Anda di halaman 1dari 2

Jurnal Refleksi Modul 2.

3
Model 5: Connection, Challenge, Concept, Change (4C)
 Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru
Penggerak?
 Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda
jalankan selama ini?
 Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus
dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?
 Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada
hari ini?

1) Connection
Modul 2.3 ini mengajarkan terkait materi Coaching dalam supervisi pembelajaran. Tentu materi ini
sangat berkaitan erat dengan peran kami sebagai calon guru penggerak, dimana dalam mengikuti
program Pendidikan guru penggerak ini, kami bukan hanya disiapkan sebagai pemimpin pembelajaran
tapi kami juga dipersiapkan untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah, tentunya
tidak akan terlepas dengan tugas supervisi akademik. Supervisi akademik ini dilakukan untuk
memastikan  pembelajaran yang berpihak pada murid. sebagaimana tertuang dalam standar proses
pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang: (a) interaktif; (b)
inspiratif; (c) menyenangkan;  (d) menantang; (e) memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi
aktif; dan  (f) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga
bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Rangkaian
supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan
pengembangan diri guru di sekolahnya.

Setelah mempelajari modul ini, saya memiliki pengetahuan jika nantinya diberikan Amanah untuk
menjadi kepala sekolah terkait bagaimana mendorong warga sekolah untuk selalu mengembangkan
kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri
dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan.
Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan
diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan
adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka
potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

Metode coaching ini bukan hanya dapat dilakukan untuk supervise akademik tetapi juga dapat
diterapkan untuk memberdayakan potensi siswa dalam menemukan sHal ini saya dapatkan pada
modul 2.3 ini Coaching untuk Supervisi Akademik.
2) Challenge
Selama ini, Saya beranggapan bahwa praktik Supervisi akademik adalah sesuatu yang membebani
karena kegiatan tersebut hanya mecari kekuraangan saya sebagai guru. Supervisor tidak
menjalankan peran sebagai pamong, Tidak menggali potensi guru, tidak mengidentifikasi
kebutuhan guru dan murid serta sering dilakukan hanya sebagai formalitas tanpa adanya proses
kreatif. Bahkan dilakukan hanya untuk mengisi lembar instrumen ada dan tidaknya adminitsrasi
pembelajaran yang dibuat oleh guru. Tidak mengarahkan saya sebagai guru untuk mencari solusi
dari permasalahan yang ditemukan. Setelah mempelajari materi coaching pada supervise akademik
ini saya mendapatkan pencerahan bahwa Supervisi akademik adalah kegiatan kemitraan yang
mengoptimalkan potensi dalam memberdayakan coachee. Coach berperan sebagai pamong dan
dapat menuntun coachee dalam pengembangan dirinya. Selain itu juga Coaching memainkan peran
yang sangat penting karena membuat murid merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri
guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Sebagai
seorang pendidik (coach) harus memberikan tuntunan dan arahan agar murid (coachee) agar tidak
kehilangan arah dan kebaikan dirinya melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam suatu
komunikasi yang asertif yaitu mendengar perspektif orang lain dan mengekspresikan dirinya
dengan jujur dan penuh rasa hormat.

3) Concept

Konsep-Konsep utama yang saya pelajari pada Modul 2.3 terkait "Coaching" penting untuk terus
dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak,adalah
terkait konsep keterampilan coaching dalam supervise akademik, dimana dengan menerapkan
konsep keterampilan coaching membuat saya mampu untuk menuntun rekan sejawat dalam
menemukan solusi dari apa yang menjadi permasalahannya dalam proses pembelajaran melalui
supervisi akademik dengan menggunakan keterampilan coaching. Coaching adalah bentuk
kemitraan antara coach dengan coachee yang dijalankan dengan membangun ide dengan tujuan
untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional diri coachee. Coaching bukan memberitahu
kemudian memikirkan solusinya terlebih dahulu sebelum mendengarkan atau bahkan menggunakan
Coaching sebagai sarana memberikan feedback yang sifatnya membangun. Coaching betul-betul
merupakan sarana pemberdayaan potensi.

4) Change
Perubahan yang ada dalam diri saya setelah mempelajari modul 2.3 ini adalah saya semakin
tercerahkan dan sangat bersyukur karena dapat kesempatan dalam mempelajari materi tentang
keterampilan coachng ini, yang mungkin materi ini tidak akan saya dapatkan dalam pelatihan yang
lainnya. Selain itu juga saya merasa termotivasi dan bersemangat untuk menerapkan praktik
coaching ini pada rekan guru apalagi setelah saya melakukan praktik bersama rekan CGP lainnya
semakin membuat saya semakin percaya diri untuk segera menerapkan paradigma dan prinsip
berpikir coaching ini dalam kegiatan supervisi akademik nanti. Yang sudah berkembang cukup baik
dalam diri saya setelah mempelajari modul 2.3 ini adalah saya telah memahami apa itu coaching
dan bagaimana penerapannya dalam dunia pendidikan. Saya juga sudah mampu melakukan praktik
coaching dengan menggunakan alur TIRTA dengan runtut.

Anda mungkin juga menyukai