:

• Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan
merasakan emosi yang positif. Lingkungan yang seperti ini akan membuat murid mampu dan
berkeinginan untuk melakukan hal-hal secara positif untuk dirinya sendiri serta memberikan
pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.
• Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan
bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada
nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.
• Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian
tujuan akademik maupun non-akademiknya. Lingkungan ini akan memungkinkan murid
untuk memiliki determinasi diri yang kuat dalam proses pembelajaran, baik dalam aspek
akademik maupun non-akademik.
• Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama,
serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang seperti ini akan membantu
murid untuk dapat menerapkan dan mempergunakan apa yang menjadi kekuatan dirinya
dan memanfaatkan serta menerapkannya dalam berbagai konteks yang berbeda-beda.
• Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti
tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan
kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. Lingkungan yang seperti ini akan
memberikan kesempatan bagi murid untuk melihat dirinya sebagai bagian dari sesuatu yang
jauh lebih besar di luar dirinya.
• Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses
belajarnya sendiri. Lingkungan yang seperti ini akan menyediakan berbagai kegiatan belajar
yang menarik, menantang, dan bermakna, di mana dalam prosesnya murid akan merasa
senang hati dan menikmati setiap momen pembelajarannya.
• Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di
tengah kesempitan dan kesulitan. Lingkungan ini akan membantu murid untuk berani
menerima tantangan, berjiwa besar, dan selalu bangkit lagi dan berusaha mencari solusi bila
menemui kegagalan. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk selalu mengambil
pelajaran dari setiap kegagalan[1]kegagalan yang dijumpainya dan berusaha untuk
menemukan cara-cara alternatif atau cara yang paling tepat.
Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid yakni,
Komunitas memiliki peran penting dalam membantu mewujudkan lingkungan belajar yang
mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid karena: membantu menyediakan kesempatan bagi
murid untuk mewujudkan pilihan dan suara mereka. Membantu murid untuk belajar melihat dan
merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya. Membantu membentuk identitas diri dan
efikasi diri murid yang lebih kuat. Membantu murid untuk dapat tumbuh menjadi agen perubahan
yang dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat serta
lingkungan di sekitarnya.

Dengan mendorong kepemimpinan murid akan memperbesar peluang kita untuk memberikan
kesempatan bagi murid-murid kita untuk belajar tentang berbagai keterampilan-keterampilan
penting, yang dapat digunakan lintas disiplin, dan akan berguna bagi kehidupannya kelak.
Keterampilan-keterampilan yang akan membantu mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Mendorong kepemimpinan murid juga akan menumbuhkan efikasi diri yang kuat, sehingga
diharapkan mereka akan percaya diri dan mampu membuat perubahan positif bagi dirinya sendiri,

orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Mereka akan dapat tumbuh menjadi warga negara yang

bertanggung jawab.

Dari materi yang telah saya pelajari tersebut, menurut saya penting bagi kita untuk dapat merancang
mengenai program-program disekolah yang memang memenuhi kebutuhan bersuara, pilihan dan
kepemilikan murid. Melatih dan mengembangkan kepemimpinan murid sesuai dengan lingkungan
yang akan kita kembangkan pada murid kita. Sehingga program-program yang disusun akan
terlaksana dengan rasa tanggung jawab. saya berharap dengan memperbanyak pengetahuan
mengani materi dalam modul ini, kita dapat memberdayakan kepemimpinan murid dengan
maksimal, mempersiapkan mereka sesuai dengan apa yang termaktub dalam tujuan profil pelajar
pancasila.

Terima kasih untuk materi yang telah saya terima didalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 ini,
sangat bermanfaat dan membuat perubahan positif didiri saya khususnya dan bagi lingkungan
sekolah saya umumnya

TERIMAKASIH
TERIMAKASIH
SALAM
SALAMBAHAGIA
SALAM BAHAGIA
BAHAGIA
TERGERAK,BERGERAK,MENGGERAKKAN
TERGERAK,BERGERAK,MENGGERAKKAN
TERGERAK,BERGERAK,MENGGERAKKAN

Anda mungkin juga menyukai