Coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi masalah,
berorientasi pada hasil, dan sistematis. Coaching lebih kepada membantu seseorang
untuk belajar daripada mengajarinya.
Keterampilan coaching sangat perlu dimiliki oleh seornag guru dalam rangka menuntun
murid semua potensi yang dimilikinya untuk mencapai keselamatan dan kebahagian
seagai individu dan anggota masyarakat. Dalam prosesnya, murid diberikan
kebebasan, tetapi guru bertindak sebagai seorang Pamong yang memberi tuntunan dan
memberdayakan semua potensinya agar murid tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya.
Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan Coaching. Untuk itu, sebagai
seoran guru harus memahami dan menghayati cara berpikir (Mindset) Ki Hadjar
Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan Coaching.
ARTI
Pendekatan Coaching selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan
yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Dalam
penerapannya menciptakan ARTI (Apresiasi, Rencana, Tulus, Inkuiri). ARTI harus
dipegang erat oleh guru dalam melakukan pendampingan terhadap murid.
Perbedaan Konseling, Mentoring, dan Coaching
Ibu Fina Pernah mengalami kecelakaan, sehingga trauma untuk mengemudi mobil.
Bapak Haris menggali pengalaman Ibu Fina di masa lalu tentang kecelakaan mobil
yang pernah dialaminya. Tindakan ini dinamakan Konseling.
Bapak Haris berbagi pengalaman cara-cara yang aman untuk mengemudi. Tindakan ini
dinamakan Mentoring.
Untuk lebih jelas memahami perbedaan antara konseling, mentoring, dan coaching,
dapat melihat tabel berikut!
Sebagai seorang guru, untuk menghadapi murid diharapkan dapat berperan sebagai
konselor, mentor, dan Coach berdasarkan situasi dan kondisi yang sesuai.
4 aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik
Coaching, yaitu:
1. Komunikasi asertif
Memahami tipe komunikasi akan membantu kita membawa percakapan menjadi efektif
dan memberdayakan.
Terdapat tipe Komunikasi Agresif, yaitu orang yang dominan dan mau menang sendiri,
pendapatnya harus didengar dan ditanggapi,serta mendominasi pembicaraan.
Umumnya komunikator agresif ditunjukkan oleh seorang pimpinan.
Terdapat juga tipe komunikasi pasif, yaitu orang yang cenderung diam, kurang
berekspresi, dan tidak mau menyuarakan apa yang dirasakan. Meraka akan menerima
keputusan mayoritas.
Yang ketiga, tipe komunikator Asertif yaitu mampu memadukan gaya agresif dan pasif
secara tepat manfaat. Pada tipe ini ada kepercayaan diri dan melihat adanya kesamaan
hak dalam menyampaikan pendapat. Tipe komunikasi asertif kita dapat menyatakan
apa yang menjadi kebutuhan kita, tanpa merusak relasi dengan orang lain. Seornag
guru sangat penting menjadi seorang komunikator yang asertif.
2. Pendengar aktif
Mendengarkan adalah bagian dari proses komunikasi yang akan membangun relasi kita
dengan orang lain.Untuk itu kita perlu fokus untuk mendengarkan lawan bicara kita,
salah satunya dengan tetap memandang wajah lawan bicara kita.
3. Bertanya efektif
Terdapat 6 jenis pertanyaan yang akan membantu seorang coach dalam menggali
Coachee, yaitu:
Pertanyaan berfokus pada tujuan, untuk mengarahkan coachee pada asil akhir
diskusi untuk mencapai solusi. Contoh: apa hasil akhir yang kamu harapkan?
apa makna sebuah kesuksesan bagimu?
Pertanyaan Reflektif, mengulang kembali sebagian dari bahan diskusi. Lawan
bicara akan merasa didengarkan. Contoh: Dari proses kerjasama dnegan teman-
teman, apakah ada hal-hal yang merupakan proses bersama? Bagaimana hasil
analisa kelemahan dan kekuatan rancangan program yang telah kamu buat?
Pertanyaan Eksplorasi, untuk menggali lebih lanjut untuk mengeluarkan potensi
atau ide Coachee. Contoh: Dari semua pilihan yang ada, apa yang berbeda dari
sebelumnya? Masih adakah yang belum kamu ungkapkan?
Pertanyaan yang mengukur pemahaman, bertujuan agar lawan bicara
memahami situasi yang dihadapi. Contoh: Apa yang sudah kamu pahami sejauh
ini tentang hal tersebut? Persepsimu tentang lingkungan kerjamu saat ini seperti
apa?
Pertanyaan Aksi, mendorong Coachee untuk menentukan langkah maju yang
sudah ditunjukan dalam langkah nyata yang relevan. Contoh: Kriteria
keberhasilan saat ini apa? Komitmen untuk melakukan ini bagaimana?
Terdapat 2 bentuk pertanyaan yang perlu dihindari dalam proses Coaching, yaitu:
Pertanyaan tertutup, pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak atau hanya 1
kata. Contoh: Apakah kamu akan melanjutkan ke Universitas Negeri?
Pertanyaan yang mengarahkan, yaitu seperti menyiratkan jawaban dari Coachee
kita. Contoh: sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan
sosial yang telah kamu rancang.
Umpan balik dalam Coaching bertujuan untuk membangun potensi coachee dan
menginspirasi mereka untuk berkarya.
TIRTA
Identifikasi
Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan
menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada sesi. Adapun hal-hal nyang dapat
ditanyakan, yaitu:
a. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang?
b. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?
c. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan
d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?
e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?
f. Apa solusinya?
Rencanaa Aksi
Pengembangan ide atau alternatif solusi yang akan dibuat. Coach dapat bertanya:
a. Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?
b. Adakah prioritas?
c. Apa strategi untuk itu?
d. Bagaimana jangka waktunya?
e. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?
f. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?
Tangung Jawab
Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan langkah selanjutnya. Hal yang dapat
ditanyakan:
a. Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi?
b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?
c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?
Dari segi bahasa, Tirta berarti air. Kita ibaratkan murid kita seperti air, yang bebas
mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Tugas guru adalah menjaga air agar tetap
mengalir tanpa hambatan.