67%(3)67% menganggap dokumen ini bermanfaat (3 suara)
1K tayangan6 halaman
1. Modul ini membahas tentang perasaan setelah mempelajari modul 3 tentang penyusunan program yang berdampak pada siswa dan hubungannya dengan modul-modul sebelumnya.
2. Istilah "student agency" dijelaskan sebagai kemampuan siswa untuk mempengaruhi proses pembelajaran mereka sendiri dan menjadi pemimpin dalam proses tersebut.
3. Hubungan antar modul dijelaskan, seperti tentang filosofi p
1. Modul ini membahas tentang perasaan setelah mempelajari modul 3 tentang penyusunan program yang berdampak pada siswa dan hubungannya dengan modul-modul sebelumnya.
2. Istilah "student agency" dijelaskan sebagai kemampuan siswa untuk mempengaruhi proses pembelajaran mereka sendiri dan menjadi pemimpin dalam proses tersebut.
3. Hubungan antar modul dijelaskan, seperti tentang filosofi p
1. Modul ini membahas tentang perasaan setelah mempelajari modul 3 tentang penyusunan program yang berdampak pada siswa dan hubungannya dengan modul-modul sebelumnya.
2. Istilah "student agency" dijelaskan sebagai kemampuan siswa untuk mempengaruhi proses pembelajaran mereka sendiri dan menjadi pemimpin dalam proses tersebut.
3. Hubungan antar modul dijelaskan, seperti tentang filosofi p
Program Guru Penggerak (PGP) sampai pada modul 3.3. Modul terakhir dengan tema tentang bagaimana penyusunan program yang berdampak pada siswa. Beberapa poin pembelajaran yang saya peroleh dari pembelajaran modul ini. Tentu saja saya merasa senang menemukan kesempatan untuk mengetahui ragam cara menciptakan sebuah ekosistem sekolah dengan kegiatan yang berdampak positif bagi siswa dan seluruh komponen sekolah. Pada point koneksi antar materi dari modul 3.3 saya akan memaparkan hubungan dengan semua modul sebelumnya. Pada modul sebelumnya, kita ketahui tentang kutipan Ki Hajar Dewantara yang sangat menarik yaitu: “Maksud Pengajaran dan Pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat).” Bila kita telaah kalimat tersebut, makna bisa dipahami adalah pada suatu proses Pendidikan dan pengajaran yang disusun dan dirancang dengan keberpihakan terhadap siswa. Pendidikan yang dimaksud adalah Pendidikan yang berpihak pada siswa akan memberikan kesempatan seluas luasnya kepada siswa untuk mengembangkan segala kompetensi, minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki sehingga sosok Profil Pelajar Pancasila yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bernalar kritis, mandiri, bergotong royong dan kreatif bisa terwujud dan nyata. Disisi yang lain, sebuah Lembaga satuan Pendidikan tentunya memiliaki aset yang digunakan untuk mendukung seluruh program yang sudah direncanakan, salah satu contoh jenjang sekolah kejuruan. Aset yang dimiliki merupakan kekuatan untuk mewujudkan program yang berdampak pada seluruh warga sekolah, salah satunya siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai begitu juga pada program lainnya.
B. Intisari Dari Modul 3.3
Istilah “Student Agency” yang sangat mengena dalam pemikiran saya dimana seorang siswa memiliki kendali diri pada apa yang terjadi dan mampu mempengaruh lingkungan sekitar. Makna dari kata Agency yaitu kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya. Beberapa contoh profil siswa sebagai “student agency” antara lain, mampu berpendapat, beropini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpikir kritis. Pada sebuah pembelajaran di kelas atau lingkungan sekolah, siswa mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, turut berpartisipasi, mau berkontribusi pada komunitas belajar, mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Kita tahu bahwa kata Agency belum menemukan kata sinonim dengan makna yang dimaksud. Maka dari itu dalam bahasa Indonesia dan kepentingan pembahasan di dalam modul ini, maka istilah ini bisa diterjemahkan sebagai “kepemimpinan siswa”. Siswa saat ini diharapkan mampu menjadi sosok pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, sehingga tercipta hubungan kemitraan antara guru dengan siswa. Dalam hubungan yang bersifat kemitraan maka siswa akan belajar pada: • Siswa memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya sehingga diri siswa menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran • Siswa menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran • Siswa menunjukkan rasa ingin tahu dan bernalar kritis • Siswa menunjukkan inisiatif dan pilihan solusi • Memberikan umpan balik kepada mitra belajar. Sedangkan pada sisi guru yang akan mengambil peranan sebagai mitra siswa antara lain: ✓ Mendengarkan secara aktif, memberi tanggapan, menghormati ide, pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif siswa ✓ Memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa sehingga proses Pendidikan/proses pembelajaran sesuai tujuan ✓ Memantik siswa untuk mengeksplorasi minat mereka dengan memberi mereka tugas tertentu, seperti tugas terbuka ✓ Memberi kesempatan kepada siswa untuk kreativitas dan berani mengambil risiko Jika seorang siswa mampu menjadi seorang pemimpin dalam proses pembelajaran atau “Student Agency” akan memiliki 3 hal yaitu: 1. Suara (voice); 2. Pilihan (choice); 3. Kepemilikan (ownership) Tugas seorang guru adalah menyediakan lingkungan yang menjadi wadah untuk menumbuhkan budaya agar siswa memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan. Sehingga yang siswa pikirkan, niat yang dimantapkan hingga terbentuk sebuah rencana, kemudian bagaimana siswa melaksanakan yang direncanakan, dan selanjutnya bagaimana refleksi dari tindakannya.
C. Kaitan Antar Modul
1. Modul 1.1 Mengenai filosofi Ki Hadjar Dewantara, Peran guru adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak agar dapat selamat dan bahagia sebagai individu dalam masyarakat untuk mengelola rencana kegiatan yang memiliki dampak pada siswa, lebih fokus pada keterlibatan dan pengembangan siswa. Potensi atau kemampuan bawaan anak untuk mengembangkan keterampilan atau kemampuan. Dalam modul ini juga penghambaan pada siswa lebih ditekankan pada bagaimana melihat siswa sebagai pribadi yang utuh,dan menuntun anak didik sesuai kodratnya dengan mengelola program- program yang terdampak pada siswa. 2. Modul 1.2 Mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul ini membahas dasar nilai atau pedoman seorang guru dalam pengelolaan program yang berdampak pada siswa. Terdapat nilai- nilai yang harus dijaga antara lain: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada siswa. Nilai ini yang harus ada dalam menyusun program yang berdampak pada siswa. Sebagai calon guru penggerak yang salah satunya berperan sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas, guru calon penggerak juga memiliki tanggungjawab sebagai pemimpin pengelolaan program yang berdampak pada siswa di sekolah. 3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada siswa dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri Apresiatif yaitu dengan model BAGJA. Langkah awal dengan melakukan pemetaan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program yang berdampak pada siswa. 4. Modul 1.4 Budaya Positif, Budaya positif terbentuk pada lingkungan yang mendukung perkembangan siswa terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Bisa dianalogikan seorang guru menjadi seorang petani, maka guru berperan memaksimalkan sumber daya lingkungan yang positif, mengembangkan budaya positif agar anak anak bertumbuh sesuai kodratnya dan mendukung program yang berdampak pada siswa. 5. Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi Pembelajran Berdifrensiasi adalah merupakan metode pembelajaran yang berpihak pada siswa. Pada metode ini, bisa diketahui hasil pemetaan kondisi anak/siswa, kebutuhan, gaya belajar, dan karakteristik belajar anak yang beragam. Pemetaan kebutuhan belajar anak menjadi dasar urutan langkah mengelola program yang berdampak pada siswa, karena kekutaan anak yang beragam menjadi aset atau modal melakukan diferensiasi program yang berdampak pada siswa dan sesui dengan kebutuhan siswa. 6. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional Tujuan Pendidikan adalah mengantarkan anak-anak mencapai kebahagiaan dan keselamatan dengan mengembangkan aspek sosial emosioanal pada diri anak. Proses kolaborasi siswa dan guru serta warga sekolah bisa mengoptimalkan 5 komponen komptensi emosional dan sosial. Tehnik mindfulness didasarkan pada keberpihakan pada siswa dan dilakukan untuk tujuan sebesar besarnya memiliki dampak pada anak-anak. 7. Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik Coaching memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada siswa, maka coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya siswa mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak. Tehnik ini disebut dengan strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. 8. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai seorang guru banyak bekal yang diperlukan, salah satunya tentang bagaimana mengambil keputusan. Sebuah keputusan yang diambil harus dengan alasan keberpihakan pada siswa. Sedangkan dasar dari hal itu, prinsip, serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan hendaknya bisa mendukung dan tetap dipegang teguh dalam mengambil keputusan terutama yang berhubungan dengan dilema etika dalam pengelolaan program yang berdampak pada siswa. 9. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Seorang pemimpin harus mulai melakukan pemetaan aset- aset yang ada di sekolah dan yang dimiliki untuk dimanfaatkan. Dari hasil itu sehingga muncul paradigma berpikir harus melihat/keadaan di sekolah mengarah pada semua sisi positif atau berbasis aset. Berfokus pada aset maka pengelolaan program yang berdampak pada siswa dapat terenacana dengan berjalan dengan baik. Kaitan antara pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada siswa. Pada modul 3.2, terdapat 7 aset utama atau disebut sebagai modal utama, yaitu: Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Fisik, Modal Lingkungan/alam, Modal Finansial, Modal Politik, Modal Agama dan budaya. Dengan mengetahui sumberdaya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin, guru harus bisa memetakan 7 aset atau modal utama dalam sekolah tersebut, dan mengidentifikasi sumber daya yang potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah program yang berdampak pada siswa. Sehingga program bertumpu pada pemetaan dan pengelolaan ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan dan keberpihakan pada siswa.
D. Perspektif Tentang Program Yang Berdampak Positif Pada Siswa
Program yang berdampak positif pada siswa adalah sebuah program yang melibatkan siswa. Bila dikaitan dengan peran sebagai guru penggerak adalah bahwa tugas adalah mewujudkan merdeka belajar pada siswa di sekolah. Dalam menjalankan peran tersebut, maka peran guru adalah menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak- anak siswa dengan cara mengembangkan potensi pada anak didik, Salah satunya adalah dengan mengembangkan program yang berdampak pada siswa dengan terlebih dahulu, memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengelola sumber daya tersebut untuk merancang program yang berdampak pada siswa menggunakan pendekatan inkuiri Apresiatif model BAGJA.