Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ivan Fauzi (CGP Angkatan 9)

Instansi : SDN 1 Pabedilanwetan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan


Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik
Model 4 C (Connection, Challenge, Concept, Change)

1. Connection
Pada modul 2.3 coaching untuk supervise akademik, saya mempelajari materi tentang
coaching untuk supervise akademik yang sangat mendukung peran saya sebagai seorang
pendidik dan calon guru penggerak. Pada paket modul 1, saya memperlajari tentang
filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, dimana Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa
tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak
sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu
dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid
diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik
sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar
murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan
dirinya. Sedangkan supervisi akademik merupakan proses pengembangan seorang
pendidik dalam peningkatan kompetensi yang memberdayakan, oleh sebab itu supervisi
akademik sangat diperlukan guna menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Dalam modul 2.3 coaching untung supervisi akademik, saya juga mempelajari tentang
perbedaan antara Coaching, Mentoring, Konseling, Fasilitasi dan Training, dengan
memahami perbedaan – perbedaan dalam penerapannya, saya menjadi paham kapan saya
harus menerapkan coaching, kapan harus menerapkan mentoring, dan lain sebagainya
dalam konteks pendidikan sebagai pemimpin pembelajaran.
Materi dalam modul 2.3 coaching untuk supervisi akademik sangat mendukung peran
saya sebagai calon guru penggerak dan pemimpin pembelajaran yang memberdayakan,
karena ketika saya memiliki kompetensi – kompetensi Coaching, Mentoring, Konseling,
Fasilitasi dan Training, maka saya akan lebih efektif dalam melakukan segala aktivitas
sehari – hari, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Dengan mengimplementasikan coaching untuk supervisi akademik, saya dapat
memberdayakan potensi – potensi yang dimiliki dalam diri saya sendiri, maupun pada
diri orang lain, sehingga dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya dan dapat
menjalankannya secara betanggungjawab.

2. Challenge
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi memalui pemberdayakan potensi yang
dimiliki sehingga dapat melakukan hal – hal baru sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Melakukan coaching untuk supervisi akademik tentunya tidak mudah, akan
banyak tantangan yang dihadapi.
Tantangan dalam melaksanakan coaching untuk supervisi akademik yang pertama
tentunya merubah paradigma supervisi akademik, dimana dalam kenyataanya selama ini,
supervisi akademik yang dilakukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan sebagai bentuk
penilaian yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru dengan pembebankan kepada
administrasi yang guru yang bersangkutan tanpa adanya alur yang sistematis dan
memberdayakan untuk peningkatan kompetensi. Tantangan selanjutnya adalah
membangun rasa saling percaya dan yakin untuk mamaksimalkan potensi coachee agar
coachee dapat benar – benar meningkatan kompetensi melalui potensi yang ada didalam
dirinya sendiri.
Hal ini menjadi tantang untuk saya sebagai calon guru penggerak dan pemimpin
pembelajaran agar dapat memaksimalkan pembelajaran yang berpihak pada murid
melalui coaching untuk supervisi akademik untuk memberdayakan potensi yang dimiliki
oleh seluruh warga sekolah sehingga dapat meningkatkan kompetensi dirinya sendiri.
Saya juga harus tetap semangat, optimis, sabar dan pantang menyerah untuk selalu
memberikan pemahaman – pemahaman yang bermakna untuk rekan sejawat akan
pentingnya memberdayakan potensi melalui pendekatan coaching dalam supervisi
akademik guna menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

3. Concept
Konsep – konsep yang sudah saya pelajari pada modul 2.3 coaching untuk supervisi
akademik, adalah sebagai berikut :
1. Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi
peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan
pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’
tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki
lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk
menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan
kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid
diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik
sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang
ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa
membahayakan dirinya.

2. Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching


paradigma berpikir coaching diantaranya adalah :
a) Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
b) Bersikap terbuka dan ingin tahu
c) Memiliki kesadaran diri yang kuat
d) Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Prinsip coaching diantaranya adalah :
a) Kemitraan
b) Proses kreatif
c) Memaksimalkan potensi

3. Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching


3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus
menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah.
Kompetensi inti coaching:
a) Kehadiran Penuh/Presence
b) Mendengarkan Aktif
c) Mengajukan Pertanyaan Berbobot
d) Mendengarkan dengan RASA
Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA
 T (Tujuan):
Tanyakan tujuan perencanaan: apa yang ingin dicapai dengan program
pengembangan/kegiatan

 I (Identifikasi) & R (Rencana):


Tentukan ukuran keberhasilan program pengembangan/kegiatan
Identifikasi hal-hal yang harus disiapkan/dikembangkan
Identifikasi hal-hal yang sudah ada yang bisa membantu keberhasilan
Identifikasi dukungan yang diperlukan

 TA (Tanggung Jawab):
Sepakati kapan akan melakukan sesi untuk refleksi/kalibrasi

4. Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching


Secara definisi, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang
bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan
pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif
sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai
pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran
yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki
sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam
rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran
(Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching


meliputi:
a) Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
b) Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
c) Terencana
d) Reflektif
e) Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah
disepakati
f) Berkesinambungan
g) Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

Siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni


a) Pra-observasi
Pertemuan pra-observasi ini merupakan percakapan yang membangun
hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan
kompetensi diri
b) Observasi
Aktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor
c) Pasca-observasi
Percakapan supervisor dan guru terkait hasil data observasi, menganalisis
data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. Proses
percakapan bersifat reflektif dan bertujuan perbaikan ke depan.
4. Change
Setelah mempelajari modul 2.3 dengan pembahasan materi utama coaching untuk
supervisi akademik, serta pemahaman dari modul – modul sebelumnya, saya semakin
percaya diri dan lebih bersemangat untuk terus meningkatkan kompetensi saya dalam
mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid dengan konsisten agar
pembelajaran lebih bermakna dan berkualitas.
Adapun hal – hal yang ingin saya lakukan dalam mewujudkan coaching untuk supervisi
akademik adalah sebagai berikut :
1) Memperdalam pengetahuan tentang pendekatan coaching.
2) Memperdalam pemahaman dan penerapan alur TIRTA dalam melakukan
coaching.
3) Menyebarkan pemahaman yang saya dapatkan tentang coaching sebagai salah
satu pendekatan yang dapat memberdayakan potensi untuk meningkatkan
kompetensi baik kepada rekan sejawat, maupun kepada murid saya.
4) Berkolaborasi dengan rekan sejawat maupun kepala sekolah untuk selalu
menjalankan coaching dalam mengatasi berbagai masalah agar dapat lebih
bertanggungjawab dalam mengatasinya.
5) Menerapkan prinsip – prinsip coaching dalam melakukan supervisi akademik.

Anda mungkin juga menyukai