Anda di halaman 1dari 4

Apa itu Coaching?

hubungan kemitraan antara coach dan individu (coachee) yang dijalin


melalui proses kreatif dan menggugah pikiran untuk
menginspirasi coachee agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan
profesionalnya

Banyak ahli menjabarkan definisi tentang pendekatan-pendekatan


tersebut. Secara lebih detail, dapat dilihat di bawah ini:

 Mentoring: memindahkan pengetahuan tentang banyak hal,


memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak
dan membantu mentee untuk membuat perubahan.
(Zachary, 2002).
 Konseling: hubungan bantuan antara konselor dan klien
yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan
penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan. (Gibson dan Mitchell, 2003).
 Fasilitasi: sebuah proses dimana seseorang yang dapat
diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif
berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil
kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok
memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan
berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa
meningkatkan efektivitas kelompok itu. (Shwarz, 1994).
 Training: suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi
pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan
pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
(Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003).

Prinsip Coaching

1. Kemitraan. Coach dan coachee-nya adalah mitra yang setara, tidak


ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coach merupakan
rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar
dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya
yang terkait dengan topik pengembangan coachee, namun hanya
jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar
bagi coachee.

2. Proses Kreatif, Coaching adalah proses mengantarkan


seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di
masa depan. Diperlukan proses kreatif untuk mencapai tujuan
tersebut. Proses kreatif dalam percakapan coaching adalah proses
memantik pemikiran baru dalam benak coachee. Kreatif disini juga
berarti kemampuan coach membuat coachee berpikir. Proses
kreatif ini dilakukan melalui percakapan yang:

a. dua arah;

b. memicu proses berpikir coachee;

c. memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan


ide-ide baru.
3. Memaksimalkan Potensi, Untuk memaksimalkan potensi dan
memberdayakan coachee, percakapan perlu diakhiri dengan
suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh coachee,
yaitu tindak lanjut yang paling mungkin dilakukan dan paling
besar kemungkinan berhasilnya. Percakapan ditutup dengan
kesimpulan yang dinyatakan oleh coachee sendiri

Mindset Coaching
Bapak/Ibu telah mengetahui perbedaan antara coaching dan
pendekatan pengembangan diri yang lain, seperti consulting,
mentoring, konseling, training, dan facilitating. Sekarang mari
kita pelajari aspek dalam atau pola pikir yang harus dimiliki oleh
seorang coach yaitu:

1. Fokus pada coachee/individu yang akan dikembangkan;


2. Bersikap terbuka dan ingin tahu;
3. Memiliki kesadaran diri yang kuat;
4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan.

Berikut adalah penjelasannya:

1. Fokus pada coachee/individu yang akan dikembangkan


Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus
pada coachee. Coach harus memusatkan perhatian pada
apa yang dipikirkan oleh coachee, perasaannya, apa yang
membuatnya berpikir begitu, apa yang dia inginkan, bukan
pada solusi yang coach ingin berikan pada coachee,
bukan pula berhenti pada situasi yang sedang
dialami coachee.

2. Bersikap terbuka dan ingin tahu

Paradigma berpikir yang kedua adalah bersifat terbuka dan


ingin tahu. Coach harus selalu berpikiran terbuka terhadap
pemikiran-pemikiran coachee. Ciri-ciri dari sikap terbuka
dan ingin tahu ini adalah:
a. Tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau
menganalisis pemikiran orang lain;
b. Mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang,
dan tidak menjadi emosional;
c. Tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar
terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran
tertentu.

Agar coach dapat bersikap terbuka, coach perlu selalu


berpikir netral terhadap apa pun yang dikatakan atau
dilakukan coachee. Jika ada penghakiman atau asumsi
yang muncul di pikiran coach atas
jawaban coachee, maka coach perlu mengubah pikiran
tersebut dalam bentuk pertanyaan untuk mengonfirmasi
penghakiman atau asumsi itu secara hati-hati.

3. Memiliki kesadaran diri yang kuat


Kesadaran diri yang kuat membantu coach untuk bisa
menangkap adanya perubahan yang terjadi selama
pembicaraan dengan coachee. Coach harus mampu
menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan
mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri
maupun dari rekan coach.

4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan


Seorang coach harus mampu melihat peluang
perkembangan yang ada dan juga bisa
membawa coachee untuk melihat masa depan. Apapun
situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa
depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus
pada solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita
berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat
dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.

5. Coaching dan Filosofi Pendidikan menurut Ki Hadjar


Dewantara
6. Tujuan pendidikan menurut Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki
Hadjar Dewantara (KHD) adalah untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota
masyarakat. Salah satu pendekatan yang beliau gagas adalah
sistem among, yang terkenal dengan semboyan Ing Ngarso
Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani, yang artinya di depan seorang pemimpin harus
mampu memberikan suri tauladan, di tengah seorang
pemimpin harus juga mampu membangkitkan atau menggugah
semangat, dan di belakang seorang pemimpin harus bisa
memberikan dorongan moral dan semangat kerja.
7. Agar seorang pendidik mampu menjadi among dalam sistem
among yang digagas KHD tersebut, ia harus memiliki
keterampilan komunikasi yang memberdayakan, yang
merupakan intisari dari percakapan coaching.
Pendekatan coaching yang diterapkan antara guru dan murid,
akan memberi murid ruang kebebasan untuk menemukan
kekuatan dirinya. Pendidik yang berperan sebagai ‘pamong’
akan memberi tuntunan agar murid tidak kehilangan arah dan
akan memberdayakan potensi murid untuk menemukan
kekuatan dan jati dirinya.
8. Selain itu, sejalan dengan prinsip merdeka belajar,
proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi
kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan
reflektif yang disampaikan coach akan
membuat coachee melakukan metakognisi,
mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam,
sehingga coachee dapat menemukan kekuatan diri dan
potensinya untuk terus dikembangkan secara
berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar
sepanjang hayat.
9. Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa
pendekatan coaching sangatlah sejalan dengan tujuan
pendidikan karena coaching akan menggali potensi diri
(kodrat) coachee sekaligus mengembangkannya dengan
berbagai strategi yang disepakati bersama. Para pendidik
perlu memiliki keterampilan coaching untuk menuntun segala
kekuatan kodrat (potensi) murid dan juga rekan sejawatnya.
Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan
bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara
berkesinambungan.
10. Dalam pelatihan ini, percakapan coaching akan
mengacu pada alur TIRTA yang merupakan adaptasi dari
model percakapan GROW. Alur TIRTA akan dibahas secara
terpisah pada bagian 1 pelatihan ini setelah Bapak/Ibu
mempelajari kompetensi coaching.

Anda mungkin juga menyukai