Anda di halaman 1dari 5

KONEKSI ANTAR MATERI 2.

3
Oleh : Ahmad Irfan - CGP Angkatan 7 Kab Bangka

Pemikiran Reflektif Terkait Pengalaman Belajar

1. Pengalaman materi yang diperoleh


Materi yang saya peroleh dalam Modul 2.3 ini yaitu tentang Coaching dalam
Supervisi Akademik. Coaching dapat diartikan sebagai sebuah proses kolaborasi
yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran
diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sejalan dengan
pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan
coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk
memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses
yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Paradigma berpikir coaching terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan
dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang
kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan. Sedangkan coaching
sendiri memiliki prinsip yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan
potensi. Terkait dengan kompetensi inti coaching yang perlu dipahami,
diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan
coaching kepada teman sejawat di sekolah yaitu kehadiran penuh / presence,
mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Pelaksanaan
coaching menggunakan alur TIRTA, yakni Tujuan, Identifikasi, Rencana dan
Tanggung Jawab.
Supervisi akademik adalah upaya membantu guru-guru dalam mengembangkan
kemampuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan ini berarti esensi
supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai untuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalnya. Ada 3 tahap dalam melakukan supervisi, yakni pra
observasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan) dan pasca observasi (tindak
lanjut).
2. Emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Saat memulai mempelajari materi pada modul 2.3 terkait Coaching, maka yang
pertama saya rasakan yaitu perasaan cemas, karena sekilas membuat saya
berpikir bahwa itu adalah materi yang rumit. Namun setelah mempelajari dan
merasakan pengalaman belajar melalui berbagai aktivitas dan praktik langsung
terkait materi tersebut, maka saya merasa bahwa ternyata materi tersebut tidak
serumit yang saya bayangkan. Sehingga setelah melalui proses pembelajaran ini,
perasaan cemas berubah menjadi perasaan antusias bahwa saya bisa
menerapkan apa yang saya pelajari dalam tugas yang saya jalani nantinya.

3. Keterlibatan dalam proses belajar


Dalam proses belajar yang saya alami langsung dalam Modul 2.3, saya mampu
melibatkan diri dengan baik melalui praktik coaching dengan berkolaborasi
dengan CGP yang lainnya. Saya juga mampu menyelesaikan setiap tugas yang
terdapat dalam modul ini walaupun penyelesaiannya berada di ujung-ujung
waktu pengumpulan.

4. Perlu perbaikan dalam keterlibatan proses belajar


Terkait praktik coaching yang sudah saya laksanakan selama pembelajaran, hal
terpenting yang perlu saya perbaiki adalah terkait kemampuan sebagai coach di
dalam mengajukan pertanyaan berbobot yang dapat memaksimalkan dan
memunculkan proses kreatif dari coachee.

5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi


Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan pribadi setelah mempelajari
modul 2.3, tentunya saya dapat memanajemen diri dari segala asumsi-asumsi
yang biasanya timbul di benak saya saat ada rekan atau murid ketika
mengeluhkan permasalahan. Saya juga sudah mulai berlatih coaching metode
TIRTA yang beriringan dengan mendengarkan dengan RASA.
Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan
menggalinya lebih jauh
Pertanyaan kritis terkait materi adalah bagaimana seorang kepala sekolah dapat
menerapkan prinsip coaching di dalam supervisi akademik. Hal ini tentunya
berhubungan dengan kepala sekolah adalah pemimpin di sekolah yang harus
mampu meningkatkan kualitas guru di dalam pembelajaran dan mampu
mengembangkan keprofesionalan guru tersebut yang dimulai melalui supervisi
akademik.

2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali


wawasan (insight) baru
Coaching merupakan salah satu bentuk kepemimpinan pembelajaran yang
berpihak kepada murid. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada
murid, guru harus menguasai berbagai kompetensi sosial dan emosional, bukan
hanya aspek kognitif saja. Dengan menguasai kompetensi tersebut, maka
supervisi akademik yang dilakukan oleh supervisor dengan teknik coaching akan
meningkatkan kinerja guru dalam dan performa guru dalam melakukan
pembelajaran yang berpihak pada murid.

3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat
sekolah maupun daerah)
Tantangan terberat adalah menyeragamkan pemahaman tentang coaching
dalam supervisi akademik baik di lingkungan sekolah maupun daerah. Selama ini
supervisi dianggap sebagai hal menakutkan karena guru atau orang yang
disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah supervisor adalah orang yang
mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah. Hakikat supervisi
seharusnya meningkatkan kinerja dan performa guru.

4. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi


Solusi yang dapat saya tawarkan adalah memberikan pemahaman terkait
supervisi akademik terutama kepada guru-guru agar guru-guru dapat
pemahaman yang jelas terkait tujuan dan manfaat dari kegiatan tersebut. Selain
itu, praktik coaching menjadi alternatif solusi yang tepat yang bisa dipraktekkan
kepada rekan sejawat.

Membuat keterhubungan
1. Pengalaman masa lalu
Terkait pengalaman supervisi akademik, saya pernah disupervisi oleh pengawas
sekolah dan kepala sekolah sekaligus. Supervisi akademik yang saya pahami
saat itu adalah mencari kekurangan dari aktivitas pembelajaran yang saya
lakukan di dalam kelas. Sehingga selesai supervisi, pengawas sekolah dan
kepala sekolah memberikan masukannya terkait perbaikan proses pembelajaran
saya ke depannya. Dalam hal ini, menurut saya tidak prinsip coaching yang
diterapkan.

2. Penerapan di masa mendatang


Dengan pemahaman materi yang sudah saya peroleh terkait coaching, maka hal
yang akan saya terapkan ketika melaksanakan supervisi akademik kepada rekan
sejawat maka hal terpenting yang harus saya lakukan adalah menerapkan
prinsip coaching.

3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Modul 2.1 : Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak
pada murid sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, maka guru harus
menjalankan coaching dalam menentukan gaya belajar murid agar sesuai
dengan kebutuhannya. Murid akan maksimal dalam menggali potensinya jika
belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.
Modul 2.2 : Dalam menjalankan nilai guru penggerak sebagai pemimpin
pembelajaran, guru harus melakukan budaya positif dengan visi dan prakarsa
perubahan yang berpihak pada murid. Salah satu cara dalam mengembangkan
suasana positif dalam kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran 5 KSE.
Dalam 5 KSE, terdapat teknik STOP dan mindfulness untuk dapat menciptakan
suasana kelas menjadi lebih kondusif. Saat melakukan coaching pun, coach
harus melakukan teknik mindfulness agar selama proses coaching, coach hadir
sepenuhnya dalam semua sesi tersebut.

4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.
Bersumber dari media internet terkait pelaksanaan coaching di luar konteks
pendidikan, misalnya seperti di dalam sebuah perusahaan. Selain itu, saya juga
mempelajari tentang pembelajaran berdiferensiasi melalui pelatihan mandiri
yang terdapat pada Platform Merdeka Mengajar.

Anda mungkin juga menyukai