Anda di halaman 1dari 3

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.

2
PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
Oleh : IIS SETYORINI, S.Pd.
CGP A-7 KAB. PONOROGO

1. Sebelum mempelajari modul ini saya berpikir pembelajaran yang saya lakukan sudah sesuai
dengan proses pembelajaran yang pernah saya pelajari baik metode maupun strategi. Apersepsi
yang saya lakukan untuk mengaitkan materi yang akan saya berikan dengan materi yang sudah
dimiliki oleh anak. Memberikan penyegaran pada anak melalui ice breaking dan permainan untuk
mengembalikan kesegaran kefokusan siswa pada proses pembelajaran. Namun, setelah
mempelajari modul ini, ternyata apa yang sudah saya lakukan merupakan salah satu pembelajaran
social emosional, akan tetapi masih pada langkah awal perlu adanya penambahan langkah yang
lebih baik lagi. Antara lain perlunya saya melakukan kesadaran penuh (mindfullness) dan
mengontrol emosi pada diri saya maupun siswa agar dapat mencapai titik kefokusan dalam belajar
sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
2. Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk menfasilitasi
seluruh siswa di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejateraan
psikilogis [well-being], 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari antara lain; Pertama adalah
konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative
for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima)
Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran
sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Yang
kedua adalah tentang pemahaman konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar
penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) serta bagaimana mengimplementasikan
pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator, yaitu: pengajaran
eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan
iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik
dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. Dan yang ketiga tentang kesejateraan psikologis
[well-being]. Dengan memahami ketiga hal tersebut penerapan kompetensi social emosional baik
pada siswa maupun pada guru dapat terlaksana dengan baik. Karena pembelajaran social
emosional merupakan suatu system yang saling terkait.
3. a. Perubahan yang saya terapkan di kelas pada anak didik saya dengan membiasakan
maindfullness pada setiap awal pembelajaran dengan mengenalkan emosi pada anak, dengan
pembiasaan ini diharapkan anak dapat mengenali dirinya dan mengelola asset-aset yang ada
didirinya sehingga memiliki kesiapan dalam belajar. Disamping itu juga menerapkan 5 KSE baik
pada pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik,
penciptaan iklim kelas dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah, mengambil
keputusan.Dengan penerapan tersebut anak mencapai well-being sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai.

b. Perubahan yang saya terapkan pada teman sejawat dengan berusaha untuk menumbuhkan rasa
percaya pada teman sejawat sehingga dapat mendukung teman sejawat dalam menerapkan
kompetensi social emosional dalam peran dan tugas sebagai guru dengan peduli kepada mereka.
Selalu belajar merefleksi kemampuan social emosional pribadi dan berkolaborasi dengan teman
sejawat untuk menciptakan struktur komunitas dalam penerapan pembelajaran social emosional,
dengan menyamakan persepsi tentang kompetensi social emosional sehingga dapat tercipta
lingkungan sekolah yang aman dan nyaman yaitu lingkungan yang membangun persepsi bahwa
setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dan perbedaan itu dapat saling melengkapi bukan
menyaingi. Dengan penguatan KSE pendidik mampu menjadi teladan, berkolaborasi dan saling
belajar sehingga mampu membantu murid menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya.

Pembelajaran Sosial Emosional tidak dapat berdiri sendiri sebab pembelajaran sosial emosional
merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah.
Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional
agar dapat: Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri), Menetapkan dan
mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang
lain (kesadaran sosial), Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan
berelasi), Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab)

Keterkaitan modul 2.2 dengan modul sebelumnya

Modul Pembelajaran Sosial Emosional memiliki keterkaitan dengan modul pembelajaran


sebelumnya. Pembelajaran social emosional merupakan langkah untuk mewujudkan well being
sehingga pada komunitas sekolah akan terwujud sekolah yang nyaman, aman, dan akan tercapai
kebahagiaan dan keselamatan anak setinggi-tingginya sesuai dengan filosofi KHD. Untuk
mewujudkan pembelajaran social emosional peran guru sangat penting. Guru dapat menumbuhkan
nilai dan perannya dalam mengelola kompetensi social dan emosi anak sehingga nilai
kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru penggerak sebagai
pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang. Dan Hal
ini merupakan langkah untuk mewujudkan visi terciptanya profil pelajar pancasila melalui proses
pembelajaran tentang kesadaran diri, managem diri, kesadaran social, kemampuan berelasi serta
pengambilan keputusan bertanggung jawab. Pembelajaran social emosional pun dalam
pelaksanaannya dapat mengontrol kita untuk menciptakan budaya positif di sekolah dengan
memandang perbedaan individu melalui pembelajaran berdeferensiasi.

Anda mungkin juga menyukai