Anda di halaman 1dari 4

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.

3
“COACHING UNTUK SUPERVISI”

Oleh :
Meilia Arifianti, S. Pd
SMP N 3 Jepara
CGP Angkatan 7 Kab. Jepara

A. PEMIKIRAN REFLEKTIF TERKAIT PENGALAMAN PENGAJAR


1. Pengalaman/ Materi Pembelajaran Yang Baru Saja Diperoleh
Pada modul 2.3 saya mempelajari tentang coaching untuk supervisi akademik yang
bertujuan untuk mengembangkan kopetensi diri guru di sekolah. Prinsip yang digunakan
ada 3, yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti ini
coaching yang harus dimiliki diantaranya kesadaran penuh (presense), mendengarkan
aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Alur yang digunakan disebut TIRTA yaitu
Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab. Tahapan yang dilakukan dalam
kegiatan supervisi akademik yaitu pra observasi(perencanaan), observasi (pelaksanaan)
dan pasca observasi (tindak lanjut).

2. Emosi-Emosi Yang Dirasakan Terkait Pengalaman Belajar


- Cemas
Sebelum mengetahui isi materi dalam modul ini, saya sedikit cemas karena merasa
khawatir tidak dapat memahami dan mengimplementasikannya
- Tertarik
Setelah mempelajari eksplorasi konsep, saya mulai tertarik mendalami isi dari modul
ini
- Gembira
Saya merasa gembira saat mampu melakukan praktik coaching bersama rekan CGP
dalam ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual
- Optimis
Saya optimis untuk dapat mengimplementasikan pengalaman belajar modul 2.3 di
sekolah tempat saya mengajar

3. Apa Yang Sudah Baik Berkaitan Dengan Keterlibatan Dirinya Dalam Proses Belajar
Saya mampu berkolaborasi dengan rekan sesama CGP saat mempraktekkan coaching
dengan menggunakan alur TIRTA pada saat kegiatan ruang kolaborasi dan demonstrasi
kontekstual, dimana saya berperan sebagai coach, coachee, dan observer secara
bergantian.
4. Apa Yang Perlu Diperbaiki Terkait Dengan Keterlibatan Dirinya Dalam Proses
Belajar
Kemampuan saya dalam mengajukan pertanyaan berbobot agar dapat menggali informasi
permasalahan yang dialami coachee sehingga saya dapat memaksimalkan potensi yang
dimiliki coachee dengan tujuan coachee dapat menemukan solusi atas permasalahannya
sendiri.

5. Keterkaitan Terhadap Kompetensi Dan Kematangan Diri Pribadi


Kompetensi saya mulai berkembang setelah saya mempelajari modul 2.3 ini, hal ini
ditandai dengan saya dapat mempraktekkan menjadi coach, coachee maupun observer
pada saat kegiatan praktek coaching dengan alur TIRTA dengan baik. Selain itu, saya juga
mampu mengendalikan diri untuk tidak memberikan asumsi-asumsi pribadi dan emosi
sehingga memunculkan kematangan berpikir dan bertindak dengan tujuan agar sesuai
dengan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.

B. ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI DALAM KONTEKS CGP


1. Memunculkan Pertanyaan Kritis Yang Berhubungan Dengan Konsep Materi
Menggalinya Lebih Jauh
- Bagaimana agar prinsip coaching dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi
akademik di sekolah
Peran Kepala sekolah selaku pemangku kebijakan sangat berpengaruh, karena apabila
kepala sekolah menguasai teknik coaching, maka dalam melakukan supervisi akademik
sesuai dengan alur dan prinsip coaching. Supervisi seharusnya tidak hanya menilai
penampilan guru saja, namun juga menggali potensi profesionalitas dan cara untuk
meningkatkan kompetensi akademik dari seorang guru. Tujuan supervisi harus jelas
dengan melakukan percakapan sebelum observasi (pra observasi). Selama observasi,
supervisor harus menilai sesuai data sehingga menimbulkan refleksi yang bermakna
setelah observasi (pasca observasi) sehingga guru bisa merencanakan tindak lanjut ke
depannya setelah kegiatan ini.

2. Mengolah Materi Yang Dipelajari Dengan Pemikiran Pribadi Sehingga Tergali


Wawasan (Insight) Baru
Coaching merupakan salah satu bentuk kepemimpinan pembelajaran yang berpihak kepada
murid. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, guru harus menguasai
berbagai kompetensi sosial dan emosional, bukan hanya aspek kognitif saja. Dengan
menguasai kompetensi tersebut, maka supervise akademik yang dilakukan oleh supervisor
dengan teknik coaching akan meningkatkan kinerja guru dalam dan performa guru dalam
melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid.
3. Menganalisis Tantangan Yang Sesuai Dengan Konteks Asal CGP (Baik Tingkat Sekolah
Maupun Daerah)
Tantangan terberat adalah menyeragamkan pemahaman tentang coaching dalam supervisi
akademik kepada komunitas praktisi di sekolah. Selama ini, supervisi dianggap sebagai hal
menakutkan karena guru atau orang yang disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah
supervisor adalah orang yang mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah.
Padahal, hakikat dari supervisi seharusnya meningkatkan kinerja dan performa guru.

4. Memunculkan Alternatif Solusi Terhadap Tantangan Yang Diidentifikasi


 Melakukan sosialisasi kepada seluruh komunitas sekolah saat kegiatan rapat guru
agar terjadi penyamaan persepsi tentang makna supervisi akademik
 Memberikan contoh praktik coaching dalam supervisi akademik melalui berbagai
media informasi digital yang dapat diakses oleh seluruh komunitas sekolah.

C. MEMBUAT KETERHUBUNGAN
1. Pengalaman Masa Lalu
Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah , namun kegiatan tersebut hanyalah sebatas
menjalankan kewajiban tanpa mengetahui makna supervisi yang sebenarnya. Saat itu, saya
merasa takut karena seperti akan dinilai seperti ujian. Kegiatan supervisi ini dilakukan
langsung observasi tanpa ada pembicaraan pra observasi. Namun setelah saya pahami, saya
diberikan tips tips dalam melakukan penilaian dan supervisor memantau dan memberikan
umpan balik terhadap apa yang sudah saya lakukan dan perbaikan apa yang sudah saya
upayakan.

2. Penerapan Dimasa Mendatang


Kedepannya kegiatan supervise ini harus dijadikan salah satu bagian dalam peningkatan
kompetensi guru dalam bidang akademik, maka kegiatan supervisi menggunakan prinsip
coaching yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi.

3. Konsep Atau Praktik Baik Yang Dilakukan Dari Modul Lain Yang Telah Dipelajari
- Modul 2.1
Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, murid dikelompokkan berdasarkan
kebutuhan belajarnya agar dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki, begitu pula
dengan praktik coaching yang harus memaksimalkan potensi coachee agar dapat
menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang dihadapi.
- Modul 2.3
Dalam menjalankan nilai dan peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran,
guru hendaknya melakukan penerapan budaya positif dengan visi dan prakarsa
perubahan yang berpihak pada murid. Salah satu cara dalam mengembangkan suasana
positif dalam kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran 5 KSE seperti, menerapkan
teknik STOP dan mindfulness untuk dapat menciptakan suasana kelas menjadi lebih
kondusif. Saat melakukan coaching pun, coach harus melakukan teknik mindfulness agar
selama proses coaching, coach hadir sepenuhnya dalam semua sesi tersebut.

4. Informasi Yang Didapat Dari Orang Atau Sumber Lain Di Luar Bahan Ajar PGP.
Dalam mempelajari coaching dalam supervisi akademik, banyak sumber yang bisa saya
gunakan di luar modul PGP, antara lain:
- Instruktur
- Fasilitator
- Pengajar Praktik saat kegiatan Pendampingan Individu
- Rekan sesame CGP Angkatan 7
- Rekan sejawat yang sudah lulus PGP Angkatan 5
- Media online seperti youtube, blog dan artikel online.

Anda mungkin juga menyukai