Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang
akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara
keduanya. Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri
kita, pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih senior,
dan atau lebih berpengalaman. Sebaliknya, kita perlu menumbuhkan rasa rendah hati
pada saat rekan sejawat yang akan kita kembangkan adalah rekan yang lebih muda,
lebih junior, dan atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari kita.
Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk
membangun kemitraan ini adalah sebagai berikut:
3. Di antara standar proses pembelajaran yang kita miliki, bagian mana yang
menurut Bapak/Ibu paling perlu Bapak/Ibu tingkatkan/kembangkan?
Percakapan untuk
perencanaan
mungkin terjadi sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam
suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas. Selain itu percakapan untuk perencanaan
bisa dilakukan sebelum memulai pendampingan kepada rekan sejawat.
Pendampingan bersifat suatu pengembangan jangka pendek. Tujuan dari percakapan
ini adalah merencanakan apa yang ingin dikembangkan coachee.
Percakapan untuk
kalibrasi
terjadi saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap
suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana
terhadap standar/kriteria tersebut.
Percakapan untuk
pemecahan
masalah biasanya terjadi saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa
tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan
membutuhkan bantuan dari luar
You got 4 out of 4 points
4/4
Seorang coach perlu memiliki kesadaran terhadap tujuan percakapan yang
dibutuhkan coachee sesuai konteks dan ketersediaan waktu saat percakapan terjadi.
Sehingga dalam satu percakapan bisa mencakup beberapa tujuan. Contoh: setelah
melakukan percakapan kalibrasi, coachee memulai percakapan untuk membahas
rencana kegiatan yang akan dilakukan. Di saat itu coach perlu menyesuaikan dan
mengubah arah alur percakapan menjadi sebuah percakapan perencanaan. Atau di
sebuah percakapan refleksi, coachee terlihat frustrasi atau bingung. Saat itu coach
dapat membuat keputusan menggunakan alur percakapan untuk memecahkan
masalah dan membantu menggali coachee memahami situasi/kondisi yang sedang
dihadapi sehingga bisa membuat keputusan-keputusan yang sesuai untuk mengatasi
situasi/kondisinya.
Sebagai seorang guru perlu memahami pola pikir atau mindset untuk mewujudkan sistem among salah
satu dari bagaian Tut wuri handayani sehingga kegiatan memperlakukan siswa sebagai mitra belajat
untuk dapat mengenali kekuatan murid, memberikan ruang emansifatip pada siswa untuk
merepleksikan kebebasan siswa sesuai dengan keyakina yang sudah dibuat. Menciptkan suasana yang
nyaman pada murid untuk mengumgkapkan perasaaanya berdasarkan cinta kasih.
sebagai kepala sekolah dan supervisor dalam proses supervisi akademik. Supervisi akademik
dengan paradigma berpikir coaching memberikan sebuah dimensi pertumbuhan dan
pengembangan diri untuk menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya
sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan
yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya pembelajaran
yang berpihak pada murid.
Coaching adalah menuntun coachee dari masa kini ke masa depan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh
karena itu coaching sangat relevan dalam konteks pendidikan menurut KHD yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat atau potensi murid agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan.