Anda di halaman 1dari 4

kasus 1 : yang menghadapi dilema yaitu Bu Dini, 2 kebenaran ada yaitu benar bu Dini kepala sekolah

SMA Insan Gemilang dan benar juga kalau bu Dini seorang wirausaha kuliner yang sukses, Paradigma
yang terjadi pada kasus ini yaitu dilema etika antara kepentingan individu dan kepentingan orang
banyak/warga sekolah, Pada kasus ini, menurut saya tidak ada paradigma dilema etika yang lain.

Kasus 2 : yang menghadapi dilema yaitu Pak Pandu kepala sekolah SMP Pelita , 2 kebenaran ada yaitu
Danang murid yang belum membayar dengan mencicil diperbolehkan ikut study lapangan dan 2
murid lainnya belum membayar tanpa keterangan juga diperbolehkan ikut study. Paradigma yang
terjadi pada kasus ini yaitu dilema etika antara rasa keadilan lawan rasa kasihan, Pada kasus ini
menurut saya tidak ada paradigma dilema etika yang lain.

Kasus 3 : yang menghadapi dilemma yaitu Saya (kepala sekolah), 2 kebenarantokoh tersebut Pak
Dody karena tidak dapat mengendalian emosi, pengelolaan waktu, dan integritas. Tapi benar juga
jika mempunyai kemampuan yang baik karena dia memiliki semangat belajar yang tinggi.  Ia
menguasai bidang yang diajarkan, dan metode mengajarnya juga mudah dimengerti oleh murid-
murid, Paradigma yang terjadi pada kasus ini yaitu dilema Berperilaku kurang baik, tidak dapat
mengendalian emosi, kurang dalam pengelolaan waktu, dan kurang berintegritas. Menghidupi
keluarga, berbohong untuk memberi rekomendasi

KASUS 4 : Yang menghadapi dilemma yaitu Pak Zulkarnain, Ada adalah benar jika tokoh tersebut
program pelatihan ini sangat dibutuhkan guru-guru karena guru harus terampil menggunakan
teknologi dalam pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran yang interaktif, menarik, dan
bermakna bagi murid-murid. Tapi benar juga jika Pak Zulkarnain juga memahami, setelah hampir 2
tahun masa pandemi dan pembelajaran dilakukan secara daring, para guru membutuhkan program
outbound ini karena untuk memperkuat ikatan emosi dan sosial antar mereka agar dapat kembali
bekerja sama dalam sebuah tim dengan baik, serta bersemangat kembali ke sekolah menyambut
murid-murid belajar dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Paradigma yang terjadi pada
yaitu dilema jangka pendek lawan jangka panjang. Program kegiatan hanya dapat dilakukan 1
kegiatan saja, karena anggarannya tahun depan untuk membangun perpustakaan.

Video tersebut menjelaskan prinsip-prinsip dilema etika, yaitu : 1. Berpikir berbasis Hasil Akhir 2.
Berpikir berbasis Peraturan 3. Berpikir berbasis Rasa Peduli, hal ini disebabkan karena Manusia pada
umumnya tidak bisa memprediksikan konsekuensi dari setiap keputusan atau tindakan-tindakannya,
untuk melihat konsekuensi perilaku manusia secara individu saja belum tentu bisa, lebih-lebih
konsekuensi dan tindakan dari masyarakat.

Tanggapan saya: pak Seto sebaiknya bermusyawarah atau membuat forum diskusi antara kedua
guru baik Bu Tati dan Bu Sri dengan mengolaborasi kelebihan yang ada pada kedua guru tersebut,
sehingga akan didapat mendidik murid yang ramah anak dan menghasilkan prestasi yang baik.

Dengan banyaknya pertimbangan yang harus dipikirkan, pengambilan keputusan memang


tidak mudah. Itu sebabnya membutuhkan prinsip dasar yang dapat membantu, yaitu:

1. Memikirkan hasil akhir (end-based thinking)

Tujuan akhir merupakan hasil yang ingin dicapai. Dengan memikirkan hal ini, langkah-
langkah dalam proses pengambilan keputusan akan berfokus pada hasil akhir tersebut.
2. Mempertimbangkan peraturan (rule-based thinking)

Meskipun memfokuskan diri pada hasil akhir yang ingin dicapai, membuat keputusan juga
tidak boleh melanggar peraturan yang sudah ada. Sehingga keputusan tersebut tidak nilai
melanggar dan jadi tidak berfungsi lagi.

3. Berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking)

Meski tidak bisa memuaskan semua pihak, keputusan yang dibuat tetap harus memiliki rasa
peduli. Jika memang ada dampak negatif dari keputusan yang dibuat, usahakanlah sudah
memiliki solusi untuk mengatasinya tanpa mengubah keputusan yang sudah dibuat.

Rekan saya bercerita jika dia baru saja mendapatkan teguran dari kepala sekolah yang menerima
laporan dari Waka Kurikulum yang melakukan supervisi saat ia mengajar. Waka Kurikulum yang
melakukan supervisi tampak keberatan ketika rekan saya mengajar tanpa buku teks. Rekan saya
mengajar dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar lainnya. Ketika diingatkan oleh Waka
Kurikulum tersebut, rekan saya menyampaikan jika ia tetap mengacu pada kurikulum walaupun tidak
menggunakan buku teks. Waka Kurikulum tersebut tampaknya tersinggung dan memberikan laporan
tentang hal itu kepada kepala sekolah. Bagaimana saya menyikapinya?
Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
Langkah 1. Nilai yang bertentangan pada kasus ini adalah
 Rekan saya mempunyai prinsip bahwa mengajar tidak perlu menggunakan buku Teks, sedangkan
Waka Kurikulum menganjurkan untuk selalu menggunakan buku teks.
2. Nasehat dari Waka Kurikulum seperti tidak di hiraukan oleh rekan saya, jadi alasan rekan saya
tetap  mengacu pada kurikulum yang berlaku walaupun tanpa buku teks. 
Langkah 2. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?
Yang terlibat adalah rekan saya.  Mengalami dilema etika antara mengikuti saran Waka Kurikulum,
memakai buku teks dalam pembelajaran atau memngikuti prinsip diri tentang pembelajarn di kelas.
Langkah 3: Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut?
1. Waka Kurikulum melakukan supervisi kepada rekan saya.
2. Waka Kurikulum mempertanyakan kepada rekan saya mengapa tidak menggunakan buku teks?
3. Rekan saya menjawab walaupun tidak menggunakan buku teks tetapi tetap mengajar sesuai
dengan kurikulum yang berlaku
4. Waka Kurikulum merasa kecewa dengan jawaban rekan saya
5. Waka Kurikulum melaporkan hal ini kepada kepala sekolah
Langkah 4: Pengujian benar atau salah 
Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
1. Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji lega) Tidak ada aspek
pelanggaran hukum
2. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
tidak ada pelanggaran peraturan atau kode etik profesi 
Berdasarkan perasaan dan intuisi saya, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
Berdasarkan perasaan dan intuisi saya, kasus ini terdapat kesalahpahaman antara Waka Kurikulum
dan rekan saya. Saling mempertahankan prinsip yang dipegang, Waka Kurikulum lebih percaya
bahwa satu-satunya sumber belajar adalah buku teks sedangkan rekan saya percaya bahwa bukan
hanya buku teks bisa dijadikan sumber belajar, masih bnyak lagi contoh sumber belajar yang lain.
Apa yang anda rasakan bila keputusan saya dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah saya
merasa nyaman? Yang saya rasakan senang karena keputusan yang saya ambil bisa dijadikan
pertimbangan atau inspirasi banyak orang yang mungkin mengalami masalah yang sama. Terkadang
kita dapat mengatasi masalah atua kebingungan dengan membaca. Saya akan merasa nyaman, kalau
memang keputusan saya tepat, dan saya akan senang bila banyak yang meberikan komemtar, karena
dengan komentar kita bisa berinteraksi dengan para pembaca tulisan kita, dan merupakan refleksi
kita untuk menjadi lebih baik.
Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola saya dalam situasi ini? Keputusan
yang diambil adalah menggunakan banyak sumber belajar termasuk buku teks, video You Tube,
artikel ilmiah, artikel di Blog, internet.
Langkah 5: Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
Paradigma yang terjadi pada kasus ini adalah Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty).
Kebenaran bahwa buku teks bukan satu-satunya sumber belajar yang bisa dipakai di pembelajaran.
Dan Benar juga bahwa kita sebagai Guru harus mendengar masukan dari Waka Kurikulum. Bukan
menentangnya, tetapi menerima dengan ikhlas, dan kita laksanakan kalau memang itu baik dan tidak
merugikan buat kita.
Langkah 6: Melakukan Prinsip Resolusi
Prinsip penyelesaian yang dipilih adalah berpikir berbasis peraturan (rule based thingking). Karena
adanya aturan bagaimana hubungan antara Waka Kurikulum dan Guru. Kita sebagai Guru harus
menghormati dan menghargai saran dan nasehat dari Waka Kurikulum. Dan bila nasehatnya adalah
sesuatu yang baik, kita tidak boleh menolaknya.
Langkah 7: Investigasi Opsi Trilema
Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan
masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
Penyelesaian yang diambil adalah rekan saya memakai semua sumber belajar yang ada termasuk
buku teks, video You Tube, artike ilmiah, dan internet. Dan penyelesaian kreatif adalah
mengkombinasikan sumber belajar buku teks dengan sumber belajar yang lain, dengan melihat profil
belajar murid yang ada di kelas (pembelajaran diferensiasi). Sehingga ini menjadi penyelesaian yang
tak terpikir sebelumnya, dari kasus teguran penggunakan buku teks, rekan saya dapat membuat
pembelajaran diferensiasi di kelas nya, sehingga murid dapat belajar sesuai dengan profil belajar
murid, tercapai pembelajaran yang berpihak pada murid.
Langkah 8: Buat Keputusan
Apa keputusan yang akan saya ambil?
Keputusan saya pada kasus ini adalah saya meminta kepada rekan saya lebih menghargai Waka
Kurikulum, bila diberi nasehat, ikuti selagi nasehat itu baik buat kita, kalaupun memang nasehatnya
kurang baik maka kita harus menggunakan bahasa yang lebih sopan untuk bisa menyampaikan
supaya tidak akan membuat kekecewaan lawan bicara kita. Kemudian saran dari Waka Kurikulum
dipakai yaitu memakai buku teks dalam pembelajaran yang dikombinasikan dengan sumber belajar
lain dan disesuaikan juga dengan profil belajar murid di kelas (penerapan pembelajaran diferensiasi)
Langkah 9: Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Coba lihat lagi keputusan saya dan refleksikan.
Keputusan yang diambil, dilaksanakan dengan baik, kemudian di evaluasi dan di refleksi
 Apakah pelaksanaannya sudah sesuai?
 Apakah keputusan tersebut sudah efektif dalam menjawab permasalahan yang dihadapi?
 Apakah kedua pihak yang berselisih sudah sama-sama bisa menerima dengan keputusan ini?
 Apakah masih ada sesuatu yang menghalangi dalam pelaksanaan keputusan tersebut?
 Apakah hasil pembelajaran lebih maksimal? Murid dan Guru bahagia?
Pengawas, kepala sekolah, rekan Guru semuanya sudah dapat menerima dengan ikhlas?
Refleksi perlu dilaksanakan supaya keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan, bila masih
ada kekurangan dapat di tinjau ulang dan diperbaiki.
4 hari lagi adalah hari pembagian rapor Semester 1 di SMA Penggerak Bangsa. Sebelumnya, semua
guru telah menyerahkan daftar nilai murid-murid pada pelajaran yang diampunya pada kepala
sekolah, Ibu Rosdiana. Ibu Rosdiana adalah Kepala Sekolah yang baru bertugas di SMA Penggerak
Bangsa di tahun ajaran ini.
Hari ini Ibu Rosdiana mengadakan rapat guru. Ia membuka pertemuan dengan berterima kasih atas
kerja keras para guru dalam mengajar murid-murid selama ini dan juga telah mengumpulkan nilai
rapor dengan tepat waktu. Kemudian ia menyampaikan bahwa secara umum, nilai rapor yang
diberikan oleh guru-guru terlalu rendah dan tidak mencukupi untuk mendukung murid-murid masuk
perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur nilai rapor atau jalur tanpa tes. Ia dengan tegas
menyatakan, kalau nilai rapor tetap seperti itu, maka murid-murid SMA Penggerak Bangsa sampai
kapan pun tidak pernah bisa diterima di PTN dengan jalur nilai rapor. Ia juga menyatakan bahwa
salah satu target kerjanya di SMA Penggerak Bangsa adalah membuat 25% murid diterima di PTN
dengan jalur rapor. Oleh karena itu, sejak murid-murid di kelas 10, nilai rapor mereka harus dibuat
baik, dan menunjukkan grafik peningkatan.

Ibu Rosdiana akhirnya meminta guru-guru untuk menaikkan nilai murid-murid 10 poin, maka bila
nilai murid 70 maka akan menjadi 80, dan seterusnya, demi membantu masa depan murid-murid,
dan juga demi nama baik sekolah agar kepercayaan masyarakat meningkat bila banyak murid-murid
sekolah ini yang diterima di PTN dengan jalur nilai rapor.

Bila Anda berada di posisi Ibu Rosdiana, apakah Anda akan melakukan hal yang sama atau berbeda?
Apa alasannya?

Anda mungkin juga menyukai