Anda di halaman 1dari 5

KONEKSI ANTAR MATERI 2.

3
Oleh; M. Khudloifi G, S.Pd
Cgp Angkatan 9

Tujuan dari dilakukannya proses pendidikan adalah untuk "menuntun” segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya). Menuntun murid dilakukan
dengan Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid
dengan menggunakan pendekatan Coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam
pendekatan proses Coaching. Sebagai seorang Guru dengan semangat Tut Wuri Handayani,
maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau mindset Ki Hajar Dewantara
sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching. Pendekatan komunikasi
dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara guru dan murid yang terjadi secara
emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu,
empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru dalam menciptakan semangat Tut Wuri
Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.

Seorang guru penggerak harus mampu menjalankan Nilai dan Peran Guru Penggerak yaitu
menjadi pemimpin pembelajaran, Menjadi Coach Bagi Guru Lain, Mendorong kolaborasi,
Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency), Menggerakkan Komunitas Praktisi. Lima
peran guru penggerak yang sejalan dan selaras dengan modul 2.3 Coaching untuk supervisi
akademik adalah peran yang ke-2 yaitu menjadi coach bagi guru lain. Teknik coaching yang
dilakukan pada saat melakukan supervisi akademik dengan teknik akan lebih efektif
dibandingkan dengan teknik lain hal ini dikarenakan dalam coaching seorang coachee mampu
menemukan potensi positif dalam diri maupun potensi lain disekeliling sebagai solusi atas
masalah yang dihadapi. Agar menjadi seorang coach yang baik seorang guru harus menerapkan
dan memiliki pemikiran dalam beberapa hal, diantaranya adalah paradigma berfikir coaching dan
prinsip coaching.

Beberapa pengertian mengenai coaching menurut para ahli, yaitu:

1. Sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil
dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant,
1999).
2. Kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan
kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada
mengajarinya (Whitmore, 2003).

3. “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi


pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” (International Coach Federation-
ICF).

Paradigma berfikir coaching : Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, Bersikap
terbuka dan ingin tahu, Memiliki kesadaran diri yang kuat, serta Mampu melihat peluang baru
dan masa depan.

Prinsip coaching : Kemitraan, Proses kreatif Dan Memaksimalkan potensi

Selain kedua hal diatas yang perlu dimiliki dan diterapkan, untuk dapat melakukan proses
coaching dengan baik seorang guru harus memiliki 3 kompetensi inti coaching yang ada yaitu:

a. Kehadiran Penuh/Presence

Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam
coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang
melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang
akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan
percakapan coaching.

b. Mendengarkan Aktif

Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif
atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih
banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi
adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat
mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian
terhadap coachee.

c. Mengajukan Pertanyaan Berbobot

Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan


pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan
seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi
pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya,
mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat
sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.

Salah satu referensi yang dapat digunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot kepada
coachee adalah merupakan hasil dari mendengarkan aktif yaitu R-A-S-A. RASA merupakan
akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask.

Alur Percakapan T-I-R-T-A

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah
banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality,
Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang
hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali
semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam
memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah
rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah
rencana aksi dan menjalankannya.

TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan
pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)

Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan
menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)

Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)

TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

Guru sebagai seorang coach memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan
kenyamanan bagi murid melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga bisa
menumbuhkan rasa empati, saling menyayangi, menghormati dan menghargai antara guru dan
murid.
Peran saya sebagai coach di sekolah, kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial
emosional antara lain:

1. Guru sebagai pendidik perlu memilik ketrampilan coaching sehingga dapat


memaksimalkan potensi murid dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik.

2. Dalam proses coaching murid diberi kebebasan, namun pendidik sebagai pamong
memberikan tuntunan dan arahan agar murid lebih terarah.

3. Melalui proses coaching ini guru bisa membantu murid untuk mencapau tujuannya
yaitu merdeka dalam pembelajaran.

Keterikaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai


pemimpin pembelajaran, sebagai upaya untuk mencapai tujuan salah satu proses menuntun
tersebut dapat dilakukan dengan cara coaching. Dalam proses coaching seorang guru berperan
sebagai coach yang dapat menuntun murid sebagai coachee dengan mengajukan beberapa
pertanyaan untuk menggali segala potensi dan kemampuan yang dimiliki murid dengan tujuan
menuntun dan mengarahkan untuk mencari solusi bagi masalah mereka sendiri.

Coaching dalam konteks pendidikan memiliki peran:

1. Coaching sebagai salah satu proses untuk menuntun belajar murid mencapai
kekuatan kodratnya.

2. Sebagai seorang pamong guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-


pertanyaan reflrktif tang efektif agar

Guru sebagai seorang coach memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan
kenyamanan bagi murid melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga bisa
menumbuhkan rasa empati, saling menyayangi, menghormati dan menghargai antara guru dan
murid.

Peran guru sebagai coach di sekolah, kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial
emosional antara lain:

1. Guru sebagai pendidik perlu memilik ketrampilan coaching sehingga dapat


memaksimalkan potensi murid dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik.

2. Dalam proses coaching murid diberi kebebasan, namun pendidik sebagai pamong
memberikan tuntunan dan arahan agar murid lebih terarah.
3. Melalui proses coaching ini guru bisa membantu murid untuk mencapau tujuannya
yaitu merdeka dalam pembelajaran.

Dengan kemampuan dan keterampilan bertanya dari seorang coach dapat


menumbuhkan/menstimulus kesadaran bagi murid untuk mengenali segala potensi/kekuatan srta
kemampuan yang dimilikinya sehingga murid tersebut menemukan solusi atas permasalahannya
sendiri. Dalam proses coaching ini, peran guru dan murid adalah sebagai mitra dalam peoses
pembelajaran. Belajar bersama mengenali kekuatan yang dimiliki untuk mengasah dan
meningkatkan kemampuan murid. Ibarat menemukan sebongkah intan, bagaimanakah upaya-
upaya untuk menggosoknya supaya intan tersebut dapat bersinar dengan cemerlang. Untuk itu
upaya guru akan sangat membantu murid bisa bersinar, menemukan kekuatan untuk bisa hidup
sebagai manusia seutuhnya. Salah satu cara untuk meningkatkan potensi dan kemampuan murid
adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional (PSE), pembelajaran
berdiferensiasi, pembelajaran yang dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid
berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar.

Guru sebagai coach akan selalu berupaya untuk menggali kebutuhan belajar murid dengan
mendesain bagaimana agar proses pembelajaran mampu untuk memaksimalkan segala potensi
yang dimiliki oleh murid-muridnya. Selain itu juga, secara social emosional segala potensi murid
dapat berkembang secara baik.

Refleksi terhadap proses coaching di sekolah:

1. Melalui proses coaching sebagai seorang guru saya dapat membantu murid untuk
menuntun segala kekuatan kodratnya yang ada pada dirinya.

2. Melalui proses coaching sebagai seorang guru saya dapat membantu murid untuk
mampu hidup sebagai individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan
memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri.

3. Melalui proses coaching sebagai seorang guru saya dapat menuntun murid untuk
memperoleh kemerdekaan belajar di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai