Anda di halaman 1dari 4

MODUL 2.

3
KONEKSI ANTAR MATERI
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

EMA MULYANAH, S.T


CGP – ANGKATAN 8
KABUPATEN GARUT

Kesimpulan dan Refleksi

1. Kesimpulan dari pembelajaran yang saya peroleh

Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada
hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee.
Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang
pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Keterampilan coaching perlu dimiliki
para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sesuai
dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang menekankan bahwa tujuan pendidikan itu
‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat
memperbaiki lakunya.
Coaching merupakan peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk
menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang
disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi
coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan. Coaching
sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya.
Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.
Elemen-elemen penting dari coaching yang dapat diambil dari beberapa definisi
coaching yang telah disajikan : a) Coaching merupakan sarana pemberdayaan potensi
tujuan mengantar kan si caching dari kondisi yang di alami sekarang kekondisi baru yang
lebih baik . b) Coaching adalah bentuk kemitraan antara coac dengan klien atau
coacheenya dijalankan melalu proses kreatif ditandai dengan eksplorasi, menanam ide
ditujukan untuk memaksimal kan potensi personal dan professional si klien. c) proses
coaching itu, mendengarkan secara aktif mengajukan pertanyaan berbobot memancing
ide ide dan juga terutaman memfasilitasikan pertumbuhan dari si coachee tersebut )
coaching membantu sesorang belajar bukan mengajarinya.
Paradigma Coaching adalah:
1. fokus pada coachee atau rekan sejawat yang akan kita kembangkan dengan
memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi"
yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang
dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai
keinginan mereka.
2. bersifat terbuka dan ingin tahu terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita
kembangkan. Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah: a)berusaha untuk
tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain;
b)mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi
emosional; c) tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa
yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu. Agar kita dapat bersikap
terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap apa pun yang dikatakan atau
dilakukan rekan kita.
3. memiliki kesadaran diri yang kuat yang dapat membantu kita untuk bisa menangkap
adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita
perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi
percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita.
4. melihat peluang baru dan masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus
pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah
masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan
pada masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita menjadi lebih
bersemangat dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.
Sedangkan prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi
coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Prinsip
coaching yang pertama kemitraan, antara coach dengan coachee-nya hubungannya
setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coach adalah rekan berpikir
bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Prinsip yang
kedua adalah proses kreatif, ini dilakukan melalui percakapan, yang dua arah, memicu
proses berpikir coachee dan memetakan dan menggali situasi coachee untuk
menghasilkan ide-ide baru. Prinsip coaching yang ketiga adalah memaksimalkan potensi.
Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu
diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang
dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan
berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh
rekan yang sedang dikembangkan.
Kompetensi coaching yang harus dimiliki oleh seorang coach adalah :
1. Kehadiran Penuh / Presence yaitu kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee,
atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran,
hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching.
2. Mendengarkan dengan aktif yaitu kemampuan mendengarkan seksama informasi
yang disampaikan coachee dan memberikan apresiasi dengan merespon.
3. Memberikan pertanyaan yang berbobot dan bersifat terbuka yaitu kemampuan untuk
memberikan pertanyaan yang mampu membuka pemikiran dari coachee atau mampu
memunculkan ide-ide yang terkait dengan solusi dari permasalahan yang dialami
coachee.
Dalam proses coaching ini ada satu model yang biasa digunakan oleh seorang coach
yaitu model TIRTA yang meliputi langkah-langkah:
1) Tujuan utama pertemuan/pembicaraan;
2) Identifikasi masalah coachee;
3) Rencana aksi coachee; dan
4) Tanggung jawab/komitmen.

2. Refleksi
Setelah menjalani pembelajaran mengenai keterampilan coaching, saya telah
mencoba menjadi seorang coach dan merasa terdorong oleh tantangan untuk menggali
pengalaman serta menyusun pertanyaan yang substansial tanpa memberikan arahan
langsung kepada coachee. Selain itu, saya juga telah berusaha untuk menahan diri agar
tidak bersikap menilai, mengasumsikan, atau menghubungkan secara berlebihan saat
coachee mengemukakan pendapatnya. Ketika menghadapi tantangan emosi yang
muncul dalam proses coaching, saya pun merenungkan bagaimana mengendalikan
emosi saya dengan baik.
Dalam hal ini, saya percaya bahwa keterampilan sosial emosional yang saya pelajari
dalam modul 2.2 memegang peranan penting. Saya harus mampu mengelola emosi
saya, meningkatkan kesadaran diri, serta mengendalikan diri dengan baik saat menjadi
seorang coach di lingkungan kelas. Selama proses pembelajaran, saya merasa berhasil
dalam menjaga diri agar tidak menghakimi ketika siswa saya menyampaikan pendapat
mereka. Saya memberikan mereka kebebasan untuk berpendapat dengan pengaturan
kesempatan yang tetap menjaga ketertiban di kelas. Saya telah berhasil menerapkan
keterampilan sosial emosional ini dengan baik.
Selain itu, saya juga berusaha menjadi pendengar yang baik bagi rekan sejawat ketika
mereka membagikan keluh kesah mereka. Dari percakapan santai ini, kami dapat
merumuskan rencana bagaimana mereka dapat mengatasi masalah yang dihadapi.
Tentu saja, saya selalu menerapkan tiga keterampilan coaching yang telah saya pelajari
dalam modul 2.3 selama proses ini.
Namun, dalam konteks pembelajaran di kelas, saya menyadari bahwa masih ada
keterampilan yang perlu saya tingkatkan, yaitu kemampuan mengajukan pertanyaan
yang singkat, padat, dan jelas kepada murid-murid saya. Kadang-kala, saya merasa
pertanyaan yang saya ajukan masih membingungkan dan menghasilkan perbedaan
persepsi serta jawaban yang tidak sesuai dengan yang saya maksud. Oleh karena itu,
saya bertanya pada diri sendiri, "Apa yang dapat saya lakukan agar pertanyaan saya
lebih efektif dan memiliki bobot?"
Dalam upaya meningkatkan keterampilan ini, saya mengikuti dua tahap penting
sebelum mengajukan pertanyaan. Pertama, saya berusaha hadir sepenuhnya dan
mendengarkan dengan aktif saat coachee saya berbicara. Kedua, saya harus mampu
menciptakan lingkungan yang nyaman dan waktu yang tepat untuk coachee selama sesi
coaching berlangsung. Dengan demikian, saya berharap dapat mengatasi tantangan ini
dan menjadi seorang coach yang lebih efektif dalam mendukung perkembangan siswa-
siswa saya.

3. Peran saya sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi
sebelumnya di paket modul 2.
Melalui proses coaching sebagai seorang guru saya dapat membantu murid untuk
menuntun segala kekuatan kodratnya yang ada pada dirinya. Melalui proses coaching
sebagai seorang guru saya dapat membantu murid untuk mampu hidup sebagai individu
dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang
dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Melalui proses coaching sebagai
seorang guru saya dapat menuntun murid untuk memperoleh kemerdekaan belajar di
sekolah.
Keterampilan coaching ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
untuk menggali kemampuan siswa dalam menangani masalah sendiri baik masalah
dalam hal belajar maupun masalah pribadi siswa. Begitupun dengan hubungan sosial
dengan atasan maupun teman sejawat, keterampilan coaching dapat pula membantu
rekan sejawat dalam menyelesaikan masalah mereka dalam mengajar maupun masalah
pribadi dengan mengoptimalkan pengetahuan sang coachee berdasarkan pengalaman
pribadi.
Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya
bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk
melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya
adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana
pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga
pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam hal ini “KHD
mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap
individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan
banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justru
membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik”.
Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat
diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik
akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan
diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari
berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan
pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.

4. Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai


pemimpin pembelajaran.
Seorang guru penggerak memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Mereka tidak hanya bertindak sebagai pemimpin pembelajaran yang berfokus pada
murid, tetapi juga sebagai penggerak untuk mengembangkan potensi dan kodrat yang
ada pada setiap siswa. Untuk menjalankan peran ini dengan baik, seorang guru
penggerak perlu memiliki keterampilan coaching yang kuat. Dengan kemampuan ini,
mereka dapat membimbing dan mengarahkan murid menuju potensi terbaik mereka, baik
dalam mencapai kebahagiaan pribadi maupun berkontribusi sebagai anggota
masyarakat yang produktif.
Selain itu, seorang guru penggerak juga memiliki tanggung jawab untuk menjadi mitra
bagi guru lainnya. Mereka harus siap membantu sesama guru dalam mengatasi berbagai
masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran,
guru penggerak juga harus memiliki kemampuan untuk melakukan supervisi akademik
ketika diperlukan, sehingga pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid dapat
berjalan dengan baik.
Dalam menjalankan kedua peran tersebut, seorang guru penggerak harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang pembelajaran sosial emosional. Mereka perlu
memiliki kesadaran diri dan kesadaran sosial yang tinggi ketika melakukan proses
coaching, serta dapat menahan diri dari menghakimi coachee. Sebagai seorang coach,
kemampuan mendengarkan dengan setia adalah kunci utama agar proses pembelajaran
berjalan efektif. Dengan begitu, seorang guru penggerak dapat memberikan kontribusi
positif dalam membentuk generasi muda yang berkualitas dan siap menghadapi
tantangan dunia masa depan.

Anda mungkin juga menyukai