Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengalaman saya saat berhasil menghadirkan fokus selama melakukan percakapan dengan seseorang
adalah ketika melaksanakan perbincangan dengan siswa yang suka menggangu rekannya yang lain ketika
pembelajaran saya dilakukan siang hari, dan ketika itu setelah pembelajaran selesai saya mencoba
menggali kemauan siswa dengan pendekatan individu.2. Hal yang biasanya saya lakukan untuk
menghadirkan fokus sebelum dan selama berkegiatan saya melakukan teknik STOP atau jika di kelas saya
mencoba menyajikan ice breaking dengan siswa. 3.a.yang menyebabkan hilang fokus adalah pekerjaan
serta tugas dan tanggungjawab yang terlalu banyak dan datang secara bersamaan serta keterbatasan
pengalaman yang dimiliki serta kondisi badan yang kurang fit. 3.b. untuk mengembalikan fokus saya
melakukan teknik STOP hanya sejenak namun mampu mengembalikan fokus saya, serta berusaha
menikmati proses dalam melakukan segala tugas.
1.a. Saya sangat sedih/kecewa ketika orang orang melabeli saya negatif namun sebatas di hati saja 1.b.
yang saya lakukan setelah mendengarkan hal tersebut adalah diam saja, kalau hal itu memang benar
saya akan memperbaikinya, namun kalau hal itu tidak benar untuk diri saya tidak perlu saya pikirkan
namun perlu dipertanyakan. Prinsip saya biarkan mereka berkata kalau yang orang katakan membangun
diri saya maka saya akan perbaiki namun kalau hal itu tidak membangun maka saya anggap sebagai
motivasi. 2.a. yang saya rasakan adalah ada hal yang perlu saya perbaiki, dan mencari solusi dari hal
tersebut. 2.b. yang saya lakukan adalah mengkonfirmasi ulang apa yang saya sampaikan sebelumnya
apabila perlu saya mencari alternatif penjelasan lain. 3.a. Yang saya pikirkan adalah saya memiliki orang
terbaik dalam hidup saya. 3.b Yang saya lakukan adalah menghargai dan mendengarkan dengan baik
apabila saya mengalami hal yang sama masukan tersebut pasti akan saya jadikan bahan pengambilan
keputusan saya.
1. yang terjadi dengan saya saat ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti diatas adalah saya akan
mendengarkan dengan seksama dan sambil berusaha memikirkan cara untuk menyelesaikan solusi yang
lebih baik. 2. saya berfikir untuk mencari solusi yang lebih baik supaya tidak terjadi hal yang sama 3. saya
merasa sedih dan kemudian bersemangat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. 4. respon saya
terhadap keadaan tersebut adalah melakukan teknik STOP untuk mengembalikan kesadaran diri dan
manajemen diri sehingga saya akan mulai mengajak berbicara untuk mencari solusi bersama.

RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang R (Receive/Terima), yang
berarti menerima/mendengarkan informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang
diucapkan. A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan
tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak
mata atau melontarkan "oh..." "ya...". S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita
rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan
coachee. A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan
pertanyaan berbobot.
Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan. Dalam coaching,
posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih
tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya
sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee
belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait
dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu
sumber belajar bagi coachee.

Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang
akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara
keduanya. Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri
kita, pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih senior,
dan atau lebih berpengalaman. Sebaliknya, kita perlu menumbuhkan rasa rendah hati
pada saat rekan sejawat yang akan kita kembangkan adalah rekan yang lebih muda,
lebih junior, dan atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari kita.

Kemitraan dalam mengembangkan rekan sejawat, juga ditunjukkan dengan cara


mengedepankan tujuan rekan yang akan kita kembangkan. Tujuan pengembangan
ditetapkan oleh rekan yang yang akan dikembangkan, bukan oleh kita, yang akan
membantu pengembangan tersebut. Mengapa? Dengan demikian, harapannya rekan
yang kita kembangkan akan lebih merasa termotivasi dan berkomitmen dalam
prosesnya.

Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk
membangun kemitraan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang ingin Bapak/Ibu kembangkan dalam enam bulan ke depan?


2. Apa yang ingin Bapak/Ibu capai di akhir semester/tahun pelajaran ini?

3. Di antara standar proses pembelajaran yang kita miliki, bagian mana yang
menurut Bapak/Ibu paling perlu Bapak/Ibu tingkatkan/kembangkan?

Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian


Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.

1. Percakapan untuk perencanaan mungkin terjadi sebelum coachee (teman sejawat)


akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas. Selain
itu percakapan untuk perencanaan bisa dilakukan sebelum memulai
pendampingan kepada rekan sejawat. Pendampingan bersifat suatu
pengembangan jangka pendek. Tujuan dari percakapan ini adalah merencanakan
apa yang ingin dikembangkan coachee

2. Percakapan untuk pemecahan masalah biasanya terjadi


saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa
tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan
dari luar

3. Percakapan untuk berefleksi terjadi setelah ada aktivitas yang dilakukan


oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan
saat coachee sedang ingin merefleksikan diri

4. Percakapan untuk kalibrasi terjadi saat coachee ingin melakukan swanilai


kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu
melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut.
Drag kata yang tepat untuk tipe percakapan coaching berikut
Percakapan untuk
berefleksi
terjadi setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee
menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri

Percakapan untuk
perencanaan
mungkin terjadi sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam
suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas. Selain itu percakapan untuk perencanaan
bisa dilakukan sebelum memulai pendampingan kepada rekan sejawat.
Pendampingan bersifat suatu pengembangan jangka pendek. Tujuan dari percakapan
ini adalah merencanakan apa yang ingin dikembangkan coachee.

Percakapan untuk
kalibrasi
terjadi saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap
suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana
terhadap standar/kriteria tersebut.
Percakapan untuk
pemecahan
masalah biasanya terjadi saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa
tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan
membutuhkan bantuan dari luar
You got 4 out of 4 points
4/4
Seorang coach perlu memiliki kesadaran terhadap tujuan percakapan yang
dibutuhkan coachee sesuai konteks dan ketersediaan waktu saat percakapan terjadi.
Sehingga dalam satu percakapan bisa mencakup beberapa tujuan. Contoh: setelah
melakukan percakapan kalibrasi, coachee memulai percakapan untuk membahas
rencana kegiatan yang akan dilakukan. Di saat itu coach perlu menyesuaikan dan
mengubah arah alur percakapan menjadi sebuah percakapan perencanaan. Atau di
sebuah percakapan refleksi, coachee terlihat frustrasi atau bingung. Saat itu coach
dapat membuat keputusan menggunakan alur percakapan untuk memecahkan
masalah dan membantu menggali coachee memahami situasi/kondisi yang sedang
dihadapi sehingga bisa membuat keputusan-keputusan yang sesuai untuk mengatasi
situasi/kondisinya.

Sebagai seorang guru perlu memahami pola pikir atau mindset untuk mewujudkan sistem among salah
satu dari bagaian Tut wuri handayani sehingga kegiatan memperlakukan siswa sebagai mitra belajat
untuk dapat mengenali kekuatan murid, memberikan ruang emansifatip pada siswa untuk merepleksikan
kebebasan siswa sesuai dengan keyakina yang sudah dibuat. Menciptkan suasana yang nyaman pada
murid untuk mengumgkapkan perasaaanya berdasarkan cinta kasih.

Percakapan Pra-observasi sebelum kegiatan observasi kelas dibutuhkan Pertama, percakapan


awal ini membangun kepercayaan dari guru kepada pimpinan sekolah sebagai supervisor yang
profesional karena merencanakan kegiatan ini dengan baik. Kedua, percakapan awal
memberikan perasaan tenang mengenai tujuan dari rangkaian supervisi klinis. Supervisor
menempatkan diri sebagai mitra atau rekan seperjalanan mereka dalam pengembangan diri.
Ketiga, kesepakatan yang dihasilkan pada tahap ini mengenai aspek-aspek pengembangan
yang akan diobservasi memberikan rasa percaya diri dan motivasi internal karena guru
merasakan keterlibatan aktif dalam proses. Guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan
rancangan pembelajaran dan apa yang menjadi target pengembangan untuk diobservasi.

Diperlukan tindak lanjut yang berkesinambungan dan memberdayakan, dari seorangg


supervisor untuk meneruskan hasil dari tahapan pelaksanaan supervisi akademis dan klinis
sebagai pijakan lanjutan bagi proses tindak lanjut yang meliputi refleksi, perencanaan
pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran. Kegiatan tindak lanjut dapat
berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching, kegiatan
kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya dimana para guru
belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai kegiatan
sebagai kepala sekolah dan supervisor dalam proses supervisi akademik. Supervisi akademik
dengan paradigma berpikir coaching memberikan sebuah dimensi pertumbuhan dan
pengembangan diri untuk menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya
sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan
yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya pembelajaran
yang berpihak pada murid.

Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan. Dalam coaching,


posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi
maupun lebih rendah. Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan
dengan orang yang akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di
antara keduanya. sebagai kepala sekolah dan supervisor dalam proses supervisi akademik.
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching

Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid,


supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap
pendidik di sekolah. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kepala sekolah seperti
apakah yang dapat mendorong kita sebagai warga sekolah untuk selalu mengembangkan
kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid?

Coaching adalah menuntun coachee dari masa kini ke masa depan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh
karena itu coaching sangat relevan dalam konteks pendidikan menurut KHD yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat atau potensi murid agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

Dengan menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat
menjalankan perannya sebagai coach. Gambar model TIRTA berikut ini dapat membantu Anda
agar lebih terarah dalam melakukan sesi coaching.

Dari semua langkah dalam model TIRTA, langkah manakah yang menurut Anda paling
menantang? Mengapa?

Dari semua langkah dalam model TIRTA, langkah yang menurut saya paling menantang adalah
Tujuan Umum. Tujuan Umum adalah langkah awal dalam proses coaching model TIRTA.
Tujuan merupakan harapan yang ingin dicapai oleh coachee. Dengan menyepakati bersama
tujuan yang ingin dicapai, baik coach maupun coachee memiliki komitmen bersama untuk
mencapai tujuan tersebut. Tujuan ini penting karena menjadi tolok ukur keberhasilan coaching.
Dengan tujuan yang tepat, nyata, dan terukur, coach akan mampu mengarahkan coachee untuk
mengoptimalkan potensinya guna mencapai tujuan tersebut.

Kendala apakah yang mungkin akan Anda hadapi ketika Anda menggunakan langkah-
langkah dalam model TIRTA ketika berupaya melakukan sesi coaching dengan murid
Anda di sekolah?

1. Kurang terbukanya coachee dalam menyampaikan kondisi/masalah yanng dihadapi, akan


membuat coaching menjadi terhambat. DI sinilah pentingnya keterampilan komunikasi
asertif dan teknik bertanya yang dimiliki oleh coach menjadi penting untuk membuat
coachee terbuka menyampaikan kondisinya.
2. Kemungkinan tujuan umum tidak dipahami dengan baik oleh coach dan coachee,
sehingga terjadi kesalahpahaman dalam proses selanjutnya.
3. Kemungkinan coachee sulit mengemukakan rencana aksi yang akan dikerjakan. Hal ini
memerlukan kepiawaian coach untuk menggali potensi, kekuatan, daya dukung, dan
tujuan yang ingin dicapai oleh coachee.
4. Ada kemungkinan Tanggung jawab dan komitmen yang telah disepakati, tidak
dilaksanakan oleh coachee atau pihak lain yang terlibat.

Seorang coach perlu memiliki kesadaran terhadap tujuan percakapan


yangdibutuhkan coachee sesuai konteks dan ketersediaan waktu saat percakapan
terjadi.Sehingga dalam satu percakapan bisa mencakup beberapa tujuan. Contoh:
setelahmelakukan percakapan kalibrasi, coachee memulai percakapan untuk
membahasrencana kegiatan yang akan dilakukan. Di saat itu coach perlu
menyesuaikan danmengubah arah alur percakapan menjadi sebuah percakapan
perencanaan. Atau disebuah percakapan refleksi, coachee terlihat frustrasi atau
bingung.
1. Pengalaman umpan balik yang membantu pengembangan diri dan mendorong perubahan diri
saya adalah umpan balik yang membangun serta memberikan gambaran penyelesaian dari hal
yang belum saya penuhi. 2. menurut saya umpan balik dapat mempengaruhi seseorang jika
orang tersebut mau memperbaiki diri, bersifat memotivasi tanpa menjatuhkan, serta
disampaikan sesuai norma yang berlaku

Tujuan umpan balik dengan prinsip dan paradigma berpikir coaching yang artinya bebas dari penilaian
akan mendorong coachee untuk melakukan identifikasi, observasi dan mengumpulkan dari datanya
sendiri. Peran coach bisa membantu coachee untuk memberikan umpan balik berdasarkan data sesuai
yang dibutuhkan coachee untuk pengembangan dirinya. Percakapan untuk mendapatkan data yang perlu
diobservasi dilakukan saat melakukan perencanaan observasi. Saat memberikan umpan balik, coachee
menggunakan data sesuai kebutuhan coachee untuk mengajak coachee mendapatkan pembelajaran dari
melakukan pengukuran, menganalisis, menarik kesimpulan secara mandiri untuk dijadikan landasan
perbaikan dan melakukan modifikasi yang dibutuhkan untuk performa yang lebih baik. Saya melihat dan
merasakan bahwa supervisi akademik sangat berperan penting bagi pengembangan diri saya, karena
adanya penilaian /evaluasi/refleksi dari orang lain dalam hal ini kepala sekolah dapat menjadi acuan bagi
saya untuk lebih baik lagi dalam menemukan kekurangan yang saya miliki yang mungkin tidak saya sadari
untuk menuntun siswa merdeka belajar.

Alhamdulillah.. semoga apa yang sudah didapat dari materi yang sudah dipelajari tentang menuntun
atau membantu murid ⟮coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan
yang mungkin menghambat. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi
murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan
pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah
dan mengalir.perkembangan potensi dalam dirinya.

Anda mungkin juga menyukai